MQFMNETWORK.COM | SUKABUMI – Di sebuah rumah sederhana di pelosok Kecamatan Warungkiara, Kabupaten Sukabumi, hidup seorang pria bernama Endud. Meskipun terbaring dalam keterbatasan fisik sejak usia delapan tahun akibat polio, semangat dan ketabahannya menjadikannya sosok teladan yang penuh inspirasi.
Lahir pada tahun 1977, Endud dulunya adalah anak yang ceria dan gemar bermain sepeda. Namun, saat berusia lima tahun, ia mengalami demam tinggi yang menjadi titik balik hidupnya. Berulang kali berobat ke puskesmas tidak membuahkan hasil. Tubuhnya kian melemah, langkahnya goyah, hingga akhirnya ia tak mampu lagi berdiri. Sejak saat itu, dunianya terbatas di ruang tidur, tetapi hatinya tetap seluas langit, penuh dengan harapan dan doa.
Meski raganya lumpuh, semangat hidupnya tidak pernah padam. Dari rumah, ia berusaha bertahan hidup dengan berdagang ponsel bekas. Yang lebih mengagumkan, hidupnya senantiasa dipehuni ibadah. Shalat tahajud menjadi kebiasaan yang tidak ia tinggalkan, puasa sunah dijalani dengan ikhlas, dan ia selalu setia mendengarkan nasihat agama, terutama dari KH. Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym.
Pertemuannya dengan Daarut Tauhiid Peduli berawal pada tahun 2010 saat ia menjadi pendengar setia kajian Aa Gym. Tiga tahun kemudian, ia memberanikan diri menelepon dalam siaran langsung radio untuk menceritakan kondisi dirinya dan kakaknya, Teh Isoh, yang menderita polio dengan kondisi lebih parah.
Kisah itu menyentuh hati Aa Gym. Beliau pun mengutus salah satu santri, Dadan Junaedi, untuk menemui Endud. Dari situlah, jalan kepedulian terbuka. Sejak 2013 hingga kini, DT Peduli terus mendampinginya.
Bantuan yang diberikan bukan hanya materi, tetapi juga kehangatan silaturahmi, doa, dan layanan kesehatan. Sejak 2017, ambulans DT Peduli Sukabumi hampir setiap bulan hadir untuk mengantarkan dan menjemput Endud berobat ke rumah sakit.
Pada Selasa (25/8/2025), DT Peduli kembali mendampinginya ke RSUD Sekarwangi untuk pemeriksaan kesehatan oleh dr. Dedy Maryanto, Sp.S. Perjalanan ini bukan sekadar rutinitas medis, melainkan wujud nyata kasih sayang yang tak pernah terputus.
Yang membuat haru, meskipun berada dalam kondisi serba terbatas, Endud tidak pernah sekalipun mengeluh. Ia tidak pernah meminta lebih dari sekadar kebutuhannya. Dengan penuh kesabaran, ia menjalani hari-harinya, sambil mengamalkan nilai luhur budaya Daarut Tauhiid, yaitu pantang mengeluh.
Di tengah keterbaringannya, ia justru bangkit sebagai teladan. Keikhlasan, ketaatan dalam ibadah, dan keteguhannya dalam menerima takdir membuat siapa pun yang mengenalnya merasa malu untuk mengeluh atas masalah kecil dalam hidup.
Kini, di tahun 2025, Endud tetap berjuang dalam keterbatasan. DT Peduli pun berkomitmen untuk terus membersamainya.
“Endud adalah cermin kesabaran dan keteguhan iman. Kami belajar banyak darinya,” ungkap salah seorang relawan DT Peduli Sukabumi dengan mata berkaca-kaca.
Kisah hidup Endud adalah pelajaran bagi kita semua bahwa meskipun tubuh bisa terbatas, hati dan iman bisa tetap merdeka. Bahwa rasa syukur dan kesabaran bisa mengalahkan rasa sakit. Dan bahwa keikhlasan, sekecil apa pun, mampu menyinari kehidupan orang lain. (Gyn/Agus ID)