ayah

Indonesia pernah menempati posisi ketiga sebagai negara dengan angka fatherless tertinggi di dunia. Sebuah kondisi yang menyedihkan, di mana kehadiran seorang ayah secara fisik maupun emosional sering kali absen dalam kehidupan anak-anaknya. Ini bukan hanya soal keberadaan di rumah, tetapi tentang sejauh mana kehadiran seorang ayah bisa memberi makna, bimbingan, dan kehangatan dalam tumbuh kembang anak.

Di tengah kompleksitas peran sebagai kepala keluarga, banyak ayah yang merasa gamang dalam membangun komunikasi dan keterhubungan dengan anak-anaknya. Namun, menjadi ayah bukanlah tentang kesempurnaan. Ayah tidak harus sempurna, tapi kehadiran yang tulus dan konsisten sangat dibutuhkan.

Tiga Prinsip Penting dalam Menjadi Ayah yang Hadir

Pertama, penting bagi setiap ayah untuk tidak menjadi sumber fitnah bagi anak-anaknya. Artinya, jangan sampai kehadiran ayah justru menjadi sumber luka atau tekanan. Kedua, jangan memperlakukan anak sebagai musuh atau lawan dalam konflik rumah tangga. Hubungan orang tua dan anak harus dibangun atas dasar kasih sayang, bukan kekuasaan. Ketiga, ayah perlu menanamkan nilai pura ta’ayun, yaitu membangun hubungan yang harmonis dan saling memahami.

Kepercayaan Diri Seorang Ayah: Dimulai dari Kesadaran

Banyak ayah yang merasa bahwa tanggung jawab utamanya adalah memberi nafkah. Namun, peran ayah jauh melampaui itu. Hadir secara fisik belum tentu berarti hadir secara emosional. Kehangatan dalam keluarga tumbuh dari komunikasi yang sehat, jujur, dan berkesinambungan. Oleh karena itu, langkah awal yang penting adalah meningkatkan kesadaran bahwa kehadiran emosional sama pentingnya dengan kehadiran fisik.

Komunikasi menjadi kunci utama. Ayah yang terbiasa menutup diri akan kesulitan menjalin kedekatan dengan anak. Maka dari itu, keberanian untuk membuka dialog, mendengarkan dengan empati, dan menyampaikan perasaan secara terbuka menjadi bagian penting dalam proses ini.

Peran Istri dalam Menguatkan Peran Ayah

Dalam dinamika rumah tangga, keberhasilan seorang ayah dalam menjalankan perannya tak lepas dari dukungan pasangan. Seorang istri bisa menjadi penguat dan pengingat, membantu suami untuk lebih terlibat dalam aktivitas anak. Kesadaran bahwa berbagai pekerjaan rumah tangga bukan semata tugas istri, melainkan juga menjadi tanggung jawab ayah, akan membuka ruang kolaborasi yang sehat dalam keluarga.

Dengan komunikasi yang saling mendukung, pasangan dapat saling menguatkan peran masing-masing. Ketika istri memahami pentingnya kehadiran ayah, maka akan tercipta suasana yang mendukung ayah untuk hadir dan terlibat lebih aktif dalam kehidupan anak.

Meneladani Rasulullah dalam Peran Ayah

Kita memiliki teladan agung dalam diri Rasulullah ﷺ. Dalam sejarahnya, beliau tidak hanya menjadi pemimpin umat, tapi juga hadir secara penuh dalam keluarga. Dalam surat Ali Imran, kita melihat bagaimana nilai-nilai keteladanan, kasih sayang, dan komunikasi dibangun dalam keluarga.

Penting untuk dipahami bahwa ayah bukan hanya dibutuhkan secara fisik, tetapi juga secara emosional dan spiritual. Komunikasi adalah hal utama yang harus terus dijaga. Jangan sampai kesalahpahaman antara harapan orang tua dan persepsi anak menimbulkan jarak yang semakin jauh.

Menjadi ayah adalah perjalanan, bukan tujuan akhir. Setiap ayah bisa belajar, bertumbuh, dan memperbaiki diri. Karena pada akhirnya, anak-anak tidak butuh ayah yang sempurna, tetapi ayah yang mau hadir, mau mendengar, dan mau mencintai tanpa syarat. Semoga setiap langkah kecil menuju keterlibatan dan kehangatan menjadi ladang kebaikan yang besar dalam keluarga.

Program: Inpirasi Keluarga – Dinamika Keluarga
Narasumber: Sandi Jatnika – Duta Ayah Kota Bandung