Menjadi manusia konsumtif selalu kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Memiliki uang lebih, gaji sudah cair, ataupun melihat diskon besar-besaran, selalu menjadi sumber sikap konsumtif kita. Tak bisa dipungkiri, banyak orang yang tergiur dengan diskon, promo dan lain sebagainya dari suatu produk, dan membuat kita ingin membelinya. Tanpa kita sadari, terkadang apa yang telah kita beli dengan rasa penasaran akan berbeda setelah barang itu lama kita miliki. Dalam kurun beberapa waktu, barang-barang yang kita beli tidak lagi menjadi barang yang kita inginkan, alias bosan.
Sahabat MQ, Allah telah mengingatkan kepada kita untuk tidak bersikap boros dan pelit dengan diri sendiri ataupun orang lain. Allah berfirman dalam QS. Al-Furqon:67
وَالَّذِينَ إِذَا أَنْفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَٰلِكَ قَوَامًا
Terjemah:”Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.”
Allah mengingatkan agar kita tidak boros, semata-mata bukan karena alasan, tetapi dikarena apa yang kita miliki nanti akan dihisab dan dipertanggungjawabkan. Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,
«لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ»
“Tidak akan bergeser dua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai dia ditanya (dimintai pertanggungjawaban) tentang umurnya kemana dihabiskannya, tentang ilmunya bagaimana dia mengamalkannya, tentang hartanya; dari mana diperolehnya dan ke mana dibelanjakannya, serta tentang tubuhnya untuk apa digunakannya”. (HR. Tirmidzi)
Sahabat MQ, tentu apa saja yang dikerjakan dan lakukan dalam hidup dan kehidupan di dunia ini, mesti kelak di hari kiamat atau hari kemudian akan diminta pertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT oleh karena itu dalam hidup dan kehidupan di dunia ini, perlu mempersiapkan diri menghadapi kehidupan negeri akhirat, tempat yang kekal abadi, karena setiap manusia yang hidup di dunia ini akan diminta pertanggungjawabannya dari segala tingkah laku dan perbuatan yang pernah dikerjakan di duina ini. Tidak satupun yang lolos dari pertanyaan dan pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT.
Hidup seperlunya saja, akan lebih menentramkan. Tidak dibanjiri dengan hawa nafsu dan keinginan bahkan rela berhutang demi barang yang diinginkan. Cukup dengan barang-barang yang kita butuhkan saja. Jangan sampai membeli barang yang tidak perlu hanya karena rasa penasaran berlebihan. Kita hendaknya hidup secara sederhada atau minimalisme myang akan menuntut kita sebagai manusia untuk to live with less (hidup dengan sedikit harta). Dengan demikian, hidup kita akan tertata sesuai dengan perintah Allah dalam Al-Qur’an surah Al-Furqon ayat ke-67 tersebut.