Sudah menjadi keyakinan dalam kehidupan kita, bahwa segala yang ada permulaannya itu akan ada penghabisannya, setiap yang punya awal mesti punya akhir, tidak ada keabadian dalam kehidupan dunia ini. Semuanya datang dan pergi silih berganti, berubah oleh pergeseran masa dan pertukaran waktu. Demikianlah kalau kita mau renungi kehidupan dari alam di sekitar kita, sejak dari kehidupan tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai pada kehidupan kita mahluk yang bernama manusia.
Tahapan kehidupan manusia
Lihatlah kita manusia misalnya, dimulai dari sejak kita terlahir ke alam ini, keluar dari dalam rahim ibu, menjadi bayi yang merah tidak berdaya, untuk kemudian berangsur meningkat menjadi anak-anak, dari kehidupan anak-anak berubah lagi menjadi remaja, dengan segala keceriaan dan kelincahannya, dan dari masa remaja naik lagi menuju usia dewasa, untuk kemudian berangsur menuju hari tua, lalu setelah kita memasuki hari tua, sehari, seminggu, sebulan, setahun, hingga sampailah kita pada batas waktu yang telah ditentukan oleh Allah,yang dinamakan ajal, dan bertemulah kita dengan yang disebut Maut.
Setiap mahluk yang bernyawa akan mengalami kematian
Setiap mahluk yang bernyawa akan mengalami yang namanya kematian, karena kematian itu pasti adanya kepada setiap mahluk, bahkan malaikat pencabut nyawapun akan Allah cabut nyawanya, dan tidak ada yang kekal didunia ini keculai Allah zat yang maha kekal. Allah swt berfirman :
وَمَا جَعَلْنَا لِبَشَرٍ مِّن قَبْلِكَ الْخُلْدَ ۖ أَفَإِن مِّتَّ فَهُمُ الْخَالِدُونَ
Artinya :
“Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad), Maka apabila jikalau mati, Apakah mereka akan kekal?” [al-Anbiyâ’/ 21:34].
Di dalam ayat yang lain Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۖ ثُمَّ إِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
Artinya :
“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada Kami kamu dikembalikan” [al-‘Ankabût/29:57]
Perubahan-perubahan pada diri manusia
Kalau seja kita mau merenung, perubahan-perubahan yang terjadi pada diri kita, seharusnya membuat diri kita insaf, dan sadar. Dikala remaja, kita begitu lincah, punya rambut yang hitam, ikal berderai, punya lesung di pipi, punya senyum yang indah menawan setiap orang yang melihat,punya kulit yang kencang dan bersih, maka mana kala kita memasuki hari tua, perubahan perontalpun terjadi, kulit mulai menjadi keriput, rambut yang tadinya hitam ikal berderai mulai memutih, nikmat berkurang, gigi yang tadinya utuh dan sanggup mengunyah apa saja perlahan mengurang.
Bila maut datang menjemput kita, apakah selsailah kehidupan kita sampai disitu ?
Sahabat mq, kalau saja lahir merupakan perpindahan hidup dari alam rahim ke alam dunia, maka mati hakikatnya adalah perpindahan hidup, dari alam dunia ini ke alam kehidupan yang berikutnya, yang dinamakan dengan alam barjah.
Alangkah tidak adalinya Allah, kalau saja tidak ada lagi kehidupan setelah kematian, karena apa gunanya manusia yang beribadah dengan yang tidak beribadah, apa bedanya oarang yang senantiasa melakukan kebaikan dengan orang yang tidak pernah melakukan kebaikan, atau bahkan dengan orang yang senantiasa berlaku buruk atau dosa.
Kehidupan setelah meninggal dunia
Tapi dengan kemaha adilan dan maha kuasaanya Allah swt, maka yakinlah setalah seluruh manusia mati akan dihidupkan kembali menuju kehidupan Akhirat, yang mana inilah kehidupan sesungguhnya, kehidupan yang abadi, kehidpuan balasan bagi setiap amal manusia.
Maka bagi mereka yang selama didunia taat dan beribadah kepada Allah swt, berbahagialah bagi mereka, karena mereka akan mendapatkan balasan berupa surganya Allah swt, yang mana tidak ada kenikmatan di dunia seindah dan senikmat surga, yang didalamnya penuh dengan kenikmatan serta tidak ada sedikitpun kekurangan didalamnya.
Dan celakalah bagi mereka yang selam hidupnya di dunia kufur terhadap Allah dan sering melakukan dosa, karena balesan bagi mereka adalah nerka, yang mana neraka merupakan seburuk-buruknya tempat yang Allah sediakan bagi mahluknya yang berdosa dan kufur kepada Allah. Mereka disiksa dengan seburuk-buruknya siksaan, dan sungguh terdapatlah pada hati mereka rasa penyesalan yang amat dalam, karena tidak melaksanaan ketaatan dan tidak mengimani Allah swt.
Sebagaiamana dalam firman Allah swt :
وَقُلْ رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ () وَأَعُوذُ بِكَ رَبِّ أَنْ يَحْضُرُونِ () حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ () لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلَّا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ ()
Artinya :
Dan katakanlah: “Ya Tuhanku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan syaitan. Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku.” (Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan. [Qs.Al-Mu’minun :97-100]