orang tuaa

Mengelola Emosi Sebagai Orangtua: Dari Reactive Menjadi Responsive

Sahabat MQ, tema kali ini membahas apa yang sangat penting dalam kehidupan keluarga, yaitu pengelolaan emosi sebagai orang tua. Hal ini menjadi krusial karena setiap orang tua pasti memiliki emosi dalam dirinya. Namun, bagaimana cara mereka mengelolanya akan sangat berpengaruh pada siapa yakni anak-anak yang tengah tumbuh dan belajar dari lingkungan keluarganya.

Pengelolaan emosi itu penting karena ternyata emosi orang tua dapat memengaruhi perkembangan karakter anak di masa depan. Ketika orang tua tidak mampu mengendalikan diri, maka anak pun cenderung meniru pola emosi tersebut dalam kehidupannya kelak. Banyak orang tua masa kini yang mengeluhkan perilaku anak-anak mereka yang kecanduan gawai, lebih dekat dengan gadget, dan lebih nyaman bercerita lewat media sosial daripada berbicara langsung dengan orang tuanya. 

Inilah saatnya kapan kita perlu melakukan muhasabah diri sebagai orang tua. Saat kita mulai merasa hubungan dengan anak renggang, itulah tanda untuk memperbaiki diri dan mengelola emosi dengan lebih baik. Dalam Islam, pengelolaan emosi juga termasuk bagian dari ibadah. Rasulullah ﷺ bersabda:

“Barang siapa yang menunjukkan kebaikan kepada seseorang, maka orang yang menunjukkan itu mendapatkan pahala sebagaimana orang yang mengerjakan.” 

Maka, ketika kita sebagai orang tua mampu menunjukkan teladan dalam bersikap tenang dan bijak, anak pun belajar dan meniru kebaikan itu dan kita mendapat pahala yang terus mengalir. Sebagai Orang tua kita perlu mengelola emosi mulai dari menyelesaikan urusan dengan diri sendiri dan masa lalu. Banyak orang tua masa kini yang belum berdamai dengan orang tuanya terdahulu. Mereka masih menyimpan luka, kecewa, atau ketidakterimaan terhadap masa lalu, dan tanpa sadar hal itu terbawa dalam cara mereka mengasuh anak.

Kuncinya adalah rida, yaitu kemampuan untuk menerima takdir Allah dengan lapang dada. Anak-anak milenial hari ini banyak yang tidak menerima keadaan orang tuanya di masa lalu, dan menjadikan hal itu pembenaran untuk kemarahan atau emosinya yang meledak-ledak. Padahal, ketika kita mampu menerima dan rida terhadap orang tua kita, barulah kita bisa mendidik anak dengan hati yang tenang dan penuh kasih.

Jadi, langkah awal untuk tidak menjadi orang tua yang reaktif, melainkan responsif, adalah dengan berdamai dengan masa lalu. Terimalah keadaan, maafkan, dan bersyukurlah atas setiap pengalaman yang membentuk diri kita hari ini. Dengan begitu, emosi kita lebih stabil, dan hubungan dengan anak pun menjadi lebih hangat dan penuh cinta.

Mengelola emosi sebagai orang tua bukan sekadar menahan marah, tetapi sebuah proses spiritual dan psikologis untuk memahami diri, berdamai dengan masa lalu, dan meneladankan ketenangan kepada anak. Dengan menjadi orang tua yang responsive, bukan reactive, kita sedang menanamkan nilai kebijaksanaan yang akan diwariskan kepada generasi berikutnya.

Program: Inspirasi Pagi – Bincang Parenting 
Narasumber: Bang Adia Nugraha  | Penulis E-book Belajar Jadi Suami
Penyiar: Muhammad Huda