Sahabat MQ hal yang harus pertama kita pahami, setiap manusia sebagai makhluk sosial tentu mempunyai kerinduan untuk bertemu dan bersosialisasi dengan seseorang, kita senang berbagi, entah berbagi cerita, makanan, berbagi status di media sosial dan lain sebagainya.
Manusia diciptikan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala merupakan sebagai mahluk sosial
Manusia diciptikan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala merupakan sebagai mahluk sosialyang senantiasa tidak akan terlepas dari berinteraksi dengan sesasama, baik dengan keluarga di rumah, dengan tetangga, teman sepermainan, teman sekolah atau kuliah, teman kerja, bahkan dengan seseorang yang tak kenalpun kita bisa berinteraksi dengan tujuan untuk saling mengenal atau saling memberikan keuntungan.
Maka dari itu bisa dikatakan bahwasannya manusia tidak akan terlepas dari berinteraksi sosial, karena terjadi suatu kegiatan apapun itu, karena adanya interaksi, contohnya dalam hal belajar mengajar, dalam pelaksanaan jual beli, pengajian, bermain, diskusi dan lain halnya, itu semua bisa terjadi karena adanya hubungan interaksi dengan satu sama lain. Apa jadinya ketika hidup tanpa adanya interasksi sosial, maka kita akan menjadi seseorang yang kesepian dan terasa bumi itu tanpa penghuni.
manusia Allah ciptakan dari berbagai golongan dan suku, untuk saling mengenal dan saling menolong
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam Qur’an Surat Al-Hujurat Ayat 13 (49:13)
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
Artinya :
Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.
Dalam tafsir kementrian Agama (Kemenag) dijelaskan bahwa Allah menciptakan manusia dari seorang laki-laki (Adam) dan seorang perempuan (Hawa) dan menjadikannya berbangsa-bangsa, bersuku-suku, dan berbeda-beda warna kulit bukan untuk saling mencemoohkan, tetapi supaya saling mengenal dan menolong. Allah tidak menyukai orang-orang yang memperlihatkan kesombongan dengan keturunan, kepangkatan, atau kekayaannya karena yang paling mulia di antara manusia pada sisi Allah hanyalah orang yang paling bertakwa kepada-Nya.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala sendiri memerintahkan kepada kita selaku manusia, bahwasannya Allah Subhanahu Wa Ta’ala menciptakan manusia dari berbagai golongan dan suku itu hendaknya untuk saling mengenal dan saling menolong, dan hal itu akan terjadi ketika adanya interaksi antara satu sama lain.
Namun disini dijelaskan pula bahwsannya, Allah Subhanahu Wa Ta’ala tidak menyukai orang-orang yang memperlihatkan kesombongan dengan keturunan, kepangkatan, atau kekayaannya karena yang paling mulia di antara manusia pada sisi Allah hanyalah orang yang paling bertakwa kepada-Nya. Kebiasaan manusia memandang kemuliaan itu selalu ada sangkut-pautnya dengan kebangsaan dan kekayaan. Padahal menurut pandangan Allah, orang yang paling mulia itu adalah orang yang paling takwa kepada-Nya.
Islam mengatur tentang cara bergaul
Dalam hal bergaul islam sendiri mengaturnya, agar senantiasa tidak membeda-bedakan atau memandang seseorang itu dari pangkat, keturunan, golongan, dan kekayaannya, karena yang demikian dapat membuat komplik dalam hubungan pertemanan atau persaudaraan. Seorang muslim yang baik hendaknya ia bergaul atau berinteraksi dengan siappun, ia hendak menjadi penenang, pemberi rasa nyaman, dan memberikan kemanfaatan bagi teman atau saudaranya.
Ketika kita berhubungan sosial dengan adab dan ahlak yang hendak dicontohkan oleh Rasul, maka ia dimanapun berada, akan diterima keberadaannya, serta akan hormati dan dikagumi dengan kehadirannya, bahkan ketika ketiadaannya pun akan sangat dirindukan oleh orang disekutarnya.
Lalu bagaimana agar kita bisa menjadi seorang yang dirindukan ?
- Selalu mengingatkan kebaikan, dengan cara yang baik, sebagai contoh ketika kita ingin menasehati sahabat kita, tentu harus dengan cara yang baik, dengan meminta kepada Allah agar Allah selalu meluruskan, tidak menyinggung dan mencari cara untuk menyenangkan hatinya.
- Jujur, dalam berinteraksi apa adanya, tidak menggunakan topeng, tidak mengada-ngada. sampaikan apa yang kita bisa dan apadanya diri kita.
- Selalu memberikan dukungan yang positif, misalnya dengan mengapresiasi prestasi sahabat kita dengan memberikan hadiah, mengucapkan selamat dan selalu memberikan support kepada sahabat kita atau memberi dukungan dalam setiap keadaan.
- Menjadi sahabat yang sabar, memami sahabat kita pada kondisi-kondisi yang kurang menyenangkan, dsb.
- Tidak egois, mementingkan kebahagiaan bersama, mengedepankan kebersamaan, saling mengalah jika berbeda pendapat
- Menjadi pendengar yang baik, dengan selalu meberikan respon positif ketika sahabat kita sedang bercerita.
Rasulullah adalah pribadi yang paling baik ahlaknya, dan merupakan suri tauladan bagi umatnya. Rasulullah merupakan mahluk yang paling mulia, namun tak membuat dirinya untuk ingin dihormati dan dimuliakan oleh orang lain, bahkan sebaliknya rasul dalam bergaul senantiasa menghormati dan memuliakan lawan biacranya, sehingga rasul tidak hanya disegani dan dikhormati oleh teman dan sahabatnya, melainkan dihormati dan disegani oleh musuhnya. Begitulah ahlak dan cara bergaul rasulullah saw.