وَّاَنَّا كُنَّا نَقْعُدُ مِنْهَا مَقَاعِدَ لِلسَّمْعِۗ فَمَنْ يَّسْتَمِعِ الْاٰنَ يَجِدْ لَهٗ شِهَابًا رَّصَدًاۖ

wa annâ kunnâ naq‘udu min-hâ maqâ‘ida lis-sam‘, fa may yastami‘il-âna yajid lahû syihâbar rashadâ

Sesungguhnya kami (jin) dahulu selalu menduduki beberapa tempat (di langit) untuk mencuri dengar (berita-beritanya). Akan tetapi, sekarang siapa yang (mencoba) mencuri dengar pasti akan menjumpai panah api yang mengintai (untuk membakarnya). (Qs. Al-Jin:9)

Ketika Allah mengutus Rasulullah Muhammad SAW sebagai Nabi dan menurunkan wahyu berupa kitab suci Al-Qur’an, Allah memberikan penjagaan yang ketat terhadap Al-Qur’an. Salah satu bentuk penjagaan ini adalah dengan memenuhi langit dengan perlindungan yang sangat ketat di setiap penjuru. Setan-setan yang sebelumnya biasa menduduki pos-pos di langit untuk mendengarkan berita-berita dari langit, setelah turunnya wahyu kepada Rasulullah, diusir dari tempat-tempat pengintaian mereka. Dengan turunnya Al-Qur’an, setan-setan tidak lagi dapat mencuri atau mendengar wahyu dari Allah.

Penjagaan terhadap Al-Qur’an, serta kemuliaan agama Islam dan Nabi Muhammad SAW, begitu sempurna. Oleh karena itu, ketika orang-orang menyebarkan pemahaman yang samar atau mencampuradukkan Al-Qur’an dengan hal-hal yang tidak sesuai, itu merupakan bagian dari penjagaan Allah agar kebenaran tetap terjaga dan tidak tercampur dengan yang salah.

وَّاَنَّا لَمَسْنَا السَّمَاۤءَ فَوَجَدْنٰهَا مُلِئَتْ حَرَسًا شَدِيْدًا وَّشُهُبًاۖ

wa annâ lamasnas-samâ’a fa wajadnâhâ muli’at ḫarasan syadîdaw wa syuhubâ

(Jin berkata lagi) “Sesungguhnya kami (jin) telah mencoba mengetahui (rahasia) langit. Maka, kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api. (Qs. Al-Jin:8)

Jika ada setan atau jin mencuri berita langit maka akan diberikan sebuah hukuman berupa sambaran dari panah-panah api. Dijelaskan oleh ibnu katsir, barang siapa di antara jin yang berani mencoba mencuri atau mendengarkan setelah di utus Rasulullah dan di turunkan kitab suci Al-Qur’an maka dipastikan dia akan menjumpai panah berapi yang mengintai dan tidak akan luput serta tidak akan meleset dari nya, bahkan pasti akan serta membinasakan jin tersebut. 

Dukun atau paranormal bisa mengetahui hal ghaib karena mereka memiliki khodam atau bantuan kerja sama dengan bangsa jin yang kafir atau orang yang fasik, sehingga jin menaiki langit dan mencuri berita yang ada di langit. Tetapi setelah di utus Rasulullah dan diturunkannya Al-Qur’an sudah ada penjagaan dan panah-panah sehingga apabila setan mencuri berita maka akan langsung di tembak oleh panah dan dibinasakan. 

Mengenai kemampuan dukun atau paranormal untuk mengetahui hal gaib, meskipun mereka mungkin bisa mengetahui sebagian kecil dari hal gaib, itu tidak berarti mereka mengetahui semuanya. Dari seratus hal gaib, mereka hanya mengetahui satu, sementara sembilan puluh sembilan lainnya adalah kebohongan yang mereka sampaikan kepada pengikutnya

Para dukun dan paranormal biasanya bekerja sama dengan jin untuk mencuri berita gaib yang kemudian mereka gunakan untuk berbagai praktik seperti sihir, mahabbah (pelet), atau santet. Mereka memberikan informasi tentang hal-hal gaib, sihir, dan ritual tertentu untuk tujuan-tujuan pribadi, seperti membuat seseorang jatuh cinta dengan lawan jenis atau menyakiti orang lain.

