Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpikir, persepsi, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. Sikap bukanlah perilaku, tetapi lebih merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap bisa berupa orang, benda, tempat, gagasan, situasi, atau kelompok. Dengan demikian, pada kenyataannya, tidak ada istilah sikap yang berdiri sendiri.

Sikap yaitu perbuatan, tingkah laku, moralitas seseorang yang didasari dengan pendirian, pendapat, gagasan, ide, yang sudah diyakini. Sikap juga diartikan : pandangan, tanggapan, pendirian orang-orang terhadap suatu masalah yang masuk kedalam jiwa. Secara etimologi, kata tawadhu berasal dari kata wadh‟a yang berarti merendahkan, serta juga berasal dari kata “ittadha‟a” dengan arti merendahkan diri. Disamping itu, kata tawadhu juga diartikan dengan rendah terhadap sesuatu. Sedangkan secara istilah, tawadhu adalah menampakan kerendahan hati kepada sesuatu yang diagungkan. Bahkan, ada juga yang mengartikan tawadhu sebagai tindakan berupa mengagungkan orang karena keutamaannya, menerima kebenaran dan seterusnya.

Pengertian Tawadhu Secara Terminologi berarti rendah hati, lawan dari sombong atau takabur. Tawadhu menurut Al-Ghozali adalah mengeluarkan kedudukanmu atau kita dan menganggap orang lain lebih utama dari pada kita. Tawadhu menurut Ahmad Athoilah adalah sesuatu yang timbul karena melihat kebesaran Allah, dan terbukanya sifat-sifat Allah.

Kerendahan hati ialah suatu sikap menyadari keterbatasan kemampuan diri dan ketidakmampuan diri sendiri, sehingga dengannya seseorang tidaklah mengangkuh dan tidak pula menyombong, tidak merasa dan menganggap bahwa dirinya lebih baik dari orang lain meski sejumlah kelebihan dimilikinya. Dia tetap seperti orang biasa pada umumnya. Tidak merasa perlu dihormati, disanjung, dan dipuja karena kelebihannya itu. Dia tetap “Membumi tidak Melangit” . Dia sadar betul bahwa segala kelebihan yang dimilikinya baik berupa harta, ilmu, prestasi, kedudukan atau apa pun adalah karunia Allah SWT untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya demi kemaslahatan pribadi dan uma manusia. Seperti yang kita ketahui bahwa Rendah hati adalah nama lain dari kata Tawadhu, Tetapi sebenarnya sikap rendah hati itu terbagi ke dalam beberapa sikap yaitu Lemah lembuh, ikhlas, sopan-santun, Rendah hati kepada Allah, Rendah hati kepada orang tua. Sedangkan tawadhu adalah bersikap tenang dan tidak sombong. Nabi Saw bersabda: “Sesungguhnya Allah SWT telah mewahyukan kepadaku “Bertawadhulah hingga seseorang tidak menyombongkan diri terhadap yang lainnya.” (Riwayat Muslim).

Untuk bersikap tawadhu, seseorang harus menanggalkan sifat sombong yang ada dalam dirinya. Hanya dengan cara inilah sikap tawadhu dalam diri seseorang dapat tumbuh subur untuk menjadi seseorang yang rendah hati, manusia tidak harus menjadi orang yang pemalu, pendiam, dan alim, tetapi hanya perlu diri sendiri apa adanya. Rendah hati menunjukkan bahwa puas dengan kualitas diri, percaya dengan diri sendiri namun tidak menunjukkan semua yang dimiliki, sikap dimana seseorang memiliki kelebihan atas kepemilikan materi, bakat, atau kemampuannya namun tidak menonjolkannnya dihadapan orang lain. Ini adalah kebalikan dari sikap sombong. Seseorang yang memiliki suatu kemampuan atau kelebihan, namun memamerkannya di depan umum dengan harapan mendapatkan pengakuan adalah suatu kesombongan.