Sahabat MQ, setiap orang memiliki selera berbeda soal gaya hidup, ada yang senang dengan kesederhanaan namun banyak yang senang dengan gaya hidup mewah.
Apalagi di zaman media sosial seperti sekrang ini, kita dengan mudah terpapar gaya hidup mewah sesuai yang kita lihat, lalu tanpa sadar kita menirunya dan menjadikannya sebagai gaya hidup.
Maka tidak heran, jika ada orang kemampuan finansialnya biasa–biasa saja namun mengikuti gaya hidup yang tidak sesuai dengannya. Akan tetapi, ada juga orang kaya raya dan memilih hidup sederhana. Ia merasa nyaman dengan kesederhanaan, tapi ini jenis manusia yang jarang.
Boros terhadap harta adalah kecenderungan manusia. Perilaku boros adalah salah satu tipu daya setan yang tiada henti menjebak kita. Sehingga membuat harta yang kita miliki, justru berpotensi mencelakai diri kita sendiri jika tidak cermat.
Hal ini dapat kita perhatikan dalam keseharian kita. Orang yang punya harta berlimpah, memiliki lebih besar peluang menjadi pencipta harta. Semakin bagus, semakin mahal, maka semakin senang dan ia semakin cinta kepada harta yang ia miliki. Bahkan muncul keinginan untuk pamer. Ia ingin tampil lebih istimewa, lebih bermerek, atau lebih keren dari orang lain. Padahal, semua itu justru akan menyiksa dirinya.
Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda, “tidak akan susah orang yang hidup sederhana.”
Hadist ini hanyalah salah satu dari sekian banyaknya sabda Nabi yang menyerukan pentingnya hidup sederhana. dan prinsip kesederhanaan ini tidak hanya terucap melalui kata – kata tetapi juga diterapkan dalam perilaku keseharian Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasalam.
Rasulullah Hidup Sederhana
Pernah suatu ketika, Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bertemu dengan seorang laki – laki yang kemudian gemetar karena kewibawaan beliau. Melihat itu, Rasulullah berujar menenangkan laki – laki tersebut, “tenanglah aku bukanlah seorang raja, namun aku hanyalah anak dari wanita quraisy yang makan dendeng.”
Saat Rasulullah shalallahu alaihi wasalam berkumpul dan berbaur dengan para sahabatnya, tak terbesit sedikit pun sikap untuk menonjolkan dirinya, sehingga ketika ada seorang tamu asing datang ia tak bisa membedakan rasulullah dengan para sahabatnya.
Bayangkan, seorang toko publik kelas dunia – akhirat sulit dikenali lantaran kesederhanaan dan ketawadhuannya. Memilih hidup sederhana tidak identik dengan hidup miskin atau memerosokkannya dalam kemiskinan.
Kesederhanaan, bersabar, dan bersyukur adalah kunci untuk meraih kebahagian hidup yang sebenarnya. Ada kalanya hal yang kecil bisa saja mendatangkan kemuliaan yang sangat besar.
Karena pada intinya, untuk meraih kehidupan yang sederhana, jangan pernah meremehkan hal apa pun. Jika kita mampu untuk hidup sederhana, maka paling tidak kita telah berhasil meraih kebahagiaan atas jiwa, nurani dan diri kita.
Sebab yang menjadikan seseorang itu selalu rumit dan tak bahagia menjalani hidupnya terkadang adalah suasana hatinya, keinginannya, dan besar ego untuk selalu mencicipi hidup orang lain.
Bukan karena takdir Allah atau pun karena besarnya ujian dari Allah subhanahu wa ta’ala. Hanya saja terlalu lemahnya kita dalam menyadari syukur sebenarnya adalah satu–satunya jalan memperoleh kebahagian.
Sebab, bila hati sadar sesadar–sadarnya bahwa jalan satu–satunya adalah bersyukur dan selalu sederhana dalam menjalani hidup, maka sudah tentu hidup kita akan senantiasa tersanding oleh kebahagiaan.