Menggali Makna Doa dan Prasangka Baik kepada Allah
Seringkali, seorang hamba mulai merasakan percikan-percikan prasangka buruk (suudzon) kepada Allah di dalam hatinya. Hal ini biasanya muncul ketika seseorang sudah semangat berdoa, bergantung sepenuhnya kepada Allah, namun merasa doanya belum diijabah. Lalu, apa sikap kita sebagai hamba ketika merasa doa kita belum dikabulkan? Apa yang harus kita pelajari agar hati tetap istiqomah dan berprasangka baik kepada Allah? Sebelum masuk ke poin-poin yang harus kita dalami, kita harus memahami dulu hakikat doa. Hakikat doa bukanlah memberitahu Allah tentang apa yang kita inginkan atau butuhkan. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, baik yang zahir maupun batin. Bahkan sebelum kita memiliki keinginan, Allah sudah mengetahuinya. Sebagai contoh, kapan seorang hamba mulai kepikiran ingin punya rumah? Biasanya setelah menikah. Namun, sebelum itu terjadi, Allah sudah tahu bahwa kita akan menginginkan rumah di masa depan. Begitu pula dengan keinginan memiliki kendaraan, pekerjaan, dan lain sebagainya. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu sejak sebelum kita tercipta. Oleh karena itu, ketika kita berdoa, jangan sampai merasa seolah-olah kita memberitahu Allah sesuatu yang belum diketahui. Jangan sampai ada perasaan seperti, “Saya lupa minta ini kepada Allah, makanya belum dikabulkan.” Ini adalah pemahaman yang keliru.
Lalu, apa hakikat doa sebenarnya? Yang pertama, doa adalah ibadah. Doa adalah inti dari ibadah. Misalnya, dalam salat, banyak lafaz yang merupakan doa kepada Allah, seperti “Ihdinas siratal mustaqim” dalam surat Al-Fatihah, doa di antara dua sujud, doa dalam tahiyat, dan lain-lain. Bahkan memuji Allah juga termasuk doa, karena pujian adalah salah satu bentuk doa yang paling utama. Jadi, doa bukan hanya sekadar “Allahumma, berikanlah aku A, B, atau C.” Doa juga bisa berupa pujian kepada Allah, menyebut asma dan sifat-Nya, dan bentuk-bentuk lain dari penghambaan.
Kesimpulannya, doa bukanlah memberitahu Allah apa yang kita inginkan, karena Allah sudah mengetahuinya jauh sebelum kita lahir. Doa adalah ibadah, bentuk penghambaan, dan ikrar kita kepada Allah bahwa kita adalah makhluk yang lemah dan membutuhkan pertolongan-Nya.
Yang kedua, doa adalah ikrar bahwa kita hanyalah makhluk yang tidak berdaya tanpa pertolongan Allah. Kita mengakui bahwa segala sesuatu terjadi dengan izin dan rahmat-Nya.
Yang ketiga, doa adalah bentuk pengakuan bahwa kita sangat membutuhkan Allah. Seperti anak kecil yang sering melapor kepada orang tuanya, kita juga harus sering melapor dan curhat kepada Allah tentang segala hal, besar maupun kecil.
Setiap perubahan keadaan, baik susah maupun senang, adalah jalan untuk kembali kepada Allah. Ketika mudah, kita harus bersyukur; ketika sulit, kita harus berdoa dan berharap pertolongan-Nya. Jangan sampai kita berdoa dengan sikap seolah-olah kita yang memerintah Allah, atau seakan-akan Allah tidak tahu apa yang kita butuhkan. Doa harus disertai adab, pengakuan kelemahan, dan niat sebagai bentuk zikir dan penghambaan kepada Allah.
Program: Inspirasi Malam – Kajian Ahklak
Narasumber: Ust Sapria Muhammad
Penyiar: Zaeni