Namun, sangat penting untuk diketahui bahwa jika seorang Muslim mendatangi dukun atau paranormal, atau bahkan mempercayai informasi yang mereka berikan, maka selama 40 hari salatnya tidak akan diterima oleh Allah. Apalagi jika sampai terlibat dalam ritual-ritual mereka, ini dapat mengarah pada syirik, yang merupakan dosa besar dalam Islam. Jika seseorang jatuh dalam kesyirikan, maka dia tidak akan pernah bisa mencium aroma surga, apalagi masuk surga.

Perlindungan sejati hanya datang dari Allah. Dalam Islam, segala daya dan upaya hanya bisa berasal dari Allah, dan kita harus berlindung kepada-Nya semata, sebagaimana yang diajarkan dalam doa dan dzikir. Menggantungkan harapan pada selain Allah, seperti jin, dukun, atau benda-benda keramat, adalah syirik besar dan harus dihindari.

Setan itu sebenarnya sangat takut kepada orang-orang yang soleh dan beriman. Meskipun setan sering kali menakut-nakuti manusia, pada kenyataannya, ketakutan setan jauh lebih besar dibandingkan ketakutan yang dirasakan oleh manusia terhadapnya. Setan itu lemah, dan kekuatannya hanya bisa mempengaruhi orang-orang yang lemah iman atau jauh dari Allah

وَّاَنَّهٗ كَانَ رِجَالٌ مِّنَ الْاِنْسِ يَعُوْذُوْنَ بِرِجَالٍ مِّنَ الْجِنِّ فَزَادُوْهُمْ رَهَقًاۖ 

wa annahû kâna rijâlum minal-insi ya‘ûdzûna birijâlim minal-jinni fa zâdûhum rahaqâ

Sesungguhnya ada beberapa orang laki-laki dari (kalangan) manusia yang meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki dari (kalangan) jin sehingga mereka (jin) menjadikan mereka (manusia) bertambah sesat. (Qs. Al-jin:6)

Pintu Masuk bagi Setan atau Gangguan Jin,

Ibadah yang ditinggalkan: Salah satu pintu masuk utama setan adalah ketika kita meninggalkan ibadah wajib dan sunnah, seperti salat, dzikir, membaca Al-Qur’an memberikan ketenangan dan perlindungan. Jika kita jarang membaca Al-Qur’an, kita akan merasa tidak tenang, dan ini menjadi salah satu alasan bagi setan untuk mengganggu. Setan mudah masuk ke dalam diri kita atau ke dalam rumah jika kita tidak menjaga kewajiban ibadah, karena itu adalah perlindungan utama.

Menjaga rumah dan tempat tinggal: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menegaskan agar kita membaca Al-Qur’an di rumah, terutama Surat Al-Baqarah, karena rumah yang tidak dibacakan Al-Qur’an akan menjadi tempat yang mudah dimasuki oleh setan.

Rumah yang tidak sakinah, mawaddah, warahmah (harmonis, penuh kasih sayang, dan rahmat) menjadi lebih rentan terhadap gangguan setan. Ketegangan dalam rumah tangga, seperti kemarahan, konflik, atau ketidakharmonisan keluarga merupakan pintu masuk setan yang besar.

Mengendalikan Emosi: Kemudahan marah dan ketidaksabaran menjadi pintu masuk setan yang besar. Seseorang yang mudah marah dan tidak bisa mengendalikan emosinya, cenderung lebih mudah terpengaruh oleh godaan setan dan melakukan tindakan negatif. Bahkan, kemarahan yang tidak terkendali bisa berbahaya bagi diri sendiri dan orang lain.

Narasumber: Ustadz Sufyan Fadhlurrafie, S.Pd – Indonesia Al Quran Center
Program: Inspirasi Sore – Risalah Qur’an