Di Kasih Hati Minta Jantung
Sahabat MQ, sering kali sebagai orang tua kita merasa sudah cukup memberikan cinta dan perhatian kepada anak-anak. Namun, kenyataannya, ada kalanya anak membutuhkan perhatian yang lebih mendalam—bukan hanya sekadar kasih sayang biasa, tetapi juga dukungan emosional yang berkesinambungan. Hal ini kadang membuat kita bertanya, sampai sejauh mana hati kita mampu terus memberi, dan kapan kita perlu memahami bahwa ada batas dalam memberi agar tidak sampai mengorbankan diri sendiri.
Ungkapan “dikasih hati, minta jantung” bukan hanya terjadi dalam lingkup keluarga, tetapi juga sering kita temui di masyarakat. Contohnya, ketika kita berbuat baik kepada seseorang, ada kalanya kebaikan itu justru dianggap sebagai kewajiban, bukan kerelaan. Akibatnya, saat kita tidak bisa lagi membantu, kita dipandang buruk di mata orang tersebut. Padahal, kebaikan seharusnya lahir dari kerelaan hati, bukan karena tuntutan orang lain.
Manusia memang memiliki tabiat yang tak selalu baik, di antaranya:
- Kurang bersyukur
- Mudah putus asa dan cenderung manja
- Bersikap berlebihan atau serakah
- Bersikap lancang dan tidak tahu batas
Allah pun telah mengingatkan kita dalam Al-Qur’an, tepatnya di surah Al-Hujurat ayat 2, agar tidak bersikap berlebihan, bahkan dalam berbicara kepada Nabi.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَرْفَعُوْٓا اَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوْا لَهٗ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ اَنْ تَحْبَطَ اَعْمَالُكُمْ وَاَنْتُمْ لَا تَشْعُرُوْنَ ٢
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah meninggikan suaramu melebihi suara Nabi dan janganlah berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kamu terhadap yang lain. Hal itu dikhawatirkan akan membuat (pahala) segala amalmu terhapus, sedangkan kamu tidak menyadarinya.”
Jika kita meninggikan suara atau bersikap lancang, dikhawatirkan amal kebaikan kita terhapus tanpa kita sadari. Sahabat MQ penting bagi kita melatih diri dan anak-anak sejak dini untuk belajar bersyukur, memiliki empati, mampu mengendalikan keinginan, dan menjaga harga diri. Anak yang dibiasakan untuk mandiri dan tahu batas akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih sehat—baik secara mental, fisik, maupun emosional.
Orang yang punya harga diri tidak akan mudah menjadi beban bagi orang lain. Hidupnya lebih bahagia, sehat, dan produktif. Sebaliknya, jika seseorang terbiasa menggantungkan diri pada orang lain, ia akan merasa terbebani, kehilangan semangat, dan bahkan jatuh pada kemalasan.
Program : Inspirasi Keluarga – Dinamika Keluarga
Narasumber : Dr. Waasmin Al Risyad, M.Pd., CHT – Bu Lilis Komariah, M. Psi., Psikolog
Penyiar : Syifa – Tia (MQFM Yogyakarta)