Sahabat MQ Janji Allah dalam Al-Qur’an senantiasa benar dan pasti. Salah satu janji Allah yang sangat jelas adalah mengenai keberkahan bagi orang yang bersyukur. Dalam Surah Ibrahim ayat 7, Allah SWT berfirman :
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ ٧
Artinya: “(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.”
Ayat ini menunjukkan betapa sederhana cara untuk mendapatkan tambahan karunia dari Allah, yaitu dengan bersyukur. Allah SWT menegaskan bahwa bagi orang yang bersyukur, nikmatnya akan terus ditambah. Dengan demikian, kita tidak perlu merasa khawatir tentang rezeki di masa depan, karena Allah sudah menjamin tambahan nikmat bagi orang yang bersyukur.
Segala sesuatu yang Allah kehendaki tidak dapat dicegah oleh siapa pun, baik itu berupa kebaikan maupun musibah. Dalam Surah Yunus ayat 107, Allah berfirman:
وَاِنْ يَّمْسَسْكَ اللّٰهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهٗٓ اِلَّا هُوَۚ وَاِنْ يُّرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلَا رَاۤدَّ لِفَضْلِهٖۗ يُصِيْبُ بِهٖ مَنْ يَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِهٖۗ وَهُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ ١٠٧
Artinya: “Jika Allah menimpakan suatu mudharat kepadamu, tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia dan jika Dia menghendaki kebaikan bagimu, tidak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikannya (kebaikan itu) kepada siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Ayat ini mengingatkan kita bahwa segala takdir dan nikmat yang datang dari Allah tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun. Oleh karena itu, yang perlu kita khawatirkan bukanlah takdir yang sudah ditentukan, melainkan sikap kita terhadap nikmat Allah. Salah satu sikap yang harus kita perhatikan adalah rasa syukur kita.
Syarat dan Esensi Syukur
Syukur yang dimaksud dalam ajaran Islam bukan sekadar ucapan terima kasih, melainkan sebuah keyakinan dalam hati bahwa segala nikmat yang kita terima adalah berasal dari Allah dan milik-Nya. Makhluk hanyalah perantara, bukan sumber dari segala kenikmatan. Oleh karena itu, salah satu aspek penting dari syukur adalah qana’ah, yaitu merasa cukup dengan apa yang telah Allah berikan dan menjauhkan diri dari rasa ketidakpuasan. Selain itu, kita juga perlu menghindari rasa tidak puas atau merasa kekurangan, serta menjauhkan diri dari keinginan yang tidak berkesudahan. Gunakanlah nikmat yang ada untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Syukur kepada Allah juga dapat diwujudkan dengan berterima kasih kepada orang-orang yang menjadi perantara nikmat-Nya bagi kita tidak peduli seberapa besar atau kecilnya nikmat itu. Rasulullah Saw bersabda:
“Barangsiapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, berarti ia tidak mensyukuri yang banyak karena semuanya itu berasal dari Allah SWT tanpa memandang sedikit atau banyaknya. Dan barangsiapa yang tidak bersyukur (berterima kasih) kepada orang lain, berarti ia tidak bersyukur kepada Allah.” (Hadits Riwayat Imam Ahmad dan At-Tirmidzi)
Hadits ini mengajarkan kita bahwa syukur bukan hanya untuk nikmat yang besar, tetapi juga pada setiap pemberian kecil dari Allah. Ketika kita mampu menghargai peran orang lain sebagai jalan rezeki dan karunia Allah, kita sebenarnya sedang memperkuat hubungan kita dengan Allah serta dengan sesama makhluk-Nya.
Narasumber: K.H Abdullah Gymnastiar
Program: Inspirasi Malam – Kajian Ma’rifatullah