Indonesia terus melahirkan para ilmuwan. Tidak hanya kaum lelaki,beberapa wanita di negeri ini juga telah memberikan andil untuk berkonstribusi menghasilkan karyanya. Perempuan memang mampu berprestasi dalam berbagai hal, termasuk di bidang ilmu pengetahuan yang membutuhkan dedikasi tinggi. Seperti salah satu dosen jurusan kimia fakultas MIPA institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) yaitu Sri fatmawati yang mendapatkan penobatan sebagai salah satu dari 5 peneliti wanita terbaik di dunia atas dedikasinya di bidang Saintis kesehatan dan ekonomi.

Sahabat MQ dapat menyimak rekam siar dibawah ini

Perempuan kelahiran sampang Madura 3 november 1980 ini merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Fatma besar dari keluarga yang sederhana, ayahnya seorang guru Sekolah Dasar dan sang ibu merupakan ibu rumah tangga. Meskipun hidup dalam kesederhanaan prestasi fatma sejak ia  kecil sudah banyak ia peroleh.

Alasan Fatma Kuliah Jurusan Kimia

Saat masih kecil ia telah dikenalkan dengan  berbagai jenis jamu oleh sang ibu, hampir setiap hari keluarga nya meminum minuman tradisional tersebut. “Minuman itu dipercaya dapat menjaga kesehatan” begitu yang disampaikan sang ibu kepada Fatma sejak kecil. Pernyataan sang ibu telah memberikan pengaruh terhadap pikiran Fatma , ia pun menjadi penasaran kenapa minuman pahit  tersebut dapat menjaga kesehatannya. Akan tetapi tidak ada jawaban yang dirasa cukup dari sang ibu. Hal inilah yang mendorong pilihan  studi seorang Fatma untuk menemukan jawaban-jawaban atas masa kecilnya. Fatma melanjutkan studinya pada tahun 1998 di jurusan Kimia di ITS.

Sejak kuliah Fatma sudah jatuh cinta pada dunia kimia. Fatma menyadari ada banyak senyawa yang terkandung pada bahan-bahan alami serta bermanfaat bagi tubuh. Menurutnya bahan-bahan alam tersebut dapat berpotensi menjadi obat. Tidak heran, semua penelitiannya di dedikasikan untuk menganalisis kimia organik.

Fatma menemukan keasikan sendiri ketika berlama-lama di laboratorium, berjam-jam mengamati perubahan senyawa lalu mendokumentasikan prosesnya secara detail menjadi sebuah aktifitas yang seru bagi Fatma. Salah satu contoh hasil penelitiannya pada  bahan-bahan alami ialah pada buah manggis. Menurut penelitiannya, di dalam buah yang berkulit ungu ini mengandung  senyawa  santone yang berguna untuk menghambat enzim dan membuat kadar gula darah  naik atau komplikasi pada penderita diabetes.

Tidak hanya pada manggis, beberapa tanaman seperti jamur, daun salam dan daun kelor juga menjadi objek penelitiaanya. Hingga pada Maret 2011 perempuan asal Madura itu berhasil meraih gelar Doctor of Philosophy (PhD) dari Kyusu University, Fukuoka, Jepang Selama menempuh studi dan penelitiannya di Jepang.

Penelitiannya untuk meraih gelar Doktor lagi-lagi seputar bahan alami yaitu jamur limpi. Dari hasil penelitiannya, senyawa pada jamur limpi diketahui mampu menghambat komplikasi diabetes.

Sosok Fatma yang Tetap Bersahaja

Bergelar Doktor dari Universitas ternama di Jepang, Fatma  menulis 5 jurnal Sains Internasional dan mendapat penghargaan Internasional bergengsi, sosok Fatma tetap bersahaja. Dia merasa apa yang dicapainya belum banyak. Fatma masih mengejar cita-cita menjadi peneliti sains yang diperhitungkan di dunia Internasional.

Harapan terbesarnya adalah agar semakin banyak perempuan di Indonesia yang berkarir menjadi peneliti karena menurut Fatma saat ini jumlah peneliti Sains perempuan di Indonesia masih sedikit.

Penghargaan pertama yang berhasil diraih Fatma ialah Internasional  International Fellowships L’Oreal-UNESCO For Women In Science pada tahun 2013 di Prancis.  Penghargaan tersebut didapatkan berkat kesuksesannya dalam sebuah penelitian yang berhasil menemukan potensi dari senyawa kimia dalam sponge laut untuk digunakan sebagai obat penyembuh beberapa penyakit salah satunya penyakit kanker.

Sebagai salah satu penerima penghargaan ini, Sri dan 14 perempuan lainnya berhak mendapat beasiswa senilai USD 40 Ribu (Rp. 388 juta) untuk melanjutkan penelitiannya di Institute of Natural Products Chemistry, National Center for Scientific Research (CNRS) Gif-sur-Yvette, Prancis selama dua tahun. Kemudian ia akan melanjutkan kolaborasi penelitian jangka panjang dengan ITS surabaya.

Pada tahun 2015, ibu dari dua putri ini juga berhasil meraih Early Chemist Award di Honolulu, Amerika Serikat. Kemudian, Fatma juga menjadi salah satu peneliti terbaik dunia yang meraih  The 2016 Elsevier Foundation Awards for Early Career Women Scientists in the Developing World.

Selain berkarya di dunia yang di gelutinya, Fatma tentu tidak melupakan perannya sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya bahkan saat melakukan penelitian di kyusu Universiti Jepang. Fatma tengah hamil anak pertama, rasa mual, pusing hingga hampir pingsan melanda Fatma kala itu karena hal tersebut membuat Fatma akan dipulangkan ke Indonesia. Tetapi Fatma berhasil meyakinkan sang profesor untuk melanjutkan penelitiannya ini.

Fatma selalu membuat jadwal terstruktur agar semua dapat ditangani dengan baik. Bagi fatma sudah berkeluarga tidak lantas menyurutkan mimpi-mimpinya. Dia menuturkan, dunia sains sudah menjadi bagian hidupnya. Peran keluarga justru penting bagi Fatma karena berkat doa dan dukungan keluarga ia tidak pernah berhenti untuk bermimpi dan bermanfaat bagi banyak orang.