Sahabat MQ Nikmat dalam hidup terbagi menjadi dua jenis. Pertama, nikmat fisik, dan kedua, nikmat yang terletak di hati. Nikmat fisik bersifat sementara dan tidak kekal. Kesenangan yang berasal dari fisik sering kali hanya sesaat, bahkan berpotensi menjerumuskan pada perilaku maksiat jika tidak disikapi dengan bijak. Sebaliknya, kebahagiaan bersifat lebih langgeng, tenang, dan menenteramkan, karena bersumber dari hati.
Untuk mencapai kebahagiaan sejati, seseorang harus memiliki keyakinan yang kokoh kepada Allah. Pada puncak kondisi basyiroh, mata hati terbuka lebar sehingga seseorang mencapai tingkat ma’rifatullah, yakni mengenal Allah dengan sepenuhnya. Dalam keadaan ini, seseorang hanya memandang Allah sebagai sumber segalanya. Ada pula individu yang basyiroh-nya terbuka meskipun hanya sebagian, namun mereka telah berhenti bergantung kepada makhluk dan sepenuhnya berharap kepada Allah SWT. Puncak kebahagiaan sejati terletak pada ma’rifatullah, di mana seseorang benar-benar merasakan keberadaan dan kedekatan dengan Allah.
Kebahagiaan juga dapat diraih melalui amal saleh yang dilakukan dengan ikhlas. Ketika seseorang melakukan kebaikan atau amal saleh dengan niat hanya karena Allah (lillahi ta’ala), kebahagiaan akan mengiringinya. Jika keyakinan kepada Allah, amal saleh, dan keistiqamahan (ketulusan niat yang lurus) terus dijaga, maka kebahagiaan akan tetap terpelihara, meskipun sebagian kesenangan duniawi harus dilepaskan.
Dalam menghadapi musibah, kebahagiaan luar biasa dapat dirasakan oleh mereka yang bersabar. Kesabaran ini meliputi tidak mengeluh, baik melalui ucapan maupun hati, tidak mengadukan takdir kepada manusia, serta mampu mengendalikan anggota tubuh dalam menyikapi ujian yang diberikan oleh Allah.
Ada tiga kondisi yang sering kali menjadi sumber kesenangan manusia, yaitu memiliki waktu luang, kesehatan, dan harta. Namun, ketiga hal ini jarang hadir bersamaan. Baik kesenangan maupun kebahagiaan seseorang bergantung pada bagaimana ia mengendalikan nafsunya. Pengendalian diri yang baik akan mengarahkan seseorang pada kebahagiaan sejati yang hakiki.
Kesimpulan
Kebahagiaan sejati bukanlah kesenangan duniawi yang bersifat sementara, melainkan ketenangan hati yang lahir dari iman yang kokoh, amal saleh yang ikhlas, dan kesabaran menghadapi ujian hidup. Dengan mengingat Allah dan mengikuti petunjuk-Nya, hati akan tenteram, menciptakan kebahagiaan yang abadi di dunia dan akhirat.
Program: Inspirasi Keluarga – Langkah Kecil Untuk Bahagia
Narasumber: Ibu Khairati