Al Aqsa

Sahabat MQ Isra’ Mi’raj merupakan salah satu mukjizat terbesar Rasulullah sekaligus peristiwa yang berfungsi sebagai penyegaran (refreshing) bagi beliau. Pada saat itu, Rasulullah tengah menghadapi musibah besar dan tekanan berat dari kaum Quraisy di Mekah. Peristiwa ini terjadi sekitar satu tahun sebelum beliau berhijrah ke Madinah, sehingga Isra’ Mi’raj juga sering dianggap sebagai pembekalan spiritual yang menguatkan beliau dalam menghadapi tantangan dakwah.

Di Mekah, Rasulullah menghadapi berbagai ujian yang bertubi-tubi. Beliau dicaci, difitnah, bahkan mengalami kezaliman yang luar biasa. Bahkan tidak segan-segan menawarkan kedudukan, jabatan, kekayaan, dan perempuan kepada Rasulullah asalkan beliau menghentikan dakwahnya. Tawaran ini disampaikan melalui Abu Thalib, paman beliau yang dihormati oleh Quraisy. Namun, Rasulullah dengan penuh keyakinan menolak tawaran tersebut, sambil menyatakan bahwa tugas menyampaikan kebenaran adalah amanah besar yang harus beliau tunaikan.

Keteguhan Rasulullah membuat pamannya, Abu Thalib, memberikan dukungan sepenuhnya. Abu Thalib berkata, “Jika engkau tetap melaksanakan tugas ini, paman akan selalu bersamamu.” Kata-kata ini menunjukkan betapa besar kasih sayang dan pembelaan Abu Thalib kepada keponakannya, meskipun ia sendiri tidak memeluk Islam.

Tekanan demi tekanan yang dihadapi Rasulullah di Mekah tidak pernah menyurutkan semangat beliau. Sebaliknya, ujian-ujian ini justru menjadi batu loncatan untuk memperkuat keyakinan dan keteguhan hati beliau. Isra’ Mi’raj menjadi titik balik spiritual yang memberikan ketenangan, penghiburan, dan kekuatan baru kepada Rasulullah dalam menjalankan tugas dakwahnya di tengah berbagai rintangan yang berat.

Isra’ Mi’raj: Peristiwa yang Luar Biasa

Isra’ Mi’raj adalah peristiwa luar biasa yang dialami oleh Rasulullah sebagai salah satu tanda kebesaran Allah. Dalam satu malam, Rasulullah diperjalankan dari Masjidil Haram di Mekah menuju Masjidil Aqsha di Yerusalem, lalu naik ke langit hingga Sidratul Muntaha, sebelum kembali ke bumi. Peristiwa ini memberikan banyak pelajaran spiritual dan memperkuat keimanan umat Islam.

Allah mengabadikan peristiwa ini dalam Al-Qur’an, salah satunya dalam surat Al-Isra’ ayat 1:

Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

Setelah perjalanan spiritual yang penuh makna ini, Rasulullah kembali ke bumi dan menceritakan peristiwa tersebut kepada kaum Quraisy. Banyak yang mengejek dan tidak percaya, kecuali Abu Bakar Ash-Shiddiq, yang langsung membenarkan Rasulullah tanpa ragu. Sikap inilah yang membuat Abu Bakar mendapat gelar Ash-Shiddiq.

Pesan Penting dari Isra’ Mi’raj

  1. Shalat Sebagai Tiang Agama Shalat lima waktu adalah inti dari peristiwa Isra’ Mi’raj. Hal ini menunjukkan bahwa shalat adalah ibadah yang tidak boleh ditinggalkan karena menjadi sarana utama untuk mendekatkan diri kepada Allah. Dan sebagai menenangkan diri.
  2. Keimanan yang Kokoh Peristiwa ini menguji keimanan umat Islam, karena secara logika sulit diterima. Namun, Allah menegaskan bahwa segala sesuatu mungkin terjadi dengan kekuasaan-Nya.
  3. Pentingnya Masjidil Aqsha Sebagai kiblat pertama umat Islam, Masjidil Aqsha memiliki nilai spiritual yang tinggi. Peristiwa ini mengingatkan umat Islam untuk menjaga kesuciannya dan terus memperjuangkan hak atas tanah suci tersebut.

Kesimpulan

Isra’ Mi’raj adalah peristiwa agung yang menjadi tanda kebesaran Allah dan kemuliaan Rasulullah. Melalui peristiwa ini, umat Islam diajarkan untuk memperkokoh keimanan, menjaga shalat, dan memahami tanggung jawab sebagai hamba Allah. Semoga kita semua mampu mengambil hikmah dari peristiwa ini dan menjadi hamba yang semakin bertakwa.

Program: Kajian MQ Pagi
Narasumber: Prof. Dr. KH. Miftah Faridh