Kebesaran dan Keadilan Allah dalam Setiap Aspek Kehidupan
Kebesaran dan keadilan Allah ﷻ sebagai wujud nyata dari tauhid dalam kehidupan seorang mukmin. Tauhid bukan sekadar pengakuan lisan bahwa “tiada tuhan selain Allah”, tetapi keyakinan mendalam bahwa seluruh peristiwa di alam semesta, baik nikmat maupun ujian, terjadi semata-mata atas kehendak dan keadilan Allah.
Allah ﷻ berfirman:
اِنَّ اللّٰهَ لَا يَخْفٰى عَلَيْهِ شَيْءٌ فِى الْاَرْضِ وَلَا فِى السَّمَاۤءِ
“Sesungguhnya bagi Allah tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi di bumi dan tidak pula di langit” (QS. Āli ‘Imrān: 5)
Allah adalah Zat Yang Maha Mengetahui, Maha Mengatur, dan Maha Adil, sedangkan manusia adalah makhluk yang lemah, bergantung sepenuhnya kepada-Nya. Dalam sebuah hadis qudsi yang diriwayatkan oleh Imam Muslim (No. 2577), Allah berfirman:
“Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku, dan Aku jadikan kezaliman itu haram di antara kalian, maka janganlah kalian saling menzalimi.”
Pesan tentang kebesaran dan keadilan Allah berlaku sepanjang masa. Ia tidak terikat oleh ruang dan waktu. Baik di masa Nabi maupun di era modern saat ini, nilai-nilai keadilan dan kesadaran tauhid tetap menjadi pondasi utama kehidupan seorang muslim. Kapan pun manusia merasa sombong atau lalai, di saat itulah pesan ini perlu diingat kembali — bahwa kita hanyalah hamba yang hidup, mati, dan seluruh urusannya berada di tangan Allah.
Nilai kebesaran dan keadilan Allah dapat diterapkan di setiap lini kehidupan, bukan hanya di tempat ibadah.
1. Di rumah, ketika kita berlaku adil terhadap keluarga.
2. Di tempat kerja, saat menunaikan tanggung jawab dengan jujur.
3. Di masyarakat, dengan tidak mengambil hak orang lain.
Keadilan Allah menjadi teladan agar manusia menegakkan keadilan di bumi. Sebab seorang mukmin sejati tidak hanya menyembah Allah di masjid, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai ketuhanan dalam perilakunya sehari-hari. Kesadaran terhadap kebesaran dan keadilan Allah sangat penting karena:
1. Menumbuhkan keimanan dan ketundukan. Manusia memahami bahwa segala sesuatu berada dalam kendali Allah.
2. Menjauhkan dari kesombongan. Semua nikmat — harta, jabatan, ilmu — hanyalah titipan, bukan hasil kekuatan pribadi.
3. Mendorong keadilan sosial. Karena Allah Maha Adil, seorang hamba juga harus adil kepada sesama.
Program: Inspirasi Malam – Kajian Ma’rifatullah
Narasumber: KH. Abdullah Gymnastiar