Salah satu kewajiban seorang Muslim terhadap saudaranya yang lain adalah berdakwah, mengingatkan kepada jalan yang benar dengan bertakwa kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dan menjalankan sunah Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam. Dakwah bisa dilakukan di mana saja, kapan saja serta kepada siapa saja.

Hakikat dakwah pada dasarnya adalah upaya mengajak dan mengembalikan manusia pada fitrah dan kehanifannya. Untuk itu kegiatan dakwah menitik beratkan materinya pada pemurnian aqidah, masalah nilai-nilai sosial, keadilan, kesejahteraan, kebersamaan, kebebasan, dan lain sebagainya.

Islam adalah agama dakwah yang mernerintahkan kepada pemeluknya untuk menyebarkan dan mensosialisasikan Islam dalam kehidupan sehari-hari sehingga ajaran Islam benar-benar menyatu dalam kehidupan individu keluarga dan dalam kehidupan masyarakat.

Begitu urgennya dakwah dan aplikasinya dalam upaya sosialisasi ajaran Islam yang pada mulanya merupakan tugas Nabi Muhammad SAW, dimana sebelum beliau telah banyak Nabi dan Rasul yang diutus untuk melaksanakan tugas yang sama, sehingga dapat dikatakan bahwa dakwah adalah mata rantai yang menghubungkan satu zaman dengan zaman berikutnya. Dalam aplikasinya dakwah merupakan proses interaksi sosial, dimana menurut H. Bonner mengatakan bahwa interaksi sosial merupakan suatu hubungan antara dua atau Iebih individu manusia dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, merubah atau memperbaiki kelakuan individu yang lain, atau sebaliknva (W. A. Gerungan,1991: 57).

Salah satu tempat berdakwah terdekat adalah dakwah kepada keluarga. Keluarga adalah unit sosial yang paling kecil yang menentukan warna dan corak anggota setiap individu yang hidup didalamnya. Ia merupakan wadah pertama pembentukan sumber daya manusia, dari keluargalah lahir generasi penerus kehidupan manusia. Keluarga adalah obyek dakwah yang harus mendapat perhatian serius dari setiap muslimah. Sebagai unit sosial yang paling kecil, keluarga sangat menentukan warna dan corak anggota keluarga lainnya. Ia merupakan wadah pertama pembentukan sumber daya manusia dan dari keluargalah lahir generasi penerus yang akan meneruskan dakwah Islam sebagaimana cita-cita orangtuanya. Allah SWT memperingatkan dalam Al-Quran betapa pentingnya keluarga, sebagai firman Allah swt:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

Terjemah:”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. Al-Tahrim [66]: 6)

Sahabat MQ, keluarga dalam pandangan Islam memiliki nilai yang tidak kecil. Bahkan Islam menaruh perhatian besar terhadap kehidupan keluarga dengan meletakkan kaidah-kaidah yang arif guna memelihara kehidupan keluarga dari ketidakharmonisan dan kehancuran. Mengapa demikian besar perhatian Islam? Karena tidak dapat dipungkiri bahwa keluarga adalah batu pondasi dasar pertama untuk membangun istana masyarakat muslim dan merupakan madrasah iman yang diharapkan dapat mencetak generasi-generasi muslim yang mampu meninggikan kalimat Allah di muka bumi. Bila pondasi ini kuat, lurus agama dan akhlak anggotanya maka akan kuat pula keluarganya dalam membangun nilai Islam dan akan terwujud keamanan yang didambakan. Sebaliknya, bila rapuh dan tercerai berai ikatan keluarga dan kerusakan meracuni anggota-anggotanya maka dampaknya terlihat pada bagaimana kegoncangan melanda dan rapuhnya kekuatan sehingga tidak diperoleh rasa aman.