Bakat (aptitude) mengandung makna kemampuan bawaan yang merupakan potensi (potential ability) yang masih perlu pengembangan dan latihan lebih lanjut. Karena sifatnya yang masih bersifat potensial atau masih laten, bakat merupakan potensi yang masih memerlukan ikhtiar pengembangan dan pelatihan secara serius dan sistematis agar dapat terwujud. Bakat berbeda dengan kemampuan (ability) yang mengandung makna sebagai daya untuk
melakukan sesuatu, sebagai hasil pembawaan dan latihan.
Bakat juga berbeda dengan kapasitas (capacity) dengan sinomimnya, yaitu kemampuan yang dapat dikembangkan di masa yang akan datang apabila latihan dilakukan secara optimal. Dengan demikian, dapat disarikan bahwa bakat masih merupakan suatu potensi yang akan muncul setelah memperoleh pengembangan dan latihan. Adapun kemampuan dan kapasitas sudah merupakan suatu tindakan yang dapat dilaksanakan atau akan dapat dilaksanakan. Jadi, yang disebut bakat adalah kemampuan alamiah untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan, baik yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus.
Dengan bakat, memungkinkan seseorang untuk mencapai prestasi dalam bidang tertentu. Tetapi untuk mewujudkan bakat ke dalam suatu prestasi diperlukan latihan, pengetahuan, pengalaman, dan motivasi. Ke-4 hal tersebut harus dibangun dengan tepat agar tidak salah berkembang. Memperhatikan bakat anak sangat penting untuk membantu membangunnya, agar menjadi bakat yang bermanfaat. Bakat pada anak memang perlu disalurkan dengan cara yang benar. Namun, dalam prosesnya, tak sedikit orang tua yang melakukan kesalahan dalam mengembangkan minat dan bakat anak-anaknya. Kesalahan berawal dari rasa takut orang tua jika anak menjadikan hobinya sebagai profesinya nanti, padahal itu belum tentu terjadi. Berikut beberapa tips agar tidak salah kembangkan bakat anak:
Orang Tua Harus Memiliki Pikiran yang Lebih Terbuka
Orang tua harus memiliki pikiran yang lebih terbuka mengenai segala kemungkinan yang bisa digeluti anak. Artinya, orang tua harus menambah wawasan mengenai kegiatan-kegiatan yang bisa dicoba anak. Melalui pikiran terbuka tersebut, orang tua bisa melihat dan mengawasi kegiatan anak serta menyesuaikan apa bakat yang dimiliki anaknya.
Jangan Memaksakan Kehendak
Kesalahan berikutnya adalah orang tua kerap memaksakan kehendak. Ayah dan ibu terkadang suka memaksakan keinginan mereka yang diaplikasikan ke anak, padahal belum tentu anak menyukainya. Dengan memaksakan kehendak, orang tua sama saja menekan kemampuan anak. Anak akan sulit menerima kehendak orang tua apabila terpaksa.
Orang Tua Terlalu Terburu-buru Menentukan Kegemaran Anaknya
Kesalahan lainnya adalah orang tua terlalu terburu-buru menentukan kegemaran anaknya. Misalnya, seorang ayah yang terlalu terburu-buru memasukkan anaknya ke sekolah basket saat tak sengaja melihat anaknya bermain basket baru sebentar saja.
Hal yang sama ketika orang tua melihat anak pandai melukis, lalu orang tua langsung memasukkan anak untuk melakukan les lukis. Padahal, anak saat itu masih melakukan eksplorasi terhadap kegiatan yang bisa dianggap baru bagi anak.
Orang Tua Terlalu Banyak Memberikan Tekanan kepada Anaknya
Orang tua terlalu banyak memberikan tekanan kepada anaknya. Terkadang pula, ditemukan orang tua yang lebih emosi saat melihat anaknya kalah berkompetisi. Padahal, anak cenderung santai dan tak masalah, karena sang anak hanya ingin mencari pengalaman baru dalam hidup. Tekanan berupa bentuk emosional orang tua itulah yang akan memberikan traumatis kepada anaknya sendiri.