Saat diturunkan ke bumi, Nabi Adam meratapi kesalahannya. Mereka pun senantiasa memohon ampun kepada Allah dengan bertaubat.

Pada saat di bumi, Allah memerintahkan Nabi Adam untuk pergi ke tanah Arab, seperti disebutkan kitab Ara’is Al-Majlis karya At-Tsa’alab. Dari hadis Ibnu Jarir yang menyebutkan dari Ibnu Abbas, bahwa Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

“Wahai Adam, aku memiliki tanah haram (terhormat) yang berhadapan dengan singgasana-Ku (arsy). Pergilah ke sana dan bangunlah sebuah rumah untuk-Ku di sana. Lalu berthawaflah kamu di rumah tersebut, sebagaimana halnya para malaikat. Di sanalah Aku memperkenankan doamu.”

Dengan bimbingan malaikat, Nabi Adam pun memulai perjalannya dari Al- Rohun menuju ke Makkah. Kemudian malaikat juga membimbing Nabi Adam untuk melakukan manasik. Dan di jalur perjalanan itulah, disebutkan bahwa akan hadir peradaban manusia yang besar nantinya.

Setelah melalu perjalanan, keduanya pun akirnya saling mendekat di Muzdalifah, lalu mengetahui dan saling mengenali di Arafah, dan akhirnya berkumpul di jama’i.

Tempat bertemunya Adam dan Hawa setelah terpisah puluhan tahun ini, sekarang dikenal sebagai Jabal Rahmah, yang berarti bukit atau gunung kasih sayang.

Berkaitan tentang anak keturunan Nabi Adam dan Hawa, terdapat beberapa riwayat yang menjelaskannya. Seperti yang disebutkan oleh Imam Abu Ja’far Ibn Jarir At-thabari dalam tarikh-nya, “Hawa melahirkan anak-anak keturunan Adam sebanyak 40 dengan 20 kali kehamilan.”

Hal ini pun sama sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq dalam Tafsir Baghowi dan Tafsir Al-Qurtubi.

Ada juga yang mengatakan bahwa Hawa telah mengandung sebanyak 120 kali, di setiap kehamilannya ia melahirkan dua anak kembar laki-laki dan perempuan.

Dan dalam beberapa riwayat lainnya, menyebutkan Nabi Adam memiliki 25 orang anak, 24 di antaranya lahir kembar, sedangkan satu orang tidak.

Dalam beberapa tarikh, disebutkan bahwa nama-nama anak laki-laki Nabi Adam diantaranya, Abdullah, Cayn, Qabil, Ashut, Habil, Syits, Ayad, Balagh, Athati, Tawbah, Darabi, Hadaz, Yahus, Sandal, Baraq, Wadd, Suwa, Yaguth, Ya’uq, dan Nasr.

Sedangkan anak-anak Nabi Adam yang perempuan tidak disebutkan namanya kecuali Iqlima, Labuda, dan Hazura saja.

Atas bimbingan malaikat pula, Nabi Adam kemudian belajar bercocok tanam dan hasilnya bisa dimakan oleh keluarganya. Mereka juga belajar untuk membuat pakaian dari kulit domba yang ditenun.

Sahabat MQ, sebagai khalifah di bumi, Nabi Adam juga diangkat sebagai nabi dan rasul yang bertugas berdakwah di bumi. Oleh karenanya, Nabi Adam pun menyampaikan dakwah kepada istri dan anak-anaknya mengenai ajaran keimanan kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

Akan tetapi, perjalanan dakwah beliau pun diisi dengan berbagai ujian, salah satunya dihadapkan pada persoalan antara anaknya Qabil, yang membunuh Habil.

Allah kemudian kembali mengaruniakan Nabi Adam dengan anak laki-laki yang tidak memiliki saudara kembar, yang diberi nama Syits, yang tumbuh menjadi anak cerdas dan berakhlak baik. Keturunan Syits-lah yang kelak melahirkan Nabi idris.

Saat berusia 960 tahun, Nabi Adam jatuh sakit, hingga beliau wasiatkan sebuah pesan pada anaknya, Syits, untuk meneruskan dakwah Islam di bumi Allah.

Malaikat kemudian mencabut nyawa Nabi Adam, memandikannya, mengafani, menyalatkan, dan menguburkannya. Terkait dengan dikebumikannya Nabi Adam, para ulama masih berselisih paham, ada yang menyebutnya di India,Mmekkah, hingga di Jabal abu qubais masyariq al-firdaus – baitulmaqdis. Wallahu a’lam.

 

Simak selengkapnya di youtube MQFM Bandung.