salah satu cara agar kita yakin dengan janji dan jaminan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala adalah lihat apa yang sudah diberikan-Nya sepanjang hidup kita. Lihat kebelakang saat kita janin dan bayi, kita selalu dicukupi, bahkan sampai detik ini tidak kurang karunia dari Alloh Subhanahu Wa Ta’ala walaupun kita buruk dalam sholat, amal, bahkan buruk dalam akhlak. Tapi Alloh Subhanahu Wa Ta’ala tetap selalu saja memberikan karunianya tanpa henti kepada kita, apalagi jika kita berusaha memperbaiki diri, Alloh Subhanahu Wa Ta’ala pasti akan memberikan kita yang terbaik. Lihat lah mungkin ada yang sudah puluhan tahun hidup, apakaha ada yang kurang dari karunia Alloh Subhanahu Wa Ta’ala? Setiap saat kita sedang ada dalam limpahan rahmat dari Alloh Subhanahu Wa Ta’ala.
Karunia Alloh Subhanahu Wa Ta’ala yang kita terima akan terasa sebagai nikmat apabila kita bersyukur.
Syukur itu mengikat nikmat yang sudah kita terima dan mengundang atau menarik nikmat yang belum kita terima. Kunci penting yang perlu kita miliki agar menjadi pribadi yang pandai bersyukur yaitu hati haqqul yakin bahwa segala karunia adalah milik Alloh Subhanahu Wa Ta’ala. Semoga kita termasuk hamba-hamba Alloh Subhanahu Wa Ta’ala yang memiliki kebeningan hati dan keyakinan yang kokoh kepada Alloh Subhanahu Wa Ta’ala. Aamiin yaa Robbal ‘aalamiin.
Jika mencintai suatu kaum maka akan mengujinya
Sahabat mq, seringkali kita kecewa pada takdir yang menimpa diri kita, padahal semua yang Alloh Subhanahu Wa Ta’ala takdirkan adalah membawa kebaikan untuk kita. Sikap berbaik sangka terhadap qadha dan qodhar adalah sikap yang harus dimiliki oleh orang yang beriman, dan kita harus tahu makna dibalik itu semua. Jangan resah dengan ujian yang menimpa dan jangan mengeluh dengan kegetiran yang bertubi-tubi, karena sesungguhnya Alloh Subhanahu Wa Ta’ala jika mencintai suatu kaum maka akan mengujinya. Hal ini terdapat dalam sebuah hadits:
إذا أحَبَّ اللهُ قومًا ابْتلاهُمْ
Artinya : “Jika Allah mencintai suatu kaum maka mereka akan diuji” (HR. Ath-Thabrani dalam Mu’jamul Ausath, 3/302. Dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 285).
Ujian yang menimpa orang-orang yang Allah cintai, itu dalam rangka mensucikannya, dan mengangkat derajatnya, sehingga mereka menjadi teladan bagi yang lainnya dan bisa bersabar.
Oleh karena itu Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
أشد الناس بلاء الأنبياء, ثم الصالحون, ثم الأمثل فالأمثل
“Manusia yang paling berat cobaannya adalah para Nabi, kemudian orang-orang shalih, kemudian yang semisal mereka dan yang semisalnya” (HR. Ahmad, 3/78, dishahihkan Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 995).
Sahabat mq, para nabi dan rasulpun yang memiliki kedudukan istimewa dihadapan Allah swt sekalipun, Allah mengujinya, bahkan ujian yang Allah timpakan kepada para nabi itu lebih berat ketimbang ujian yang menimpa kita, namun karena para nabi adalah manusia pilihan Allah swt, mereka menerima ujian tersebut dan melewatinya dengan penuh keimanan dan kesabaran. Karena para nabi memiliki keyakinan, tidaklah Allah timpakan suatu ujian kepada mahluknya, melainkan ia bisa menghadapinya.
Allah turunkan suatu ujian sepaket dengan jalan keluarnya
Sungguh Allah turunkan suatu ujian itu, sudah sepaket dengan jalan keluarnya. Namun sedikit sekali orang yang berusaha menempu jalan keluar tersebut. Ujian itu bukan pertanda Allah beci terhadap kita, melainkan ujian itu adalah bentuk kasih sayang Alla swt kepada kita, agar kita bisa lebih dekat lagi dengan-Nya, bisa berlama-lama dalam memadukan do’a kepada-Nya. Karena Allahpun rindu akan curhatan kita, yang selama ini mungkin barangkali kita bisa berlama-lama dalam berdo’a, bisa berlama-lama curhat kepada Allah, bisa lebih rajin ibadah sunnahnya, ketika kita memiliki suatu permintaan atau ketika sedang ditimpa ujian.
Oleh karenaya, jadikanlah ujian yang Allah timpakan kepada kita, sebagai jalan untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah, dan semoga kita bisa menggali hkmah dan karunia dibalik ujian tersebut. Semoga kita termasuk hamba-hamba Alloh Subhanahu Wa Ta’ala yang memiliki kebeningan hati dan keyakinan yang kokoh kepada Alloh Subhanahu Wa Ta’ala. Aamiin yaa Robbal ‘aalamiin.