Sahabat MQ Berinteraksi secara terus-menerus dengan Al-Qur’an memiliki banyak manfaat, di antaranya:

  1. Tarbiyah Imaniyah: Peningkatan iman.
  2. Tarbiyah Alal Ibadah: Peningkatan ibadah.
  3. Tarbiyah Alal Hubb bil Akhirah: Meningkatkan kecintaan terhadap akhirat.
  4. Tarbiyah Ta’nimiyah: Meningkatkan semangat untuk mengajarkan Al-Qur’an kepada orang lain.
  5. Tarbiyah Indibati: Peningkatan kedisiplinan.
  6. Tarbiyah Alal Istiqomah: Mendidik untuk senantiasa istiqomah.
  7. Tarbiyah Sabhr ‘alal Haq: Mendidik untuk tetap teguh di jalan yang benar.
  8. Tarbiyah Ta’wiyah: Mendidik untuk terlibat dalam mengajak manusia kepada kemuliaan Islam.
  9. Tarbiyah Ilmiyah: Meningkatkan kecintaan terhadap ilmu.
  10. Tarbiyah Akhlakiyah: Peningkatan akhlak mulia.

Ketika kita terus menghafal Al-Qur’an, pengetahuan tentang kandungannya akan bertambah. Proses ini tidak hanya sekadar menghafal, tetapi juga memahami dan menteladani akhlak Rasulullah SAW, yang merupakan contoh nyata dari akhlak yang mulia. Dalam Al-Qur’an, kita diajarkan untuk menahan amarah dan memaafkan kesalahan orang lain, yang merupakan karakter orang yang bertakwa.

Salah satu aspek akhlak orang beriman, seperti yang tercantum dalam surat An-Nur, adalah menjaga pandangan terhadap lawan jenis. Dengan menjaga pandangan, kita dapat terhindar dari dosa, yang merupakan bentuk mujāhadah dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an. Jika kita tidak menjaga pandangan, dosa yang kecil pun, jika diulang terus-menerus, dapat menumpuk dan menjadi besar, menjerumuskan kita ke dalam dosa yang lebih berat.

Menjaga kemaluan dan mengeluarkan harta sesuai ketentuan Allah juga akan mensucikan jiwa dan harta kita. Hati kita akan tersucikan ketika taat kepada Allah, termasuk dalam hal menahan pandangan. Sebaliknya, jika mata dan hati tidak terjaga, maka hati kita akan kotor. Ketika hati sudah kotor, kemampuan kita untuk membedakan mana yang baik dan mana yang benar akan terganggu.

Salah satu cara untuk mentazkiyah (mensucikan) jiwa adalah dengan berinteraksi dengan Al-Qur’an. Dalam hal ini, ada dua keadaan antara Al-Qur’an dan maksiat: jika kita bermaksiat kepada Allah, kita akan merasa enggan berinteraksi dengan Al-Qur’an, dan itu akan terasa berat. Sebaliknya, ketika kita bersama Al-Qur’an, peluang untuk melakukan kemaksiatan menjadi semakin kecil.

Oleh karena itu, kita harus menggunakan pendengaran dan penglihatan kita untuk ketaatan kepada Allah. Jika kita bisa mengalihkan pandangan kita untuk melihat dan membaca Al-Qur’an, serta mengkaji dan memahaminya, maka peluang untuk bermaksiat akan berkurang.

“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya akan dimintai pertanggungjawaban di sisi Allah SWT.” Mari kita jaga pandangan kita agar tetap dalam ketaatan kepada Allah.

Kaidahnya, barang siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik. Untuk menutup celah dalam melakukan kemaksiatan, salah satu cara yang paling afdal adalah memperbanyak ketaatan kepada Allah dan berinteraksi dengan Al-Qur’an, karena Al-Qur’an adalah kalamullah.

Program: INSPIRASI SORE – Inspirasi Al-Qur’an
Narasumber: Ustadz Dadan Hamdani, S.Pd., Al-Hafizh