Sahabat MQ, jika datang musim kemarau, udara terasa panas, tidak betah jika berada di tempat yang tidak memiliki pendingin ruangan. Bahkan situasi ini mengakibatkan pasokan air berkurang di beberapa daerah tertentu di Indonesia. Sehingga kita sangat bersyukur ketika hujan turun.
Seiring berjalannya waktu, musim hujan sudah berlangsung lama. Pasokan air untuk keperluan sehari-hari sudah terpenuhi, tapi hujan tak kunjung reda. Banjir terjadi di beberapa daerah dan kita merasa terganggu dengan datangnya hujan di saat kita harus beraktifitas di luar sana.
Sahabat MQ, jangan – jangan tanpa sadar kita sering mencela cuaca, mengeluhkan udara yang panas atau derasnya hujan, lantas bolehkah sebagai umat islam kita berbuat demikian?
Di dalam sebuah hadis qudsi yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiallahu‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasalam bersabda,
“Allah ‘azza wa jalla berkata: Anak keturunan adam telah menyakiti-Ku karena dia mencela masa padahal Aku adalah pengatur masa. Urusan ini berada di tangan-Ku, Aku mengatur malam dan siang.”
Di dalam riwayat muslim disebutkan: “Janganlah kalian mencela masa, karena sesungguhnya Allah, Dialah pengatur masa.”
Para ulama merinci tentang ucapan-ucapan dan komentar-komentar buruk tentang masa yang diucapkan ke dalam tiga macam, yaitu:
- Mencela cuaca atau masa dengan meyakini bahwa ia adalah pelaku utama terjadinya kejelekan dan keburukan sesuatu.
Ini hukumnya syirik besar, karena meyakini adanya pencipta lain selain Allah ta’ala dan menyandarkan terjadinya suatu peristiwa kepada selain Allah.
Contohnya, ketika mengatakan, “musim kemarau-lah yang menimbulkan bencana kelaparan” atau “tahun ini merupakan tahun pembawa kesialan”. Bila mengucapkan celaan ini dengan diiringi keyakinan bahwa ia adalah pelaku utama terjadinya kelaparan atau musibah lainnya, maka ini adalah syirik besar.
- Dia meyakini bahwa pelaku sebenarnya adalah Allah, akan tetapi dia mencela cuaca atau masa karena ia merupakan tempat terjadinya bencana atau kejelekan tersebut
Ini hukumnya haram karena dia mencela Allah secara tidak langsung. Contohnya mengatakan: “musim hujan hanya membawa bencana banjir” atau “masa krisis moneter membuat usaha bangkrut”.
Meskipun dia tidak mencela Allah, tapi sebetulnya celaannya terhadap cuaca atau masa tadi secara tidak langsung kembali kepada Allah karena Dia-lah yang mengatur pergerakan cuaca dan peredaran masa. Oleh karena itu, celaaan seperti ini tetap tidak boleh diucapkan.
Bersyukur di Setiap Keadaan
Bagi petani yang sedang bercocok tanam dan membutuhkan air, hujan adalah berkah.
Bagi para ojek payung, hujan adalah jalan datangnya rizki.
Bagi tanaman dan binatang di sekitar kita, di kala musim panas datang, ada yang butuh matahari seperti tumbuhan untuk berfotosintesis.
Para petani garam yang membutuhkan terik matahari untuk mendapatkan garam dari mengeringkan air laut.
Kita a juga butuh matahari untuk mengeringkan pakaian dan yang lainnya.
Alangkah egoisnya jika berdoa meminta sesuatu yang mungkin akan merugikan orang lain, apakah tidak sebaiknya mensyukuri saja apapun masa nya?
Meski mendung ataupun langit cerah tanpa matahari mungkin lebih nikmat, bukankah apapun yang Allah berikan pasti yang terbaik untuk kita?
Bersyukur, sebuah kata sederhana tapi memiliki makna dan dampak yang sangat luar biasa. Bersyukur menurut bahasa adalah suatu sifat yang penuh kebaikan dan rasa menghormati serta mengagungkan atas segala nikmat-Nya, baik diekspresikan dengan lisan, dimantapkan dengan hati maupun dilaksanakan melalui perbuatan.
Bersyukur membuat hidup menjadi terasa indah, membuat yang sedikit terasa cukup, mengubah apa yang kita miliki menjadi lebih berharga, mengubah masalah yang kita hadapi menjadi hikmah yang bernilai. Bersyukur adalah salah satu cara agar kita tidak mengeluh apapun yang diberikan oleh Alah.
Sahabat MQ, kita sepatutnya bersyukur atas apa yang Allah berikan.