Kala itu, Hendiana sedang mencari pekerjaan. Ia sedang bekerja di perusahaan lain dan ingin mencari peluang pekerjaan yang lebih cocok dengan hobinya.
“Waktu itu saya lagi ngajar dan ngerasa nggak pas nih, nggak sesuai dengan passion,” ucap pria yang akrab disapa Hendi.
Ia kemudian mendapatkan informasi ada lowongan menjadi operator di MQFM dari kakak kelas SMP. “Saya coba melamar, singkat cerita diterima,” katanya.
Sebulan kemudian, ia mencoba memberikan masukam ke manajemen untuk memperbaiki tampilan website, dan lainnya. Kurang lebih dua bulan di operator, ia langsung masuk ke back office menjadi staff IT, lalu pindah ke humas, AE, kesekretariatan, dan sekarang berada di HRD dan keuangan.
Bekerja sebagai Ibadah dan Dakwah
“Apa yg membuat saya bertahan delapan tahun Di MQFM? Ada satu hal yang sangat penting,” katanya.
Menurutnya, kalau dulu ia bekerja itu hanya kerja, nyari nafkah, aktualisasi diri, selesai. “Itu prisip kerja saya. Sehingga, saya tidak pernah bertahan lama di sebuah perusahaan. Ketika saya tidak mendapatkan apa-apa di situ sudah stuck, jenjanf karir udah mentok atau sudah tidak bisa berkembang lagi, saya akan pindah ke tempat lain,” jelasnya.
Ternyata di MQFM berbeda. 3,5 tahun berada di MQFM, ia mulai menemukan bahwa kerja itu tidak hanya sekedar mencari nafkah tapi juga sebagai ibadah. Kerja juga tidak cukup untuk aktualisasi diri, tapi kerja juga untuk berdakwah.
“Di situ banyak input, ilmu dari para narasumber, hingga akhirnya motivasi ketika kita bekerja jadi jalan dakwah ternyata itu bisa jadi amal jariyah untuk kita, maka saya memilih untuk terus berkarya di MQFM,” jelasnya.
Menurut Hendi, ada satu yang membuatnya semangat, yaitu ketika diskusi dengan teman-teman yang sudah sangat lama membersamai MQFM. Ketika jatuh, beliau masih bertahan, dan membuat saya yakin, meskipun secara duniawi di MQFM itu yang didapatkan sedikit. “Tapi nilai keberkahannya itu nggak bisa saya dapatkan di tempat lain,” katanya.
Sempat Down
Hendi merasa down ketika ditugaskan menjadi marketing. Lima bulan di marketing, ia tidak pernah achieve target, bahkan beberapa bulan sampai 0, disitu saya down.
“Akhirnya saya ngobrol sama Teh Hesti untuk minta dipindahkan ke bagian lain, karena saya nggak sanggup jualan, passion saya bukan disitu,” terang Hendi.
Akhirnya ia dipindahkan ke staff administrasi dan kesekretariatan. “Saya fokus belajar di situ,” katanya.
Hikmah Berada di MQFM
Ya. Bagi Hendi, kerja itu bukan hanya sarana untuk mencari nafkah tapi juga sebagai sarana untuk berdakwah. Dan tidak hanya untuk ibadah saat ini saja, tapi juga bisa mengumpulkan amal jariyah.
Ada satu hal yang menurut Hendi, ia tidak pernah temukan di tempat lain.
“Secara logika, MQFM ini harusnya dalam catatan akuntansi bisa dibilang pailit, tinggal ditetapkan oleh pengadilan. Tapi ternyata, sampai hari ini MQFM masih bertahan dan justru semakin berkembang. Tak pernah saya temukan perusahaan yang secara pembukuan dinyatakan pailit tapi secara operasional masih bisa bertahan,” kata Hendi yang baru ia ketahui setelah menjadi bagian HRD dan Keuangan.
Dan yang luar biasanya lagi, mrnurutny, adalah di usianya yang waktu itu ke 16, yang sebelumnya tidak pernah membukukan laba, kemudian diperbaiki sampai akhirnya bisa membukukan laba kepada para pemegang saham.