بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ – ١

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ – ٢

الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ – ٣

مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ – ٤

اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ – ٥

اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ ۙ – ٦

صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ ࣖ – ٧

Terjemahan: Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang, Pemilik hari pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”
Al-Fātiḥah yang merupakan mahkota tuntunan ilahi, dinamai juga Ummu Al-Qur‟ān atau Ummu Al-Kitāb karena ia adalah induk semua ayat-ayat Al-Qur‟ān. Al-Fātiḥah juga adalah As-Sab‟ Al-Matsāni dalam arti tujuh ayatnya yang diulang ulang. Bukan saja dalam setiap raka‟at shalat, tetapi juga kandungan ketujuh ayatnya diulang dan dirinci oleh seluruh ayat-ayat AlQur‟ān yang berjumlah enam ribu ayat lebih itu.

Dalam Hadits lain Nabi Muhammad SAW menjelaskan mengenai wajibnya membaca Al-Fātiḥah ketika shalat, dan tidak diakui shalat seseorang jika ia tidak membaca Al-Fātiḥah , sebagaimana dalil di bawah ini:

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abi Umar al Maki, Abu Abdillah al-Adani dan Ali bin Hujrin berkata, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Az Zuhri dari Mahmud bin Ar Rabi’ dari ‘Ubadah bin Ash Shamit, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallambersabda: “Tidak ada shalat bagi yang tidak membaca Faatihatul Kitab (Al Fatihah).” (H.R Tirmidzi: 247)

Al-Fātiḥah yang merupakan Induk dari Al-Qur‟ān, surat yang dibaca minimal 17 kali dalam sehari ini memang istimewa. Dengan memahami dan menghayati makna dari surat ini akan membantu khusyu‟nya seseorang dalam shalat dan menjadi tarbiyah dalam Habblumminallah dan Hablumminannas.

Kata al-Fatihah berasal dari bahasa Arab dari kata فتحا – یفتح – فتح yang artinya membuka atau keterbukaaan. Keterbukaan ialah menghilangkan ketertutupan dan kesulitan. Ada dua macam keterbukaan: pertama, keterbukaan yang dapat dilihat dengan mata lahir, seperti terbukanya pintu dan sejenisnya, dan seperti terbukanya kunci, penutup, dan barang-barang. Kedua, keterbukaan yang dapat dilihat dengan mata batin, seperti terbukanya dari kesulitan.

Surat al-Fatihah yang terdiri dari tujuh ayat ini mengandung pujian, pemuliaan, dan pengagungan bagi Allah SWT. Melalui penyebutan asma-ulhusna(nama-nama yang indah bagi Allah) yang menuntut adanya sifat-sifat yang agung baginya. Juga mencakup penyebutan tempat kembali manusia, yaitu hari pembalasan. Selain itu berisi bimbingan kepada para hambanya agar mereka memohon dan tunduk kepadanya serta melepaskan upaya dan kekuatan diri mereka untuk melanjutkan secara tulus ikhlas mengabdi kepadanya, mengesakan, dan menyucikannya dari sekutu atau tandingan. Juga (berisi) bimbingan agar mereka memohon petunjuk kepadanya ke jalan yang lurus, yaitu agama yang benar serta menetapkan mereka kejalan tersebut, sehingga ditetapkan bagi mereka untuk menyebrangi jalan yang tampak konkrit pada hari kiamat kelak menuju ke surga disisi para Nabi, shiddiqin, dan orang-orang shaleh.

Surat al-Fatihah ini juga mengandung targhib (anjuran) untuk mengerjakan amal shalih agar mereka dapat bergabung bersama orang-orang yang beramal shalih, pada hari kiamat kelak. Serta mengigatkan agar mereka tidak menempuh jalan kebathilan supaya mereka tidak diiringi bersama penempuh jalan tersebut pada hari kiamat, yaitu orang yang dimurkai dan sesat.