Membicarakan pendidikan seksual masih menjadi hal yang tabu di negara kita. Orang tua masih ragu atau bahkan bingung bagaimana cara menyampaikan pendidikan ini kepada buah hatinya. Padahal pendidikan seksual ini penting untuk dipraktekan di rumah, karena pada hakikatnya pendidikan seksual atau sering disebut dengan sex education ini berujung pada hubungan keluarga yang harmonis. Buruknya pendidikan seksual sejak dini di Indonesia, membuat anak banyak yang menjadi korban seksual.
Islam sebenarnya sudah mengatur dengan rinci pendidikan seksual ini bagi umat muslim khususnya orang tua agar dapat membentengi anak dari perbuatan asusila. Seperti belajar bagaimana berinteraksi dengan lawan jenis, berperilaku sesuai dengan qardatNya, mengatur tidur anak bersama orang tua pada usia tertentu, waktu berkungjung ke ruangan khusus orang tua, menjaga kebersihan alat kelamin, mengenal mahram, dan menjaga pandangan.
Orang tua harus sigap jika sewaktu anaknya banyak melontarkan pertanyaan ketika tiba masa usia baligh. Jika orang tua sudah mengajarkan pendidikan seksual sejak dini, anak tidak akan terlalu bingung untuk menghadapi masa pubertasnya. Sekarang ini banyak kasus pelecehan sosial kepada anak-anak, awal mulanya dari ikhtilat atau berbaur antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram. Haramnya ikhtilat tercantum dalam firman Allah Ta’ala :
“Apabila kamu meminta sesuatu (keperluan) kepada mereka (istri-istri Nabi), maka mintalah dari belakang tabir. (cara) yang demikian itu lebih suci bagi hatimu dan hati mereka.” (QS. Al-Ahzab :53)
Sebagimana tafsir dari Ibnu Katsir mengenai ayat diatas yaitu, “Sebagaimana aku larang kalian memasuki tempat kaum perempuan, demikian pula janganlah kalian melihatnya secara keseluruhan. Jika diantara kalian memiliki keperluan yang ingin diambil dari mereka, maka jangan lihat mereka dan jangan tanya keperluan mereka kecuali dari balik tabir.”
Tentu ada banyak cara agar terhindar dari ikhtilat. Seperti halnya sekolah atau pesantren yang memisahkan laki-laki dan perempuan, undangan pernikahan yang dipisah, dan fasilitas umum lainnya yang memisahkan antara perempuan dengan laki-laki. Akan tetapi sahabat MQ, yang sulit untuk dihindari saat ini ialah ikhtilat digital. Dimana fisik kita jauh dari lawan bicara kita yang berbeda jenis kelamin tetapi dengan bantuan tekhnologi yang canggih kita dapat melakukan hubungan jarak jauh dengan mudah. Dengan begitu timbullah imajinasi dari ikhtilat digital tersebut.
Ikhtilat digital lebih berbahaya, karena prakteknya tidak mudah untuk diketahui. Sering orang tua senang jika anaknya hanya bermain di rumah dan jarang bergaul dengan lawan jenis bahkan hanya berada di kamarnya. Orang tua seharusnya berhati-hati jika mengalami hal tersebut, apa yang dilakukan anaknya di kamar? Lihat kondisi anak, apakah anaknya sedang memegang handphone atau alat elektronik lainnya.Hal tersebut harus menjadi kewaspadaan bagi orang tua.
Sering terjadi kasus anak-anak yang mengalami pelecehan sosial lewat gadget. Orang tua harus melakukan tindakan agar anaknya tidak terjerumus kepada hal yang negatif. Usaha yang dapat dilakukan orang tua yaitu dengan parental control. Orang tua harus lebih cerdas dalam memanfaatkan teknologi. Berikut ha-hal yang dapat dilakukan orang tua untuk mengontrol anaknya agar terhindar dari buruknya ikhtilat digital.
- Berikan gadget kepada anak sesuai kebutuhan. Jika anak masih menginjak usia dini, gunakanlah gadget orang tua dan dampingi pada saat anak mengoperasikan.
- Batasi penggunaan gadget untuk anak.
- Gunakan akun orang tua agar lebih mudah untuk dikontrol.
Jika ketiga hal tersebut sulit untuk dilakukan. Beri penjelasan kepada anak secara logis mengenai dampak ikhtilat digital. Eratkan hubungan dengan anak, agar anak tidak canggung untuk bercerita kepada orangtua mengenai kendala seksual.