Muslimah

Sahabat MQ Ummu Darda adalah dua wanita mulia yang terkenal dalam sejarah Islam, yakni Ummu Darda Al-Kubra dan Ummu Darda Ash-Shugra. Keduanya memiliki sifat yang sangat terpuji, yang patut dijadikan teladan bagi setiap Muslimah. Kehidupan mereka menggambarkan kesalehan, kebijaksanaan, keteguhan dalam iman, dan kesetiaan yang tinggi kepada suami serta kepada Allah SWT. Mereka menunjukkan bagaimana seharusnya seorang Muslimah berinteraksi dengan dunia, menjaga adab, dan mengutamakan ilmu serta ibadah dalam kehidupan sehari-hari.

Ummu Darda Al-Kubra

Nama asli Ummu Darda Al-Kubra adalah Khairah binti Abi Hadrad Al-Aslami. Ia disebut Al-Kubra (senior) untuk membedakannya dengan Ummu Darda Ash-Shugra (junior). Ummu Darda Al-Kubra adalah seorang wanita yang tidak hanya cerdas, namun juga bijaksana dalam menyampaikan pendapat, serta sangat ahli dalam beribadah.

Ummu Darda Al-Kubra menyandang status sebagai sahabat Nabi. Salah satu kisah yang sangat terkenal dari Ummu Darda Al-Kubra adalah ketika beliau berinteraksi dengan Rasulullah SAW. Diriwayatkan dari Sahl bin Muadz dari ayahnya dari Ummu Darda. Ummu Darda radhiallahu ‘anhu berkata: 

خرَجتُ منَ الحمَّامِ فلقِيَني رسولُ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ علَيهِ وسلَّمَ فقالَ مِن أينَ يا أمَّ الدَّرداءِ ؟ قالَت : منَ الحمَّامِ فقالَ والَّذي نَفسي بيدِهِ ما منَ امرَأةٍ تضعُ ثيابَها في غيرِ بيتِ أحَدٍ من أمَّهاتِها إلَّا وَهيَ هاتِكَةٌ كلَّ سترٍ بينَها وبينَ الرَّحمنِ

Saat keluar dari toilet, aku bertemu dengan Rasulullah. Beliau bertanya, “Dari mana, Ummu Darda”? Aku menjawab, “Dari toilet.” Beliau bersabda, “Tidak ada seorang wanita pun yang meletakkan pakaiannya di selain rumah salah seorang ibunya kecuali dia telah merobek-robek setiap tirai yang menutupi antara dia dengan Ar-Rahman. ” [HR Ahmad : 2/361, Thabarani di dalam Mu’jamul Kabir : 24/253, dishahihkan Syaikh Al Albani di dalam Ash Shahihah : 7/1308 hadits no. 3442).

Di hadits ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan kaum wanita. Agar mereka tidak membuka aurat mereka di hadapan orang-orang yang tak halal melihatnya. Tidak berdandan ala-ala jahiliyah. Kalau mereka melakukan hal tersebut, ada konsekuensi yang berat yang akan ia terima. Ia telah merusak tirai rasa malu dan merusak hubungannya dengan Rabbnya. Larangan ini disampaikan Rasulullah Saw saat Ummu Darda berada di tempat yang berpotensi dia terlihat oleh orang lain. Karena itu para Muslimah, hati-hatilah. Dan perhatikanlah hal ini.

Interaksi dengan Suami

Hubungan antara Ummu Darda Al-Kubra dan suaminya, Abu Darda, juga mencerminkan contoh kebijaksanaan dalam berumah tangga. Aun bin Abu Juhaifah berkata bahwa ayahnya berkata, “Rasulullah mempersaudarakan Salman al-Farisi dengan Abu Darda. Suatu hari, Salman mengunjungi Abu Darda. Sesampainya di sana, ia lihat Ummu Darda tampil kusut. Ia berkata, ‘Bagaimana kondisimu, Ummu Darda’? ‘Saudaramu Abu Darda tak lagi membutuhkan dunia’, jawab Ummu Darda.

Lalu datang Abu Darda. Ia buatkan makanan untuk Salman. Ia berkata kepada Abu Darda, ‘Makanlah’. Abu Darda menanggapi, ‘Aku sedang puasa’. ‘Aku tak akan makan sampai kau ikut makan’, tegas Salman. Abu Darda pun makan.

Saat memasuki malam hari, Abu Darda memulai malamnya dengan hendak mengerjakan shalat. Salman berkata padanya, ‘Tidurlah’. Ia pun tidur. Lalu di tengah malam ia hendak shalat lagi. Salman berkata lagi, ‘Tidurlah’. Saat akhir malam, baru Salman berkata padanya, ‘Sekarang shalatlah’. Keduanya pun mengerjakan shalat malam. Lalu Salman berkata pada Abu Darda,

إن لربك عليك حقًّا, ولنفسك عليك حقًّا, ولأهلك عليك حقًّا, فأعط كل ذي حق حقه

“Sesungguhnya Rabbmu punya hak atas dirimu. Dirimu sendiri punya hak juga. Keluargamu juga punya hak atas dirimu. Karena itu, tunaikanlah masing-masing hak tersebut pada mereka yang memiliki hak.”

Abu Darda menyampaikan hal itu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi berkata,

صدق سلمان

“Salman benar.”

Pelajaran yang dapat diambil dari kisah ini adalah pentingnya menjaga keseimbangan antara ibadah, hak diri sendiri, dan hak keluarga dalam kehidupan sehari-hari.

Ummu Darda Al-Kubra wafat dua tahun lebih awal dibanding Abu Darda. Ia wafat di Syam di masa pemerintahan Utsman bin Affan. 

Ummu Darda Ash-Shugra

Ummu Darda Ash-Shugra, atau yang bernama asli Hujaimah binti Huyayal Al-Awshabiyah, adalah seorang wanita yang hidup pada masa setelah wafatnya Rasulullah SAW. Beliau berasal dari kabilah Himyar di Syam dan dikenal sebagai seorang wanita yang sangat haus akan ilmu.

Sejak kecil, Hujaimah dididik untuk mencintai ilmu dan menghafal Al-Qur’an dengan baik dan benar. Ia menjadi murid yang sangat disayangi oleh Aisyah binti Abu Bakar, istri Rasulullah SAW. Aisyah dikenal memiliki separuh dari ilmu yang ada pada masa itu, dan Hujaimah sering belajar langsung darinya, serta dari sahabat-sahabat besar seperti Abu Hurairah, Salman Al-Farisi, dan Ka’ab bin Ashim.

Sepeninggal sang ayah, ia diasuh oleh Abu Darda yang terkenal ahli ibadah dan aktivis majelis taklim. Hujaimah kecil diikutsertakan dalam shalat berjamaah, membaur dengan barisan laki-laki. Ini berlangsung sampai usianya akil baligh. 

Ummu Darda Ash-Shugra dikenal dengan kesederhanaannya (zuhud) dan kesetiaannya kepada suami. Kecerdasannya dalam ilmu pengetahuan dan kedalaman spiritualnya membuatnya menjadi salah satu teladan wanita dalam sejarah Islam.

Kegigihan dan kecerdasannya memikat Abu Darda. Sejak saat itu ia menyandang gelar Ummu Darda Ash-Shughra (junior).

Narasumber: Ustadzah Suryani Dewi, Lc., MA
Program: Inspirasi Keluarga – Sekolah Ibu