MQFMNETWORK.COM, Bandung – Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Jawa Barat menilai, reaktivasi jalur kereta api Bandung Raya akan mendorong Industri Pariwisata di Jawa Barat. Selain mempercepat akses transportasi, jalur tersebut juga akan mendorong lahirnya atraksi wisata baru.
Ketua Asita Jabar Budijanto Ardiansyah mengatakan, reaktivasi jalur KA mati terutama Bandung-Ciwidey akan mendorong lahirnya atraksi wisata baru. Atraksi tersebut akan sangat membantu pelaku industri wisata, di tengah mulai redupnya destinasi yang ada.
Menurutnya, Jawa Barat saat ini memerlukan atraksi destinasi wisata baru. Dengan adanya aktivasi jalur tersebut, anggota Asita bisa menambah paket perjalanan untuk dijual kepada wisatawan domestik atau asing. Paket yang memiliki unsur historis, biasanya sangat menarik bagi wisatawan asing.
Diketahui, di Bandung Raya tercatat ada tiga jalur kereta api yang saat ini mati suri. Pertama, jalur Padalarang -Tagogapu sepanjang 16 km. Kedua, jalur Bandung-Ciwidey sepanjang 37,8 km. Ketiga, jalur Rancaekek-Tanjungsari sepanjang 11,5 km.
Sementara itu, Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat, Bey Triadi Machmudin mengatakan pihak Pemerintah Provinsi Jawa Barat mulai mengusulkan pada Kementerian Perhubungan untuk reaktivasi jalur kereta api Bandung-Ciwidey dan Banjar-Pangandaran.
Untuk menindaklanjuti usulan reaktivasi dua jalur lama kereta yang saat ini tidak aktif tersebut, Bey mengatakan Pemprov Jabar akan melakukan kajian pasar terlebih dahulu sebagai salah satu yang dipersyaratkan Dirjen Perkeretaapian apabila dua jalur tersebut ingin diaktifkan kembali.
Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Wilayah Jawa Barat, Muhammad Isnaeni, MT mengungkapkan bahwa saat ini pihak terkait sudah melakukan kajian kelayakan secara umum untuk wilayah Jawa Barat dan Banten. Berdasarkan kajian tersebut, ruas-ruas jalur kereta api Bandung Raya termasuk pada jalur prioritas tinggi untuk dilakukan aktivasi kembali.
Pada dasarnya, menurut Isnaeni, transpotasi masal akan berdampak kepada aktivitas dari sektor-sektor terkait yang mendukung adanya jalur-jalur strategis tersebut. Mulai dari sektor pariwisata, peratanian, hingga hajat hidup di daerah tersebut akan teratasi.
Jika melihat dari segi keunggulan, kereta api menjadi salah satu moda tranportasi masal yang memiliki potensi yang cukup baik untuk dapat meningkatkan berbagai moda tranportasi lainnya yang mendukung keterjangkauan di wilayah tersebut. Pada dasarnya, penerapan reaktivasi jalur kereta api ini adalah untuk dapat melayani pergerakan masyarakat.
Isnaeni juga berpandangan bahwa reaktivasi ini juga harus melihat prospek kedepan, tidak hanya berorientasi pada jangka pendek, tapi harus melihat kebermanfaatan jangka panjang. Karenanya akan diikuti oleh pertumbuhan penduduk di wilayah tersebut, serta dapat dimanfaatkan untuk paket wisata, angkutan pertanian sayur mayur dan juga sektor-sektor terkait lainnya akan merasakan dampak positifnya.
Disamping itu, dalam penerapan reaktivasi tersebut juga harus mempertimbangkan faktor alam atau faktor teknis lainnya, agar dalam penerapannya dapat aman bagi para penggunanya. Isnaeni perpandangan, jika melihat konteks pengoperaan maka akan berdampak pada aspek ekonomi sektor terkait dan jika dilihat dari pelaksanaan kostruksi, maka akan berdampak pada aspek sosial.
Menurutnya, penerapan reaktivasi jalur kereta api tersbeut harus dicermati sebagai kebijakan jangka panjang. Karenanya Bandung sudah dirasa sangat macet, idealnya transporatsi jangka panjang perlu dihadirkan. Kereta api secara teoritis akan lebih memiliki keunggulan yang cukup tinggi dan diharapkan masyarakat untuk dapat menggunakan angkutan masal, reaktivasi ini juga diharapkan untuk dapat mendorong penggunaan transportasi umum yang lebih masif.