Sahabat MQ, telah dijelaskan di dalam Al-Qur’an surah Al-Balad ayat 4 tentang keadaan manusia dalam kehidupan ini
لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي كَبَدٍ
Terjemah: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah”
Maka manakala sebuah musibah turun menimpa, membuat suasana hati gundah, pikiran terasa gelap gulita, bahkan dunia menjadi terasa sempit, maka dalam menangani problematikanya terkadang dibutuhkan waktu yang lama serta usaha yang kuat untuk melewati problema tersebut. Oleh sebab itu, melalui firman Allah SWT di atas, Allah SWT memberi petunjuk kepada manusia agar senantiasa mengingat-Nya dalam kondisi apapun. Sebab usaha manusia akan sia-sia tanpa melibatkan Allah SWT di dalamnya.
Dalam hidup sehari-hari salah satu kebiasaan para Nabi adalah selalu memohon petunjuk kepada Allah SWT. Petunjuk yang diberikan Allah bisa berupa ilham yang merebak di dalam hati atau pendengaran dan bisa pula berupa tindakan. Salah satu petunjuk yakni berupa tawakal kepada Allah, maka Allah itulah cukup baginya. Dalam tawakal itu sendiri dapat menguatkan jiwa, menjadikan hati berani menerima apapun hasilnya, serta menjadi tenang dan tentram.
Dalam Al-Qur’an juga disebutkan bahwa setiap permasalahan hidup pasti ada jalan keluarnya dan yakin bahwa Allah akan memberikan pertolongan, sebagaimana yang dijelaskan dalam QS. Ali-Imran ayat 160 berikut:
إِنْ يَنْصُرْكُمُ اللَّهُ فَلَا غَالِبَ لَكُمْ ۖ وَإِنْ يَخْذُلْكُمْ فَمَنْ ذَا الَّذِي يَنْصُرُكُمْ مِنْ بَعْدِهِ ۗ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ
Terjemah: “Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal.“
Buya Hamka dalam buku Tasawuf Modern (1990: 232-233) mengatakan bahwa dalam ajaran Islam, tawakal itu adalah landasan atau tumpuan terakhir dalam sesuatu usaha atau perjuangan. Lalu berserah diri kepada Allah setelah menjalankan ikhtiar. Itulah sebabnya meskipun tawakal diartikan sebagai penyerahan diri atau ikhtiar sepenuhnya kepada Allah SWT, namun tidak berarti orang yang bertawakal harus meninggalkan semua usaha dan ikhtiar. Sangat keliru bila orang menganggap tawakal dengan memasrahkan segalanya kepada Allah tanpa diiringi dengan usaha maksimal.
Orang yang bertawakal kepada Allah tidak akan berkeluh kesah dan gelisah. Ia akan selalu berada dalam ketenangan, ketentraman dan kebahagiaan. Jika ia memperoleh nikmat dan karunia dari Allah SWT, ia akan bersyukur, dan jika tidak atau kemudian mendapat musibah, ia akan bersabar dan berusaha kuat untuk keluar dari musibah tersebut. Ia menyerahkan semua keputusan, bahkan dirinya sendiri kepada Allah. Penyerahan diri itu dilakukan dengan sungguh-sungguh dan semata-mata karena Allah, sebab hanya Allah yang mampu menolong manusia, Allah memiliki kehendak yang luar biasa sebagai Sang Pencipta.
Sahabat MQ, tetaplah hidup menjadi baik meski problematika kehidupan senantiasa mengiringi langkah manusia. Ujian tersebut adalah bentuk kasih sayang dari Allah, agar manusia tidak pernah lupa bahwa Allah itu selalu ada. Libatkan selalu Allah dalam doa dan usaha kita, niscaya ketenangan akan menyelimuti hari-hari kita sebagai manusia yang taat kepada Allah.