diam

Sahabat MQ, Rasulullah saw. bersabda, “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari). Sabda ini mengajarkan kepada kita pentingnya menjaga lisan karena setiap perkataan akan diperhitungkan di akhirat. Dalam Surah Yasin, Allah SWT menjelaskan bahwa kelak di akhirat, lisan manusia akan dikunci, dan anggota tubuh yang akan berbicara memberikan kesaksian atas perbuatan kita.

Selain itu, Rasulullah saw. juga bersabda, “Jauhilah neraka walaupun hanya dengan bersedekah sepotong kurma. Jika tidak mampu, maka hendaklah bersedekah dengan tutur kata yang baik.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadis ini menekankan bahwa tutur kata yang baik juga termasuk bentuk sedekah, yang dapat menjadi jalan untuk mendapatkan rida Allah SWT.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an, Surah Al-Baqarah ayat 83: “(Ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari Bani Israil, ‘Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin. Bertutur katalah yang baik kepada manusia, laksanakanlah salat, dan tunaikanlah zakat.’ Akan tetapi, kamu berpaling (mengingkarinya), kecuali sebagian kecil di antaramu, dan kamu masih menjadi pembangkang.” Ayat ini menegaskan pentingnya bertutur kata yang baik kepada sesama manusia sebagai bagian dari akhlak mulia yang diperintahkan Allah.

Dalam Surah An-Nisa ayat 114, Allah SWT juga berfirman: “Tidak ada kebaikan pada banyak pembicaraan rahasia mereka, kecuali (pada pembicaraan rahasia) orang yang menyuruh bersedekah, (berbuat) kebaikan, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Siapa yang berbuat demikian karena mencari rida Allah, kelak Kami anugerahkan kepadanya pahala yang sangat besar.” Ayat ini menunjukkan bahwa pembicaraan yang tidak bermanfaat dapat menjadi sia-sia, kecuali jika pembicaraan itu bertujuan untuk kebaikan, sedekah, atau perdamaian.

Larangan Berprasangka Buruk dan Mengolok-olok

Dalam Surah Al-Hujurat ayat 11 dan 12, Allah SWT memberikan panduan yang jelas untuk menjaga hubungan sosial melalui lisan yang baik. Allah berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik daripada mereka (yang mengolok-olok), dan janganlah pula perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olok) lebih baik daripada perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman, dan barang siapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Hujurat: 11)

Selanjutnya, dalam ayat 12, Allah SWT berfirman:

“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat, Maha Penyayang.”

Ayat-ayat ini menekankan pentingnya menjaga lisan dari tindakan seperti mengolok-olok, mencela, memanggil dengan gelar buruk, berprasangka buruk, mencari kesalahan orang lain, dan menggunjing. Semua ini tidak hanya merusak hubungan sosial, tetapi juga mendatangkan dosa di sisi Allah.

Menjaga Lisan dalam Kehidupan Keluarga

Dalam lingkup keluarga, menjaga lisan sangat penting untuk membangun hubungan yang harmonis. Rasulullah saw. adalah teladan utama dalam hal ini. Beliau tidak pernah berkata kasar kepada pasangan atau keluarganya. Sebuah keluarga yang anggotanya mampu menjaga lisan dan berbicara dengan lemah lembut akan menciptakan lingkungan yang penuh kasih sayang dan keberkahan.

Pentingnya Lingkungan Pertemanan yang Baik

Lingkungan pertemanan sangat berpengaruh dalam membentuk karakter dan perilaku seseorang, termasuk dalam menjaga lisan. Rasulullah saw. bersabda, “Perumpamaan teman yang baik dan teman yang buruk adalah seperti penjual minyak wangi dan pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau kamu membeli darinya, atau setidaknya kamu mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi mungkin akan membakar pakaianmu, atau kamu akan mendapatkan bau yang tidak sedap darinya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Teman yang baik adalah mereka yang mengingatkan kita untuk selalu berada di jalan kebenaran, menjaga lisan, dan menjauhi perkataan yang sia-sia. Mereka akan menuntun kita untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT dan membantu kita meraih surga-Nya. Oleh karena itu, memilih lingkungan pertemanan yang baik adalah langkah penting dalam menjaga akhlak, termasuk dalam bertutur kata.

Pengendalian Diri Melalui Salat dan Sabar

Seseorang yang mampu mengendalikan emosinya cenderung lebih bijak dalam berbicara. Salah satu cara untuk mencapai hal ini adalah dengan memperbaiki kualitas salat. Allah SWT berfirman dalam Surah Al-Ankabut ayat 45: “Sesungguhnya salat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.” Orang yang menjaga salatnya dengan baik akan lebih mudah menahan diri dari perkataan atau perbuatan yang tidak bermanfaat.

Sabar juga menjadi kunci penting dalam menjaga lisan. Orang yang sabar disukai oleh Allah SWT karena mampu mengendalikan emosinya. Diam bukan berarti lemah, melainkan menunjukkan kekuatan seseorang dalam menahan diri. Bahkan, Rasulullah saw. mengajarkan bahwa meminta maaf terlebih dahulu adalah tanda kerendahan hati dan kebesaran jiwa.

Hikmah

Berbicara yang baik tidak hanya bermanfaat bagi orang lain, tetapi juga membawa ketenangan bagi diri sendiri. Oleh karena itu, marilah kita selalu menjaga lisan agar senantiasa berkata yang baik atau memilih diam jika tidak ada manfaat dalam pembicaraan. Dengan demikian, kita tidak hanya memperbaiki hubungan dengan sesama manusia, tetapi juga mendekatkan diri kepada Allah SWT, yang akan memberikan pahala besar bagi mereka yang menjaga lisannya. Semoga Allah SWT menjadikan kita termasuk orang-orang yang senantiasa menjaga lisan, memilih pertemanan yang baik, dan berakhlak mulia. Aamiin.

Program : Kajian MQ Pagi Edisi Spesial Muslimah
Narasumber : Ustadzah Sasa Esa Agustina