Sahabat MQ, apa yang harus kita lakukan ketika terjadi gerhana?
Rasulullah shallallahu alaihi wasalam bersabda,
”Tanda-tanda yang Allah kirimkan ini tidaklah terjadi karena kematian atau kelahiran seseorang. Namun, Allah hendak menakut-nakuti para hamba-Nya dengannya. Apabila kalian melihatnya, maka bersegeralah untuk berdzikir, berdo’a, dan beristighfar kepada Allah.” (HR. Bukhari Muslim)
Ya. Ketika gerhana, kita diperintahkan untuk salat kusuf. Rasulullah shallallahu alaihi wasalam bersabda:
“Terjadi gerhana matahari pada saat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam masih hidup. Kemudian beliau keluar menuju masjid untuk melaksanakan salat dan para sahabat berdiri di belakang beliau membuat barisan shaf salat.
Lalu beliau bertakbir dan membaca surat yang panjang. Kemudian bertakbir dan ruku’ dengan ruku’ yang lama. Lalu bangun dan mengucapkan : ‘sami’allahu liman hamidah’
Kemudian bangkit dari ruku’ dan tidak dilanjutkan dengan sujud. Lalu membaca lagi dengan surat yang panjang yang bacaannya lebih singkat dari bacaan yang pertama tadi. Kemudian bertakbir, lantas ruku’ sambil memanjangkannya yang panjangnya lebih pendek dari ruku’ yang pertama. Lalu mengucapkan : ‘sami’allahu liman hamidah, rabbanaa wa lakal hamd’, kemudian sujud. Beliau melakukan pada raka’at yang terakhir seperti itu pula maka sempurnalah empat kali ruku’ pada empat kali sujud.”
Salat gerhana diperintahkan bagi yang melihat gerhana. Adapun bagi yang wilayahnya tidak dilalui gerhana atau tertutupi awan, maka tidak diperintahkan untuk melakukan salat gerhana. Kemudian, acuan untuk salat gerhana, adalah ru’yah atau dengan menyaksikan secara langsung, bukan analisa dari ahli falak atau astronomi.
Sahabat MQ, gerhana bagi seorang mukmin selayaknya menimbulkan rasa takut, membuatnya berpikir akan adzab Allah, dan menyadarkan dirinya untuk segera bertaubat. Bukan ajang untuk hiburan, sekedar tontonan atau menganggapnya sebatas fenomena alam biasa yang lumrah terjadi.
(Konten ini disiarkan dalam segmen ‘Mozaik Islam’ setiap Sabtu – Ahad pukul 17.00 WIB)