Sahabat MQ, bulan Dzulhijjah adalah bulan haji. Meskipun tahun ini haji belum dibuka seperti tahun-tahun sebelumnya karena pandemi.

Mengenai haji,Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “haji yang mabrur pahalanya adalah surga.” Sehingga, setiap orang yang pergi berhaji pasti berkeinginan menjadi haji yang mabrur. Haji mabrur bukanlah sekedar haji yang sah. Mabrur berarti diterima oleh Allah dan sah berarti menggugurkan kewajiban.

Sahabat MQ, bisa saja ibadah haji seseorang dikatakan sah sehingga kewajiban berhaji baginya telah gugur. Namun, belum tentu hajinya diterima oleh Allah ta’ala.

Lalu seperti apakah sosok haji yang mabrur dan amalannya diterima oleh Allah?

Allah senantiasa memberikan tanda diterimanya amal seseorang, sehingga kita dapat menyegerakan kebahagiaan di dunia sebelum akhirat dan agar kita semakin bersemangat untuk beramal. Begitu pun dengan ibadah haji. Di antara tanda-tanda haji mabrur, yaitu :

  • Berasal dari harta yang halal

Harta yang dipakai untuk melakukan haji adalah harta yang halal karena Allah tidak menerima kecuali yang halal. Sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan, “Sungguh Allah Mahabaik, tidak menerima kecuali yang baik.”

  • Ikhlas dan sesuai Sunnah Rasul

Segala amalan dilakukan dengan ikhlas dan baik, sesuai dengan tuntunan Rasulullulah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yakni; menjalankan rukun, kewajiban, dan meninggalkan semua larangan. Jika dirasa melakukan kesalahan, maka hendaknya kita segera melakukan taubat kepada Allah.

  • Banyak melakukan amalan baik

Sosok haji mabrur adalah seseorang yang saat pelaksanaan hajinya dipenuhi dengan banyak amalan baik, seperti; dzikir, salat di masjidil haram, salat tepat waktu, dan membantu teman seperjalanan. Di antara amalan khusus yang disyariatkan untuk meraih haji mabrur adalah bersedekah dan berkata baik selama haji.

  • Tidak berbuat maksiat selama ihram

Allah melarang perbuatan maksiat. Dalam kondisi ihram, larangan tersebut menjadi lebih tegas dan  jika dilanggar, maka haji mabrur yang diimpikan akan lepas.

Di antara perbuatan yang tidak dianjurkan selama haji adalah rafats (segala bentuk kekejian dan perkara yang tidak berguna), fusuq (keluar dari ketaatan kepada Allah apapun bentuknya) dan jidal (berbantah-bantahan secara berlebihan)

Allah berfirman/ barang siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan-bulan itu untuk mengerjakan haji/ maka tidak boleh melakukan rafats/ fusuq/ dan berbantah-bantahan selama mengerjakan haji”/ al-quran surat al-baqarah ayat 197//

  • Berubah menjadi lebih baik setelah berhaji

Salah satu tanda diterimanya amal seseorang di sisi Allah adalah diberikan taufik untuk melakukan kebaikan lagi setelah amalan tersebut. Sebaliknya, jika setelah beramal saleh tetapi kita masih melakukan perbuatan buruk, maka itu adalah tanda bahwa Allah tidak menerima amalan kita.

Sahabat MQ, orang yang hajinya mabrur menjadikan ibadah haji sebagai titik tolak untuk membuka lembaran baru dalam menggapai ridho Allah ta’ala. Aa akan semakin mendekat ke akhirat dan menjauhi dunia.