Isra Mi’raj merupakan suatu peristiwa dimana Nabi Muhammad SAW diperjlankan oleh Allah swt, dari Masjidil Haram di Makah ke Masjidil Al Aqsa di Yerusalem (Isra), kemudian dilanjutkan menuju langit ke Sidratul Muntaha (Mi’raj) dengan tujuan menerima wahyu Allah SWT.

Peristiwa Isra’ dan Mi’raj terjadi pada 621 M,  dua tahun setelah wafatnya sang istri Siti Khadijah dan paman Rasulullah, Abu Thalib. Maka peristiwa isra mi’raj ini merupkan cara menghibur Allah swt kepada Rasulullah saw yang mana diakhir-akhir ini Rasulullah saw telah banyak sekali mendapat ujian dari Allah swt. Paket perjalanan  yang kemudian disebut sebagai Isra’ Mi’raj ini sejatinya adalah sebuah pesan kepada seluruh umat nabi Muhammad bahwa, segala macam cobaan yang seberat apa pun haruslah kita lihat sebagai sebuah permulaan dari akan dianugerahkannya sebuah kemuliaan kepada kita.

Peristiwa isra mi’raj merupakan peristiwa yang menakjubkan

karena pada peristiwa Isra Mi’raj Rasulullah saw melakukan perjalana dengan tempo waktu yang singkat dengan perjalanan ke dua tempat yang sangat jauh yaitu dari kota Mekah ke Yuresalem, dan yang paling menakjubkan yang secara akal fikiran manusia adalah suatu yang mustahil, yang hnaya diyakini oleh keimanan saja,  yaitu perjalanan Rasullah saw dari bumi ke langit menuju sidratul muntaha’.

Peristiwa isra mi’raj ini pula yang menjadi awal mula diperintahkannya shalat yang lima waktu,kepada nabi Muhammad saw dan kepada umatnya. Namun perintah shalat yang Allah berikan kepada nabi Muhaamd saw pada waktu itu, bukan 5 waktu yang telah kita ketahui dan jalankan sekarang, namun pada mulanya adalah 50 waktu, untuk lebih jelasnya berikut perjalanan perintah shalat yang Allah Ta’ala perintahkan kepada Rasulullah dan umatnya.

Rasulullah saw menerima perintah shalat pada peristiwa isra’ mi’raj

Dalam perjalanan isra’ mi’raj, rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menerima perintah dari Allah swt untuk menunaikan shalat sebanyak 50 waktu. Usai menerima perintah tersebut, Rasulullah saw bertemu dengan nabi musa alaihissalam yang bertanya, “apa yang diwajibkan oleh tuhanmu kepada umatmu?” Rasulullah saw menjawab, “shalat sebanyak 50 waktu”, kemudian nabi musa alaihissalam  berkata, “kembalilah menghadap Tuhanmu, sesungguhnya umatmu tidak akan sanggup melaksanakannya”,  maka Rasulullah saw pun kembali kepada Allah swt dan meminta keringanan, sehingga jumlah kewajiban shalat menjadi separuhnya. Setelah itu, Rasulullah bertemu nabi musa alaihissalam yang kembali menyarankan untuk meminta keringanan kepada Allah swt, Rasulullah saw pun kembali menghadap Allah swt, sehingga kewajiban shalat menjadi 10 waktu. Kemudian Rasulullah saw kembali bertemu kembali dengan nabi musa alaihissalam yang masih menyarankan untuk meminta keringanan kepada Allah sawt, maka Rasulullah saw lagi-lagi menemui Tuhannya untuk memohon keringanan, sehingga kewajiban shalat menjadi lima waktu.  Kemudian Allah Ta’ala  berfirman, “inilah lima waktu shalat yang wajib, nilainya sama dengan lima puluh waktu, dan kalam-ku tidak dapat berubah”.

Setelah Rasulullah  SAW menghadap Allah SWT, beliau kembali bertemu dengan nabi musa alaihissalam yang masih menyarankan untuk mengajukan keringanan, namun berbeda dari yang sebelumnya, Rasulullah saw berkata, “aku sangat malu bertemu tuhanku”.

jika saja Rasulullah malu untuk meminta yang lebih ringan dari lima waktu apalagi kita yang hanya manusia biasa?, maka sudahkah kita mempersembahkan shalat terbaik sebagai wujud syukur pada allah dan rasul-nya?.

Sahabat mq, itulah awal mulanya diperintahkan shalat kepada Rasulullah saw dan umatnya, Allah swt dan Rasulnya tentunya sanagt tahu dan bijaksana terhadap kemampuan umatnya dalam pelaksanaan shalat, sehingga Allah swt menetpakan lebih ringkas namun tidak kalah nilainya dan pahalanya dengan shalat yang 50 waktu.