MQFMNETWORK.COM, Bandung – Perbedaan karakteristik komunikasi tiga Calon Presiden semakin terlihat dalam debat Calon Presiden (Capres) di pemilihan umum 2024, yang digelar di Jakarta, Ahad malam (7/1). Hal tersebut terlihat saat mereka menyampaikan dan mempertahankan gagasan ataupun ketika menjawab dan mengkritisi pandangan kandidat lain.
Debat ketiga dari rangkaian lima kali debat Capres-Cawapres yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) bertemakan Pertahanan, Keamanan, Hubungan Internasional, Globalisasi, Geopolitik, dan Politik Luar Negeri. Debat Ahad malam sekaligus menjadi debat kedua bagi tiga Capres, yakni Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo.
Pakar Komunikasi Politik Universitas Negeri Surabaya, Muhammad Danu Winata, S.Sos., M.A., M.Si mengungkapkan dalam Bincang Sudut Pandang Radio MQFM Bandung, Senin pagi (8/1), bahwa perdebatan pada dasarnya merupakan wadah atau ruang dimana politisi saling bertukar pikiran, saling mengadu gagasan, dan saling berdialektika menyampaikan gagasan yang akan dihadirkan.
Menurutnya, politik pada esensinya adalah untuk kemaslahatan umat, kebijakan yang diambil akan banyak melibatkan masyrakat dan masyrakat akan terdampak pada kebijakan yang dibuat. Perdebatan dalam kontestasi pemilu merupakan elemen yang harus ada, karenanya perdebatan juga menjadi salah satu intrumen yang cukup penting untuk mengetahui sejauh mana gagasan yang ingin digulirkan oleh Calon Presiden.
Muhammad Danu Winata, S.Sos., M.A., M.Si, Pakar Komunikasi Politik Universitas Negeri Surabaya
Danu menuturkan adapun aspek yang perlu diperhatikan dalam berdebat pada kontestasi politik adalah isu produktif yang harus dimunculkan. Isu narasi produktif untuk memunculkan subtansi dari masalah yang terjadi di tengah masyarakat, bagaimana komitmen calon presiden dalam menjalankan janji politiknya, serta apa yang perlu dilakukan untuk merealisasikan gagasan yang dihadirkan perlu dicermati kembali.
Dalam kontestasi pemilu, menurut Danu, perlu melihat kembali rencana teknis tidak hanya sekedar normatif. Debat perlu diungkapan bagaimana rencana atau peta jalan yang akan dilakukan masing-masing Calon Presiden, agar dari hal tersebut dapat tergambar bagaimana kerangka perpikir pemimpin Indonesia kedepannya.
Dalam perdebatan perlu dihadirkan juga data atau resume yang benar-benar terjadi di lapangan agar masyarakat mengetahui dan memahami posisi yang terjadi dalam pemerintahan. Danu mengungkapkan, aspek yang perlu diperhatikan masyarakat adalah harus mengedepankan rasionalitas. Dapat dilihat juga dari visi misi yang dihadirkan, apakah bisa dilakukan atau tidak, instrument pemerintah pendukung apakah dapat dilakukan atau tidak. Hal tersebut dapat menjadi pertimbangan yang cukup relevan.
Disamping itu, masyrakat harus tabayun tingkat tinggi, perlu mengahdirkan riset apa yang sebenarnya terjadi. Edukasi dan literasi menurut Danu, adalah faktor kunci, untuk dapat membangun kerangka berpikir yang baik di tengah masyarakat. Meskipun politik harus dibawa suasana yang menyenangkan, namun tidak boleh mengkerdilkan hal-hal yang esensial, menurutnya, perlu memperhatikan esensi dari kontestasi politik tersebut. Selain itu, kematangan dalam menemukan dan menentukan yang terbaik untuk dapat memilih calon pemimpin Indonesia kedepan menjadi hal yang perlu dicermati oleh masyarakat.
(rep/Dava)
• Live Streaming
102.7 MQFM Bandung
Assalamu'alaykum Warohmatullah Wabarokatuh Sahabat MQ, silahkan dapat menyampaikan pertanyaan disini melalui WhatsApp MQFM