Sahabat MQ, seringkali kita mendengar agar bertawakal kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Seperti apakah bentuk tawakal tersebut?

Imam Ibnu Rajab rahimahullah berkata, “hakikat tawakal adalah keadaan hati yang benar-benar bergantung kepada Allah dalam rangka memperoleh maslahat dan menolak mudharat dari urusan dunia dan akhirat.”

Dalam surat Al-Anfal ayat dua,  Allah ta’ala  sering menyandingkan sifat tawakal dengan orang yang beriman. Hal ini menandakan bahwa tawakal merupakan perkara yang sangat agung, yang tidak dimiliki kecuali oleh orang mukmin. Serta merupakan bagian dari ibadah hati, yang akan membawa pelakunya ke jalan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

Sahabat MQ, bertawakal bukanlah sifat pasrah tanpa berusaha, tetapi sabar yang disertai ikhtiar.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, dari Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhu:

“Seandainya kalian betul-betul bertawakal pada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rizki, sebagaimana burung mendapatkan rizki. Seekor burung pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali pada sore harinya dalam keadaan kenyang.” (Hr. Ahmad, At-tirmidzi dan Al Hakim)

Sahabat MQ, terdapat syarat yang wajib dipenuhi untuk mengaplikasikan sifat tawakal yang benar dan ikhlas pada diri. Para ulama menyampaikan empat syarat terwujudnya sikap tawakal, di antaranya:

Pertama, bertawakal hanya kepada Allah saja

Sebagaimana dalam firman  Allah Surat Huud ayat 123:

“Dan kepunyaan Allah-lah apa yang ghaib di langit dan di bumi. Dan kepada-Nya-lah dikembalikan urusan-urusan semuanya, maka sembahlah Dia dan bertawakallah kepada-Nya dan sekali-kali Rabb-mu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan.”

Kedua, berkeyakinan kuat pada Allah

Berkeyakinan kuat pada Allah bahwa Mahamampu mewujudkan semua permintaan dan kebutuhan hambaNya, serta meyakini bahwa semua yang didapatkan hamba hanyalah dengan pengaturan dan kehendak Allah.

Ketiga, Allah akan merealisasikan apa yang kita tawakalkan

Meyakini bahwa Allah akan merealisasikan apa yang ditawakalkan seorang hamba, apabila ia memiliki niat yang ikhlas dan menghadap kepada Allah dengan hatinya.

Keempat, tidak berputus asa

Tidak berputus asa dan patah hati dalam semua usaha yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhannya dengan tetap menyerahkan semua urusannya kepada Allah

Sahabat MQ, semoga dengan menguatkan langkah-langkah ini, Allah lapangkan hati kita untuk senantiasa bertawakal kepadaNya.

 

(Konten ini disiarkan dalam Segmen Mozaik Islam, setiap Sabtu – Ahad pukul 17.00 WIB)