Kata “sabar” artinya menahan diri dari sesuatu yang tidak berkenan di hati, ia juga berarti ketabahan. Imam al-Ghazali mendefinisikan sabar sebagai ketetapan hati melaksanakan tuntutan agama menghadapi rayuan nafsu. Secara umum kesabaran dapat dibagi dalam dua pokok: pertama, Sabar jasmani yaitu kesabaran dalam menerima dan melaksanakan perintahperintah keagamaan yang melibatkan anggota tubuh, seperti sabar dalam melaksanakan ibadah haji yang melibatkan keletihan atau sabar dalam peperangan membela kebenaran. Termasuk pula dalam kategori ini, sabar dalam menerima cobaan-cobaan yang menimpa jasmani seperti penyakit, penganiayaan dan semacamnya.  Kedua, adalah sabar rohani menyangkut kemampuan menahan kehendak nafsu yang dapat mengantar kepada kejelekan, seperti sabar menahan amarah, atau menahan nafsu lainnya.

Secara etimologi sabar berasal dari bahasa arab, صبرا – صيبر – صبر yang berarti bersabar, tabah hati, berani.2 Dalam bahasa Indonesia, sabar berarti: “tahan menghadapi cobaan, tabah, tenang, tidak tergesa-gesa, tidak terburu-buru
nafsu.

Quraish Shihab, dalam Tafsir Al-Mishbah, menjelaskan bahwa sabar artinya menahan diri dari sesuatu yang tidak berkenan di hati. Ia juga berarti ketabahan. Selain itu, ia menjelaskan bahwa kesabaran secara umum dibagi menjadi dua. Pertama, sabar jasmani yaitu kesabaran dalam menerima dan melaksanakan perintah-perintah keagamaan yang melibatkan anggota tubuh seperti sabar dalam menunaikan ibadah haji yang menyebabkan keletihan. Termasuk pula, sabar dalam menerima cobaan jasmaniyah seperti penyakit, penganiayaan dan sebagainya. Kedua, sabar rohani menyangkut kemampuan menahan kehendak nafsu yang dapat mengantar kepada kejelekan semisal sabar dalam menahan marah, atau menahan nafsu seksual yang bukan pada tempatnya.

Sabar dalam Kehidupan sehari-hari

Kehidupan manusia sebenarnya penuh dengan pergulatan, dan kemenangan dalam pergulatan ini sangat tergantung pada sejauh mana kesabaran yang dimiliki seseorang dalam menghadapi pergulatan itu. Karena sabar merupakan jalan yang bisa membawa seseorang pada kemenangan yang diinginkan, senjata yang efektif untuk menaklukkan musuh, apapun bentuknya, baik yang tersembunyi maupun yang tampak. Jika kita telusuri berbagai ayat al-Qur’an maupun hadis, maka akan kita dapati bahwa kata “sabar” kerap kali diungkapkan dalam berbagai situasi dan kondisi. Namun kesemuanya tetap bermuara pada satu tujuan, yaitu kesuksesan dan kemenangan.

Sabar menerima cobaan hidup

Cobaan seperti ini bersifat alam, tak ada satu manusia pun yang dapat menghindarinya. Oleh karena itu, kita harus dapat menerimanya dengan penuh kesabaran seraya memulangkan segala sesuatunya kepada-Nya. Allah SWT. berfirman:

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun”, mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka Itulah orangorang yang mendapat petunjuk. (QS. al-Baqarah: 155-157)

Apabila ditimpa ujian, seyogianya manusia bersabar, bertahan, dan tidak menjadi lemah semangat sehingga keyakinannya kepada Allah Swt bertambah mantap dan tetap dapat melaksanakan segala kewajiban. Kesabaran ini harus dipertahankan dalam segala hal. Oleh karena itu, kaum Muslim sepakat bahwa kesabaran adalah wajib hukumnyna, baik dalam melaksanakan kewajiban maupun meninggalkan yang haram. Termasuk kesabaran untuk tidak berputus asa atas musibah yang menimpanya, dan kesabaran untuk tidak mengikuti hawa nafsu yang dilarang Allah Swt.

Contohnya seperti dengan bersabar kita dapat berfikir positif atas sebuah hal yang terjadi dalam kehidupan kita. Orang yang mempunyai sifat sabar akan selalu mengingatkan dirinya untuk bersyukur dikarenakan dirinya yang sabar mendapatkan hasil sekecil apapun itu. Ia akan banyak bersyukur.

Sabar dari keinginan hawa nafsu

Hawa nafsu mempunyai kecenderungan untuk menginginkan segala macam kenikmatan hidup, kesenangan dan kemegahan dunia. Untuk mengendalikannya diperlukan kesabaran, al-Qur’an bahkan mengingatkan kita agar jangan sampai harta benda dan anak-anak dapat menyebabkan seseorang lalai dari mengingat Allah Swt. berfirman:

Hai orang-orang beriman, janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian Maka mereka Itulah orang-orang yang merugi. ( QS. al-Munafiqun: 9)

Sabar membangkitkan tetap pendirian menegakkan agama di dalam menentangkan hawanafsu. Ketika kesabaran itulah yang perlu di perhatikan dalam berbagai usaha dan kegiatan dalam memperjuangkan kehidupan dari godaan hawa nafsu untuk meperoleh kebahagiaan di dunia dan kebahagian di akhirat kelak. Pada saat itulah kita akan terhindar dari sifat yang sering mengeluh. Oleh karena itu jalan terbaik untuk menghadapi berbagai macam urusan adalah sabar, karena orang yang sabar akan memperoleh pahala yang besar dan jalan kemudahan dari Allah Swt.