Hati menentukan baik buruknya seseorang,  jika hatinya lurus, maka perilakunya juga akan baik, namun sebaliknya kalau hatinya tidak baik maka perilaku yang dikeluarkannya juga tidak baik. Maka pantaslah jika niat itu merupakan pekerjaan hati. Karena lurus dan tidaknya niat itu berawal dari bagaimana kondisi hati kita.

Berdasarkan sifatnya hati manusia terbagi kepada tiga bagian, yakni qolbun mayyit (hati yang mati), qolbun mariid (hati yang sakit), dan qolbun salim (hati yang sehat atau selamat), berikut penjelasannya.

  1. Qolbun mayyit (hati yang mati)

Hati yang mati, hati yang kosong dari kehidupan. Ia tidak mengetahui Rabbnya, apalagi beribadah kepada-Nya. Yang mati itu tidak bisa ditanya, padahal hati nurani inilah yang paling jujur dalam menilai sesuatu. Makannya dalam meminta fatwa hendaklah   meminta fatwa kepada hati mu, namun akan berbeda ketika  hatinya mati ?. oleh karenanya bagi orang yang hatinya mati, dia hidupnya hanya menurutkan hawa nafsu, tidak tahu baik dan buruk, yang tahu cuman satu, diperbudak nafsu. Bahkan  perilakunya itu bisa lebih buruk dari pada binatang, kenapa ? karena kalau binatang berbuat hanya karena insting, tetapi orang yang qolbun mayyit (hatinya mati) keburukannya itu sudah pakai akal, yaitu akal yang tidak sehat, sehingga kejamnya itu bisa melampaui  dari pada yang bisa dilakukan oleh binatang.

  1. Qolbun mariid (hati yang sakit)

Hati yang sakit ialah hati yang hidup, tapi terjangkit penyakit. Terkadang hatinya condong kepada kebaikan, namun terkadang berat pada kemaksiatan. Kalau yang hatinya sakit, hidupnya lebih sengsara dari pada orang yang lahirnya sakit. Orang sakit lahirnyapun menderita, apalagi yang hatinya berpenyakit, karena ada yang badannya sehat tapi hatinya sakit, contoh ketika ada seseorang yang memiliki kekayaan, badan sehat, mempunyai populeritas, mempunyai kekuasaan tetapi tidak merasakan ketenangan dan kedamaian hatinya, karena sesungguhnya bukan raganya yang sakit, melainkan hatinya yang sakit.

  1. Qolbun saliim (hati yang sehat)

Hati yang sehat dan selamat, kata Ibnul Qoyyim, adalah “Hati yang lepas dari noda syirik, dalam bentuk apa pun, bahkan ibadah hanya boleh untuk Allah semata, serta  hati yang mengikuti ajaran Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam. Dan hati yang sehatlah yang kelak akan bisa berjumpa dengan Allah swt, sebagaimana dalam firman Allah swt ;

وَلَا تُخۡزِنِى يَوۡمَ يُبۡعَثُونَ ٨٧ يَوۡمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ۬ وَلَا بَنُونَ ٨٨ إِلَّا مَنۡ أَتَى ٱللَّهَ بِقَلۡبٍ۬ سَلِيمٍ۬ ٨٩

Artinya :

dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan. [yaitu] di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna. kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih. (QS. As-Syu’ara : 87-89)

jadi ketika kita ingin berjumpa dengan Allah kelak pada akhir, maka kita harus punya qulbun saliim (hati yang sehat), maka jadikanlah target dalam hidup ini qolbun saliim yaitu orang yang hatinya bersih

seperti apa ciri hati yang bersih ?

Orang yang hatinya selamat dan bersih, cirinya sangat has sekali, yaitu roja’ dan khaufnya hanya kepada Allah. Makin berharapnya bulat dan utuh hanya kepada Allah, tidak kepada selain Allah dan takutnya hanya kepada Allah, itu yang membuat makin bersih hatinya.

Yang membuat kita tidak bahagia, dan hina karena harap dan takutnya bukan kepada Allah. Makin berharap kepada selain Allah makin tidak bahagia, makin jauh dari mulia, dan makin bisa celaka. Orang yang berharap kepada Allah berarti itu maka tauhidnya itu benar, makannya orang yang berharap kepada Allah itu mau dipuji atau tidak sama saja, karena yang paling penting bagi dia adalah balasan Allah.