Idul Adha adalah hari raya besar kedua bagi umat Islam setelah hari raya Idul Fitri. Hari Raya Idul Adha tidak lepas dari kisah Nabi Ibrahim AS yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk menyembelih putranya yaitu Nabi Ismail AS melalui mimpi.
Dikisahkan Nabi Ibrahim kala itu mendapat perintah dari Allah SWT untuk menempatkan istrinya, Siti Hajar besama Nabi Ismail yang saat itu masih menyusui dan ditempatkan di suatu tempa paling asing yaitu Lembah yang tandus dan sunyi di sebelah Utara kurang lebih 1600 kilometer dari negaranya sendiri yaitu palestina. Nabi Ibrahim sendiri tidak tahu, apa maksud sebenarnya dari wahyu Allah tersebut, akan tetapi Nabi Ibrahim dan istrinya menerima wahyu tersebut dengan Ikhlas dan penuh tawakkal.
Pada suatu ketika Siti Hajar kehabisan air minum hingga tidak bisa menyusui Ismail, beliau mencari sambil lari kecil (Sa’i) antara bukit Sofa dan Marwah sebanyak 7 kali. Tiba- tiba Allah mengutus malaikat Jibril membuat mata air Zam Zam, dari situ Siti Hajar dan Nabi Ismail memperoleh sumber kehidupan.
Lembah yang pada awalnya gersang itu telah mempunyai persediaan air yang melimpah. Datanglah dari berbagia pelosok terutama para pedagang ke tempat Siti Hajar dan Ismail untuk membeli air. Akhirnya Lembah tersebut hingga saat ini terkenal dengan kota mekkah yaitu sebuah kota yang aman dan makmur. Berkat doa Nabi Ibrahim dan kecakapan seorang ibu dalam mengelola kota dan masyarakat.
Idul Adha dapat juga disebut “Idul Nahr” yaitu hari raya penyembelihan, karena hal itu memperingati ujian paling berat yang Nabi Ibrahim. Akibat dari kesabran dan ketabahan Ibrahim dalam menghadapi berbagai ujian dan cobaan, Allah memberinya gelar “Khalilullah” (Kekasih Allah).
Nabi Ibrahim mengorbankan anaknya yang dikehendaki Allah SWT itulah yang kemudian dijadikan bahan ujian, yaitu Allah menguji iman dan taqwa Nabi Ibrahim melalui mimpinya yang haq, agar ia mengorbankan putranya yang kala itu masih berusia 7 tahun untuk disembelih dengan tangannya sendiri. Sebagai mana dalam Al-Qur’an Q.S. As-Saffat: 102
“Ibrahim berkata: “Hai anakkku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu “maka fikirkanlah apa pendapatmu? Ismail menjawab: Wahai bapakku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. InsyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS Aa-saffat: 102)
Ketika sang ayah belum mengayunkan pisau dileher putranya, Ismail mengira ayahnya ragu lalu ia melepaskan tali pengikatnya, agar tidak ada kesan dalam sejarah bahwa sang anak menurut untuk dibaringkan karena dipaksa. Kemudian meminta ayahnya mengayunkan pisau sambil berpaling agar tidak melihat wajahnya. Sedetik setelah pisau nyaris digerakkan, tiba-tiba Allah berseru menyuruh untuk menghentikan perbuatanya tidak usah diteruskan pengorbann terhadap anaknya. Allah telah meridhoinya.
Menyaksikan tragedi penyembelihan yang tidak ada bandingannya dalam Sejarah umat manusia itu, Malaikat Jibril kagum, lalu terlontar ungkapan “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.” Nabi Ibrahim menjawab “Laailaha illahu Allahu Akbar.” Yang kemudian disambung oleh Nabi Ismail “Allahu Akbar Walillahil Hamdu.’
Pengorbanan Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS yang paling besar dalam sejarah umat manusia membuat Ibrahim menjadi seorang Nabi dan Rosul. Peristiwa yang dialami keduanya dapat dimaknai sebagai pesan simbolik agama, yang mengandung pembelajaran yang sangat berharga.
• Live Streaming
Assalamu'alaykum Warohmatullah Wabarokatuh Sahabat MQ, silahkan dapat menyampaikan pertanyaan disini melalui WhatsApp MQFM