Selama ini kita terlapau sibuk berusaha untuk dicintai mahluknya, tetapi lupa untuk berusaha agar dicintai Rabnya, yakni Allah swt. Dicintai oleh mahluk pasti ada batasnya, baik itu dibatasi oleh waktu, oleh fisik, dan keterbatsan umur mahluk tersebut. Namun tidak ketika kita dicintai oleh Allah swt, sudah tentu, hal itu tidak akan ada batasnya, karena kecintaan Allah tidak dibatasi oleh waktu, sifat, dan yang lainnya. Selama hamba tersebut senantiasa melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan Nya. Namun yang menjadi permaslahannya, apakah kita sudah layak menjadi hamba yang dicintai Allah ? lantas bagaimana caranya agar kita senantiasa dicintai oleh swt?.
Sesungguhnya, ciri kekasih Allah itu tidak takut kepada apapun dan siapapun. Jangankan tidak dicintai mahluk, dihina, dicaci, bahkan diancam dibunuh sekalipun dia tidak akan takut. Hal ini menjadikan kesedihan atas dunia menjauh dari dirinya, ketakutannya hanya satu, yaitu takut tersisih dari sisi Allah Ta’ala. Selain keyakinan penuhnya kepada Allah, dia juga pasti istiqamah, patuh kepada Allah, serta hatinya yang bersih.
Dalam salah satu haditsnya, Rasulullah SAW mengemukakan, “Apabila Allah mencintai seorang hamba, maka Allah memanggil Jibril seraya berfirman: ‘Sesungguhnya Allah Ta’ala mencintai Fulan, maka cintailah ia’. Kemudian Jibril mencintai orang itu dan berkata kepada penghuni langit: ‘Sesungguhnya Allah mencintai Fulan, maka cintailah ia’ Penghuni langit pun akhirnya mencintai orang itu. Setelah itu kecintaannya diteruskan kepada penghuni bumi.” (HR Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah).
Begitu beruntungnya bagi hamba-hamabanya yang dicintai Allah
Cinta Allah itu nyata adanya dan tidak akan mengecewakan, lain halnya ketika dicintai mahluknya, bisa saja orang yang mencintai kita suatu saat akan mengecewakan kita atau bahkan berbalik membenci atau dibenci oleh kita.
Sejatinya cinta dan kasih sayang Allah itu menyeluruh bagi seluruh mahluknya, hal itu karena maha rohman dan rahimnya Allah, kasih sayang Allah tidak memandang orang tersebut ahli ibadah, jarang ibadah atau bahkan kufur kepada Allah. Hal itu terbukti orang yang jarang beribadah atau bahkan orang yang kufur kepada Allah, Allah senantiasa memberikan mereka nikmatnya hidup, nikmatnya kesehatan, nikmatnya materi, bahkan mungkin saja orang-orang yang jauh dari Allah kelihatan lebih sukses dan senang dengan kehidupannya. Namun satu hal yang harus diperhatikan oleh umat muslim, sesungguhnya Allah memilih hambanya untuk dicintai, bukan semata dicintai dengan dilapangkan persoalan duniawi saja, akan tetapi ketika Allah mencintai hambanya yaitu dengan Allah memberikan kemudahn baginya untuk nikmatnya beribadah sehingga dengan ibadah tersebut menghantarkannya kepada kebahagiaan yang hakiki yakni kebahagiaan di akhirat yaitu dengan diberikannya surga. Yang mana nikmatnya surga itu lebih jauh dari pada nikmatnya dunia, suatu keterangan menjelaskan bahwa perbandingan nikmat ukhrowi (surga) dengan nikmat dunia yaitu satu berbanding sembilan, bahkan kenikmatan dunia yang hanya satu Allah bagikan kepada seluruh mahluknya di dunia, tetapi nikmat surga yang sembilan, Allah hanya berikan kepada penduduk surga, yakni hamba-hamba pilhan Allah, dan hamba-hambanya yang Alloh cintai.
Hampa rasanya hidup sebagai seorang manusia, tapi Allah Ta’ala tidak menyintainya
Hina rasanya hidup bergelimang harta dan bertakhta, berpangkat tinggi dan punya pengaruh, terkenal dan banyak kawan, panjang umur dan punya pengalaman luas bila Allah tak lagi menyayanginya.
Sebab tak ada cinta dan kasih sayang yang melebihi rasa cinta dan kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya. Betapapun seseorang sangat besar rasa cintanya kepada harta, takhta, jabatan, anak dan istri, atau apapun yang ada di dunia ini, maka semua itu tak akan pernah bisa mengalahkan rasa cinta Allah kepadanya. Allah Ta’ala menyintai hamba-Nya melebihi hamba itu menyintai apapun yang ada di dunia ini termsuk dirinya sendiri.