Akhir-akhir ini dunia sedang dilanda bencana yang menyerang kesehatan manusia. Dalam kurun waktu beberapa bulan bencana tersebut mampu menghilangkan banyak nyawa manusia. Bencana kesehatan tersebut disebabkan karena adanya virus corona. Virus corona mengakibatkan kondisi di banyak negara berubah drastis. Perubahan dari segi ekonomi sangat dominan terlihat. Manusia sulit melakukan aktivitas jual beli, bekerja hingga PHK yang tak bisa diduga-duga datangnya dan megakibatkan manusia mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan .
Jika dilihat dari definisinya bencana dapat disebabkan faktor alam, campur tangan manusia, atau kombinasi antar keduanya. Sebagaimana definisi yang dikemukakan oleh S. Arie Priambodo dalam bukunya Panduan Praktis Menghadapi Bencana (2009:22), yaitu “suatu kejadian alam, buatan manusia, atau perpaduan antara keduanya yang terjadi secara tiba-tiba dan mengakibatkan dampak negatif yang dahsyat bagi kelangsungan kehidupan.”
Musibah merupakan ujian atau peringatan yang diberikan Allah SWT kepada hamba-Nya. Kuat atau lemahnya iman seseorang terlihat dari bagaimana menyikapi setiap bencana yang ditimpakan kepadanya. Para mufasir telah mendefinisikan tentang musibah, Hamka misalnya dalam Tafsir Al-Azhar, mengatakan bahwa musibah adalah bencana, baik bencana besar yang terjadi pada alam, seperti gunung meletus, banjir, gempa bumi, maupun bencana kecil yang terjadi pada manusia seperti sakit dan tenggelam. Muhammad Ali al-Sabuni dalam Safwah al-Tafasir (2011:202) mengatakan bahwa musibah adalah semua peristiwa yang menyedihkan dan menyakitkan orang mukmin, baik berupa kehilangan harta, mengidap penyakit atau ditinggal orang-orang yang dicintai.
Selain menimbulkan dampak negatif, musibah atau bencana juga dapat menimbulkan dampak positif jika manusia menghadapinya dengan baik disertai iman kepada Allah. Misalnya, dengan adanya bencana, seorang hamba bisa semakin dekat dengan Allah, kembali kepada Allah (inabah) kemudian seorang hamba akan merasakan manisnya iman.
Sahabat MQ, bencana yang diturunkan Allah SWT telah diatur dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 155-157
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الأمْوَالِ وَالأنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (155) الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (156) أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ (157
Terjemah: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Inna lillahi wainna ilaihi raji’un.” Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Allah SWT menyebutkan berbagai macam musibah yang akan ditimpakan kepada manusia sebagai ujian dalam kehidupan di dunia, seperti kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Barangsiapa yang bersabar, niscaya Allah akan membalasnya. Dan barangsiapa yang berputus asa, niscaya Allah akan menimpakan hukuman kepadanya. Oleh karena itu Allah berfirman “dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar” dengan maksud Allah akan memberikan pahala yang berlimpah kepada hamba-Nya yang bersabar saat ditimpa musibah.
Menurut Ibnu Katsir dalam kitabnya, Allah akan memberi cobaan kepada hamba-hamba-Nya. Oleh karena itu Allah berfirman “dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa. Seperti kematian teman-teman dekat, karib kerabat dan orang-orang yang dicintai. “Dan buah-buahan” yaitu kamu tidak dapat memanfaatkan kebun-kebun dan pertanian-pertanian seperti biasanya. Sebagaimana sebagian kaum Salaf berkata “Dahulu sebagian pohon-pohon kurma tidak berubah kecuali satu saja” itu semua dan kasus-kasus yang semisalnya termasuk diantara hal-hal yang Allah gunakan untuk menguji hamba-Nya. (Syaik Ahmad Syakir, Mukhtasar Tafsir Ibnu Katsir (2014: 439))
Selanjutnya Allah menjelaskan tentang orang-orang yang bersabar yang Allah syukuri Allah berfirman,” Orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.” Yaitu mereka menghibur diri mereka dengan mengucapkan perkataan tersebut terhadap apa yang menimpa mereka. Mereka mengetahui dan menyadari bahwa mereka adalah kepunyaan Allah, Dzat yang berbuat terhadap hamba-hamba-Nya dengan apa yang dikehendakinya. Mereka juga mengetahui bahwa tidak akan luput satu biji sawipun dihadapan Allah pada hari kiamat kelak. Sehingga itu semua menumbuhkan kesadaran dan pengakuan pada diri mereka bahwa mereka adalah hamba-hamba Allah, dan sesungguhnya mereka akan kembali hanya kepada-Nya di akhirat. Oleh karena itu Allah mengabarkan tentang balasan yang akan Allah berikan kepada mereka atas hal tersebut, Allah berfirman,” mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari tuhan mereka,” yaitu pujian dari Allah kepada mereka. Sa‟id bin Jubair berkata, ”Yaitu rasa aman dari siksa nereka.(Syaik Ahmad Syakir, Mukhtasar Tafsir Ibnu Katsir (2014: 440))
Pandangan Hamka dalam buku Tafsir Al-Azhar (2000: 70) yaitu sesungguhnya Allah memberikan sesuatu berupa cobaan seperti ketakutan dalam artian yaitu ancaman berupa penyakit dan ancaman- ancaman musuh yang mana pada zaman Nabi berupa orang musyrik dari kota Makkah. Kelaparan yaitu ketika persedian kebutuhan sehari-hari telah habis dan kurang. Kekurangan harta benda yaitu sebab umumnya sahabat-sahabat ketika hendak pindah dari Makkah ke Madinah mereka tidak membawa harta benda. Jiwa, kematian keluarga, anak istri, dan ketika mereka tertimpa musibah mereka berserah diri kapada Allah dan mereka yakin semua yang mereka alami akan kembali kepada Sang Pencipta.
Sahabat MQ, hendaknya kita sebagai hamba Allah untuk selalu taat dan bersabar atas segala musibah atau bencana yang Allah turunkan. Jangan memandang bencana hanya pada dampak negatifnya saja, tetapi simaklah makna dibalik bencana dengan rasa sabar dan syukur, niscaya Allah akan membalas kesabaran kita dengan nikmat yang lebih daripada musibah yang telah diturunkan-Nya.