Sarah Fatimah. Anda tentu sudah tak asing lagi kan dengan suaranya? Sarah telah mengudara di Radio MQFM Bandung sejak 2016. Tidak hanya menjadi Penyiar, kini Sarah pun menjadi Produser untuk program “Rumahku Surgaku”.
Sarah pada mulanya adalah pendengar MQFM. “Orang tua saya pendengar MQFM, sejak masih Radio Ummat,” katanya.
Ketika Sarah duduk di bangku SD, ia sering mendengarkan program Panggung Juara. “Masih ingat dulu penyiarnya Kak Fina dan Kak Dian. Saya juga sering diajak main ke studio MQFM,” ungkapnya.
Sejak Sarah SMP, ia ingin sekali mengikuti MQFM Islamic Broadcasting School (MIBS). Hanya saja kala itu syaratnya minimal berusia 20 tahun. Akhirnya, keinginan tersebut ia tunda.
Ketika kuliah, Sarah menetap di Bandung dan kala itu MQFM sedang membuka pendaftaran MIBS, Sarah pun mengikuti kelas tersebut yang sudah menjadi impiannya sejak lama.
“Setelah ikut MIBS yang ternyata itu sekaligus audisi. Dipilih tiga orang. Sebenarnya usia saya saat itu belum memenuhi syarat karena baru 18 atau 19 tahun. Tapi, kata Kang Dzikri (yang saat itu menjadi Program Director-red) sebentar lagi juga 20 tahun, jadi kalau mau dicoba jadi penyiar MQFM, boleh sambil ditraining. Saya ambil kesempatan itu dan alhamdulillah jalannya bisa berkarya di MQFM,” ujarnya.
Menurut Sarah, MQFM menjadi bagian dari perubahan dirinya. Karena, banyak sekali ilmu yang ia dapatkan dari pagi sampai malam. “Orang tua itu selalu dengerin MQFM dari pagi sampai malam. Kebayang ilmunya. Kebayang gimana kalau saya bisa jadi penyiar di sana dan ternyata takdir Allah bisa berkarya di MQFM,” jelasnya.
Antara Kuliah dan Siaran
Bagi Sarah, MQFM menjadi sahabat perjalanannya dari awal masuk kuliah, praktikum, menyelesaikan skripsi, dan merasakan suka dukanya kuliah yang penuh tugas.
“Waktu itu, jadwal siaran setengah 1 yaitu program MQ Siang. Sementara, kuliah baru beres jam 12. Kan waktu itu belum daring siarannya, harus betul-betul datang ke studio, dan dosennya minta perpanjangan waktu. Saya estimasi perjalanan itu sekitar 10-15 menit, dosen itu telat 20 menit keluarnya. Dan saya memberanikan diri izin ke dosennya langsung pake ojek online minta ngebut. Dan alhamdulillah keburu,” cerita Sarah.
Tak hanya itu, ia juga pernah ada kelas sore sementara siaran baru beres pukul 15.00. “Kalau diperhitungkan nggak akan keburu. Jadi minta pengendara ojek online-nya ngebut supaya bisa sampai ke kampus.
Hal ini yang paling berkesan bagi Sarah, waktu yang berebut antara kuliah dan siaran. Di sisi lain, ia tidak bisa melepas siaran, karena ini hobi , tempat berkarya, dan tempat ia bisa kenal banyak orang. Sempat terpikir untuk melepas siaran. Namun, akhirnya, ia coba mengakalinya. Alhamdulillah setelah dikuatkan, ia tetap bisa bertahan di MQFM sampai saat ini.
“Dimulai dari awal kuliah sampai beres S1 alhamdulillah. Kemudian, MQFM menemani saya berjuang skripsi, masuk S2, bahkan sampai saya nikah juga, MQFM masih menemani saya dan sekarang sampai saya hamil, MQFM masih jadi jalan perjuangan saya. Bahkan, MQFM menjadi jalan saya bisa belajar banyak,” katanya.
Bertemu Jodoh di MQFM
Sarah juga bertemu dengan jodohnya jalannya melalui MQFM. Yaitu, dengan salah satu narasumber komunitas.
“Namanya jodoh nggak ada yang tahu. Tahun 2017, saya pertama kali bertemu (dengan suami -red) ketika siaran Bandung Juara. Saya juga udah lupa banget, eh tiba-tiba ketemu lagi pas 2020. Dan baru inget kalau beliau itu pernah jadi narasumber komunitas di MQFM,” jelasnya.
Maka dari itu, bagi Sarah, MQFM memberikan kesan lebih di hatinya dan banyak sekali pelajaran yang ia dapatkan selama di sini.
Sempat Berhenti
Sarah sempat vakum dulu di MQFM selama satu tahun. Karena ingin fokus mengerjakan skripsi supaya cepat selesai. “Sekitar satu tahun vakum, kemudian lanjut bergabung lagi,” ungkapnya.
Melalui MQFM, ia bersyukur bisa mengenal orang-orang saleh dan dekat dengan orang-orang saleh.
“Saya yakin MQFM ini jadi menjalan saya semakin baik. Dulu, pas SMA nggak kebayang saya seperti apa, alhamdulillah bisa lebih baik, lebih kenal dengan Allah, bisa belajar terus nambah ilmu,” katanya.
Menurutnya, selama di MQFM, ia dituntut secara tidak langsung untuk mengerjakan apa yang dikatakan harus kita kerjakan. “Nggak enak kan kita ke pendengar ngajak ini, ngajak itu, sedangkan kita tidak melakukannya,” ungkapnya.
Sehingga, bagi Sarah, MQFM menjadi media dakwah untuk diri sendiri dan juga menjadi media perubahan untuk diri sendiri.
Ingin menjadi Penyiar atau Produser?
Ikuti Islamic Broadcasting Academy by MQFM. Pelatihan ini sangat cocok bagi Anda yang tertarik dengan dunia penyiaran dan ingin bergabung menjadi kru Radio/TV.
Yuk, masuki gerbang awal menjadi penyiar (broadcaster), VO Talent atau berkarya dengan profesi seru dibidang radio dan bisa menyebarkan kebaikan tentunya.
Informasi lebih lanjut klik di sini.