Sahabat MQ, apa yang membuat kita berhenti beraktivitas? Ya. Suara azan, panggilan dari Allah subhanahu wa ta’ala untuk kita melaksanakan salat. Azan diserukan lima kali setiap harinya, memanggil kita untuk salat shubuh, zuhur, asar, maghrib, dan isya.
Azan berasal dari bahasa arab yang bermakna pemberitahuan. Menurut syariat, azan adalah ibadah kepada Allah dengan pemberitahuan masuknya waktu shalat dengan dzikir tertentu. Ibnu Utsaimin mengatakan, pengertian ini lebih tepat dibandingkan azan sekedar pemberitahuan waktu salat saja.
Kisah Awal Mula Dikumandangkan Azan
Ketika umat muslim masih berjumlah sedikit, tidak sulit untuk berkumpul melaksanakan salat berjamaah. Dengan bertambahnya umat islam dan kesibukan yang beragam membuat sebagian dari mereka lalai atau alpa untuk melakukan salat tepat pada waktunya.
Untuk mencari solusi agar umat islam saat itu bisa melaksanakan salat tepat waktu, maka sebagian para sahabat kemudian memberikan saran kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasalam. Di antara mereka ada yang menyarankan untuk menyalakan api di tempat tinggi sehingga mudah dilihat oleh orang-orang ataupun asapnya bisa dilihat dari kejauhan. Ada juga yang memberikan saran untuk membunyikan lonceng ataupun meniup tanduk kambing.
Namun, banyak sahabat lainnya yang tidak setuju dengan cara-cara tersebut. Karena, cara itu merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh umat lain seperti yahudi, nasrani, dan majusi. Para sahabat pun tidak ingin bila islam seakan tercemar oleh berbagai budaya kaum kafir.
Dalam hadist riwayat Abu Daud, Abdullah bin Zaid radhiyallahu ‘anhu bercerita,
“Dalam mimpi, aku melihat ada seseorang sedang menenteng sebuah lonceng. Aku dekati orang itu dan bertanya kepadanya, ‘apakah ia ada maksud hendak menjual lonceng itu’.
Jika memang begitu aku memintanya untuk menjual kepadaku saja. Orang tersebut malah bertanya, ‘untuk apa?’
Aku menjawab, ‘dengan membunyikan lonceng itu, kami dapat memanggil kaum muslim untuk menunaikan salat.’
Orang itu berkata lagi, ‘maukah kau kuajari cara yang lebih baik?’
‘Ya,’ jawabku.
Lalu dia berkata lagi dan kali ini dengan suara yang amat lantang, ‘allahu akbar, allahu akbar..‘”
Keesokan harinya, Abdullah bin Zaid menceritakan mimpi itu kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasalam. Dan Rasulullah shallallahu alaihi wasalam berkata, itu mimpi yang nyata. Rasulullah shallallahu alaihi wasalam pun meminta Abdullah bin Zaid untuk mengajari Bilal azan.
Mimpi ini pun dialami juga oleh Umar bin Khattab dan ia ceritakan juga kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dengan adanya solusi dari Allah lewat mimpi para sahabat tersebut, Nabi Muhammad pun sangat bersyukur karena bisa lebih mudah untuk memanggil umat muslim guna melaksanakan salat berjamaah tepat waktu.
(Konten ini disiarkan dalam Program Mozaik Islam, setiap Sabtu-Ahad pukul 18.00 WIB)