Al Quran merupakan pedoman bagi seluruh umat Islam di dunia karena didalamnya terdapat segala sesuatu yang mengatur manusia. Dapat membaca dengan tartil dan merdu merupakan impian kaum muslim. Bahkan beberapa diantaranya berkesempatan untuk berprestasi di bidang Al Quran.
Seperti Haji Muammar Zainal Asyikin lelaki pemilik suara merdu dalam melantunkan bacaan Al Quran yang telah mengantarkannya ke berbagai pelosok bumi.
Sahabat MQ dapat menyimak Rekam Siar dibawah ini.
Belajar Qiraat dari Sejak Kecil
Muammar lahir pada 14 Juni 1954 di Pemalang. Beliau seorang Hafidz dan Qari asal Indonesia yang sudah terkenal baik dalam skala nasional maupun Internasional. Ia merupakan anak ketujuh dari sepuluh bersaudara dari pasangan Zainal Asyikin dan Hj. Mu’minatul Afifah yang merupakan tokoh agama di desanya.
Beliau memang dikenal qiraat sejak kecil, kala itu beliau bersama teman-temannya belajar qiraat kepada teman yang lebih tua. Selebihnya beliau belajar qiraat kepada kakaknya yang bernama Masykuri.
Sekitar tahun 1960-an suara beliau memang sudah kelihatan bagus meski hafalan suratnya masih terbatas. Saat itu Muammar kecil selalu membacakan ayat yang sama dan berulang di berbagai acara hingga ketika sang kakak pulang dari pesantren barulah ayat dari hafalannya bertambah.
Tahun 1962 untuk pertama kalinya Muammar menjuarai perlombaan Musabaqah Tilawatil Quran tingkat kabupaten Pemalang untuk kategori anak-anak. Saat itu, Muammar mewakili Sekolah Dasarnya. Selepas lulus dari Sekolah Dasar Muammar sempat belajar menjadi santri di Kaliwungu Kendal. Di Kota Gudeg tersebut, ia melanjutkan kiprahnya di bidang seni baca Al Quran.
Perjalanan Menjadi Qari Internasional
Beberapa kali Muammar sempat mengikuti perlombaan MTQ tingkat Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang diadakan oleh Radio Suara Yogyakarta .Pada tahun 1967 Muammar pun berhasil meraih juara pertama untuk tingkat remaja.
Tahun-tahun berikutnya Muammar kembali mengikuti perlombaan MTQ dan berhasil meraih gelar juara. Di tahun yang sama ia menjadi perwakilan asal Daerah Istimewa Yogyakarta untuk mengikuti lomba MTQ di Senayan tingkat remaja. Akan tetapi, kala itu ia belum meraih juara. Maka sejak saat itu, sosok Muammar Zainal menjadi langganan tetap kontingen Yogyakarta untuk perlombaan MTQ tingkat nasional kategori remaja.
Pada tahun 1979 Muammar tepilih menjadi anggota kontingen Indonesia di sebuah Haflah MTQ Internasional yang diselenggarakan di Mekah.
Kemudian pada tahun 1981 Muammar yang saat itu tengah belajar di Perguruan Tinggi Ilmu Al Quran (PTIQ) Ciputat meraih gelar juara nasional pertama kali di MTQ Banda Aceh. Muammar kala itu menjadi perwakilan DKI Jakarta. Dari perlombaan tersebut Muammar mendapatkan hadiah sebuah televisi dan tambahan hadiah dari provinsi DKI Jakarta yaitu kesempatan untuk ibadah haji.
Pada tahun 1984 Muammar menikah dengan Syarifah Nadia seorang wanita asal Aceh yang kini sudah dikaruniai seorang putri dan empat putra.
Sejak tahun 2002 ia mendirikan pesantren Ummul Qura yang terletak di Cipondoh kota Tangerang. Tujuan Muammar mendirikan Pondok ini yaitu untuk mewujudkan cita-citanya dalam mencetak qari dan qariah berkualitas internasional.
Dedikasinya yang tinggi sebagai seorang qari membuatnya pernah menembus tebalnya hutan Kalimantan hingga Istana Sultan Brunai dan bahkan diizinkan masuk ke Kabah.
Salah satu buah karyanya yang paling populer adalah rekaman pembacaan Quran yang dilakukan secara bersama dengan Haji Humaidi. Hingga saat ini rekaman tersebut masih sangat populer dan dianggap sebagai terobosan yang sangat baik dalam cara penyampaian tilawah.