Apakah yang sebenarnya dapat menimbulkan keraguan ? darimanakan keraguan itu datang ? apakah karena lemahnya iman ? atau banyaknya dosa yang tidak kita sadari ?

Keraguan adalah perasaan yang sangat berpengaruh bagi diri manusia, karena akan menentukan pilihan dan sikap seseorang. Ragu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah memilki arti bimbang, mendua hati, agak kurang percaya dan belum menentukan pilihan. Peragu berarti orang yang memiliki sifat ragu, bimbang serta sukar menentukan pilihan. Ragu adalah lawan kata dari yakin. Orang yang ragu tidak dapat menentukan sebuah pilihan. Misalnya ada pilihan A dan pilihan B, orang yang ragu berada di tengah- tengah antara pilihan A dan B. Hal ini dikarenakan orang yang ragu tidak mempunyai pengetahuan yang pasti mengenai pilihan A maupun pilihan B, sehingga tidak dapat memutuskan sampai mendapatkan pengetahuan yang jelas tentang keduanya.

Ragu adalah lawan kata yakin, adapaun dalam mencari makna dan konstruksi ragu dalam al-Quran penulis menggunakan dua kata kunci yaitu al- syakk dan al-raib. pengertian al-Syakk adalah seimbangnya dua hal yang berlawanan yang terjadi pada diri manusia, biasanya terjadi dalam hal apakah seseuatu itu ada atau tidak, atau dalam jenis apakah ini? al-Syakk sejenis dengan kebodohan karena orang ragu disebabkan oleh tidak adanya pengetahuan. Adapun al-raib adalah kegelisahan atau prasangka buruk, menuduh dengan melemahkan suatu perkara atau meragukan sesuatu dengan cacian dan menimbulkan kegelisahan. Ragu dalam tingkatan al-syakk masih diperbolehkan karena keraguan dalam hal ini menuju arah yang positif yakni mendorong seseorang untuk terus befikir, karena orang yang yakin adalah orang sebelumnya mengalami keraguan akan tetapi terus berfikir hingaa mendapatkan pengetahuan yang pasti sehingga keraguan yang ada berubah menjadi keyakinan.

Kata ragu mempunyai konotasi yang negatif, orang yang ragu selalu disandingkan dengan orang yang kafir. Sebagaimana dalam surat al-Naml ayat  66:

بَلِ ادَّارَكَ عِلْمُهُمْ فِي الْآخِرَةِ ۚ بَلْ هُمْ فِي شَكٍّ مِنْهَا ۖ بَلْ هُمْ مِنْهَا عَمُونَ

Terjemah:”Sebenarnya pengetahuan mereka tentang akhirat tidak sampai (kesana) malahan mereka ragu-ragu tentang akhirat itu, lebih-lebih lagi mereka buta daripadanya.

Orang yang tidak percaya tentang kehidupan akhirat disebabkan kebodohanya mengenai akhirat, dan pengetahuanya tentang akhirat akan sempurna ketika hari kiamat telah datang, di mana pengetahuan tersebut sudah tidak bermanfaat lagi bagi dirinya. Lafaz bal hum fi> syakkin kembali kepada suatu jenis, maksudnya adalah jenis orang yang kafir, karena mereka ragu terhadap wujud dan terjadinya hari kiamat.

Begitulah ragu selalu disandingkan dengan orang yang kafir dan berkonotasi jelek, akan tetapi Quraish Sihab berbeda pendapat dengan  yang lainya yakni bahwasanya ragu dalam tingkatan al-syakk al-Quran masih membolehkanya, karena keraguan tersebut mendorong orang untuk berfikir positif hingga menemukan kebenaran, karena berawal dari keraguan, seseorang akan menemukan sebuah kebenaran, sedangkan keraguan dalam tingkatan al-raib adalah meragukan sesuatu yang sudah jelas kebenarannya sehingga tidak diperbolehkan. Dengan demikian apakah keraguan dalam al-Quran sebenarnya diperbolehkan dalam batas-batas tertentu atau orang yang ragu adalah orang yang dihukumi sebagaimana orang yang kafir.

Apa saja yang ditimbulkan dari rasa ragu ?

Ragu dapat menimbulkan hal-hal negatif, diantara dampak negatif ragu dalam perspektif al-Quran diantaranya yaitu:

  1. Tidak mendapatkan kepastian
  2. Termasuk dalam kategori orang yang merugi
  3. Malas berfikir
  4. Kurang totalitas dalam melaksakan perintah Allah
  5. Diliputi dugaan dan prasangka yang salah
  6. Terhalang menuju jalan kebenaran
  7. Mendorong untuk berbuat fitnah
  8. Dibutakan mata hatinya oleh Allah
  9. Mendapatkan penyesalan dan adzab yang pedih
  10. Melakukan perbuatan tercela dan tidak mendapat petunjuk.

Apa faktor yang dapat menyebabkan kerguan ?

Adapun faktor yang dapat menyebabkan kerguan dalam perspektif al- Quran diantaranya yaitu, kurangnya pengetahuan, cobaan, musibah dan fitnah, kurang bersyukur dan melakukan perbuatan tercela dan terlena dengan kehidupan dunia.