Indonesia memilih pemimpin dengan cara Pmilihan Umum. Dengan sistem ini, harapannya dapat terpilih pemimpin yang dapat melayani, bukan meminta dilayani.

Sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wasalam dalam hadis riwayat Ibnu Asakir dan Abu Nu’aim:

Pemimpin suatu kaum adalah pelayan bagi mereka.

Kehidupan manusia yang merupakan makhluk sosial memang memfitrahkan adanya pimpinan dan yang dipimpin. Juga menggariskan bahwa kepemimpinan adalah sesuatu yang mesti ada dalam setiap tatanan keluarga, masyarakat, atau batas wilayah tertentu.

Pilih Pemimpin yang Saleh

Sahabat MQ di antara kriteria utama yang mesti dibenahi terlebih dahulu adalah perkara kesalehan dan mushlih-nya seorang pemimpin. Saleh dalam artian menjalankan kewajiban dan ketaatan sebagai seorang muslim atau dalam istilah yang lebih umum disebut juga bersifat taqwa.

Kesalehan ini tidak hanya nampak dari segi ibadahnya, namun juga dari segi muamalah dan akhlak yang baik terhadap sesama dan rakyat yang dipimpinnya. Perilaku kepemimpinan seperti inilah yang disebut sebagai sikap keteladanan.

Dalam islam, keteladanan ini merupakan harga mati yang tak bisa diremehkan oleh setiap pemimpin. Islam mengajarkan bahwa keteladanan tak akan mungkin diraih tanpa adanya sifat saleh yang terpatri dalam jiwa seorang pemimpin. Islam sendiri telah memiliki sosok pemimpin yang memiliki keteladanan.

Sebagaimana firman Allah dalam Alquran surat Al-Ahzab ayat 21:

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” //

Oleh karena itu, sifat teladan ini wajib ada dalam diri seorang pemimpin agar masyarakat atau orang-orang bawahannya bisa meneladaninya dengan baik.

 

(Konten ini disiarkan dalam Segmen Mozaik Islam, setiap Sabtu – Ahad pukul 17.00 WIB)