
Sahabat MQ, Khadijah Binti Khuwailid adalah sosok yang memiliki kedudukan istimewa di hati Nabi Muhammad ﷺ. Sebelum Rasulullah diangkat menjadi Nabi, Khadijah telah menjadi pasangan hidupnya. Pada masa itu, Rasulullah masih muda dan belum dikenal sebagai seorang Nabi. Namun, Khadijah dengan keteguhan hati memilih Rasulullah, seorang yang dikenal dengan sifat-sifat terpuji seperti amanah dan kejujuran.
Khadijah dikenal sebagai wanita yang sangat setia, tidak hanya kepada suaminya, tetapi juga kepada Allah SWT. Di tengah masyarakat Quraisy yang terkenal dengan penyembahan berhala, Khadijah tetap berpegang teguh pada keyakinannya untuk tidak menyembah berhala. Bahkan, meskipun banyak pemuka Quraisy yang melamarnya—seperti Abu Jahal dan Abu Lahab—Khadijah menolak mereka semua. Bagi Khadijah, yang terpenting dalam memilih pasangan adalah akidah dan akhlak. Ia tidak ingin menikah dengan seseorang yang menyembah berhala, meskipun mereka adalah pemuka dan orang kaya.
Cinta Sejati kepada Rasulullah
Kesetiaan Khadijah kepada Rasulullah ﷺ sangatlah luar biasa. Aisyah radhiyallahu anha, istri Rasulullah yang lain, pernah merasa cemburu karena Rasulullah ﷺ sering menyebut nama Khadijah meskipun Khadijah sudah meninggal dunia. Bahkan, ketika Rasulullah ﷺ mengurbankan kambing, beliau sering meminta untuk menyembelihnya dan memberikan sebagian daging kepada sahabat-sahabat Khadijah. Suatu hari, Aisyah berkata, “Mengapa engkau terus-menerus menyebut wanita yang sudah meninggal itu, sementara Allah telah memberikanmu istri yang lebih muda dan lebih cantik seperti saya?”
Mendengar kata-kata Aisyah, Rasulullah ﷺ menahan emosinya dengan wajah yang memerah dan menutup matanya, menahan amarah. Setelah mereda, beliau berkata dengan tegas, “Wahai Aisyah, sungguh perkataanmu tentang Khadijah adalah perkataan yang keji. Demi Allah, Allah tidak pernah menggantikan aku dengan wanita yang lebih baik daripada Khadijah. Dialah yang pertama kali beriman kepadaku, yang selalu mendukungku dengan hartanya, dan hanya darinya aku mendapatkan keturunan yang tidak diberikan oleh istri-istriku yang lain.”
Kata-kata ini menunjukkan betapa tinggi kedudukan Khadijah di hati Rasulullah ﷺ, yang tidak bisa digantikan oleh siapapun. Walaupun Aisyah muda, cantik, dan cerdas, Rasulullah ﷺ tetap memuliakan Khadijah yang lebih dahulu mendampinginya dalam suka dan duka.
Khadijah: Wanita Cerdas dan Beriman
Khadijah bukan hanya dikenal sebagai wanita yang setia dan penuh kasih sayang, tetapi juga sebagai sosok yang cerdas dan bijaksana. Sebelum menikah dengan Rasulullah ﷺ, Khadijah telah dikenal sebagai seorang pengusaha sukses yang memiliki harta dan kedudukan terhormat di masyarakat. Ketika memilih pasangan hidup, Khadijah menilai seseorang tidak hanya dari harta dan keturunan, tetapi yang paling utama adalah akidah dan akhlaknya. Itulah sebabnya ia menolak lamaran-lamaran dari para pemuka Quraisy yang masih menyembah berhala.
Khadijah juga dikenal sebagai wanita yang menjaga dirinya dari pergaulan yang tidak baik, meskipun ia hidup di tengah masyarakat jahiliyah. Ia mendapat julukan “Ath-Thahirah”, yang berarti wanita yang suci dan terjaga.
Mimpi Khadijah: Pertanda Kedatangan Nabi yang Mulia
Suatu malam, Khadijah bermimpi melihat matahari turun dari langit dan masuk ke dalam rumahnya. Matahari tersebut bersinar terang, memancarkan cahaya yang memenuhi seluruh rumah. Penasaran dengan mimpi tersebut, Khadijah kemudian pergi untuk berkonsultasi dengan seorang rahib, Waraqah bin Nawfal, sepupunya yang terkenal dengan ilmu tafsir mimpinya. Waraqah menafsirkan mimpi Khadijah dengan mengatakan bahwa itu adalah pertanda baik. Mimpi itu menunjukkan bahwa seorang Nabi yang penuh dengan kedamaian dan berkah akan datang dan membawa cahaya serta rahmat dalam hidupnya. Waraqah bahkan menyebutkan bahwa kedatangan Nabi yang dimaksud itu sudah diramalkan dalam kitab-kitab sebelumnya, yaitu Taurat dan Injil.
Meskipun Khadijah belum sepenuhnya memahami bahwa Nabi yang dimaksud adalah Rasulullah ﷺ, tafsir tersebut membuatnya semakin optimis dan yakin bahwa hidupnya akan dipenuhi dengan kebahagiaan dan keberkahan.
Salam dari Allah untuk Khadijah
Rasulullah ﷺ sangat menghormati Khadijah, dan ini terbukti ketika Jibril datang untuk menyampaikan salam dari Allah untuk Khadijah. Suatu ketika, Jibril datang kepada Rasulullah ﷺ dan menyampaikan bahwa Allah mengirimkan salam untuk Khadijah. Selain itu, Jibril juga menyampaikan kabar gembira bahwa di surga, Khadijah akan mendapatkan sebuah rumah yang terbuat dari mutiara, tanpa suara gaduh dan tanpa kelelahan. Khadijah, yang sedang berada di rumah, merasa terkejut dan bahagia mendengar kabar tersebut.
Pada kesempatan lain, Jibril datang kembali dan mengatakan, “Ada yang tertinggal dari salamku.” Ketika Rasulullah ﷺ memberi tahu Khadijah tentang hal ini, Khadijah pun berkata, “Itu pasti salah satu sahabat Rasul yang ganteng.” Rasulullah ﷺ menjawab, “Bukan, itu adalah Jibril yang menyamar sebagai sahabat Rasul yang tampan.”
Kesetiaan dan Sumbangsih Khadijah dalam Dakwah Islam
Khadijah adalah sosok yang tidak hanya mendukung Rasulullah ﷺ dengan doa dan kasih sayang, tetapi juga dengan harta dan pengorbanan. Ia rela menyerahkan seluruh hartanya untuk mendukung dakwah Islam. Sebagai wanita pertama yang beriman kepada Rasulullah ﷺ, Khadijah menjadi penopang utama dalam perjalanan awal dakwah Islam, dan kesetiaannya tidak tergantikan oleh siapapun.
Khadijah juga merupakan contoh dari wanita yang memiliki kecerdasan dalam memilih pasangan hidup, dengan menilai akidah dan akhlak seseorang lebih daripada harta atau keturunan. Keteguhannya dalam berpegang pada tauhid dan keimanan kepada Allah menjadikannya sebagai teladan bagi wanita-wanita muslimah sepanjang masa.
Khadijah binti Khuwailid adalah contoh wanita sempurna dalam segala hal: dalam keimanan, kecerdasan, kesetiaan, dan pengorbanan. Beliau adalah wanita yang pertama kali beriman kepada Rasulullah ﷺ, yang mendukungnya dengan sepenuh hati, dan yang memberikan harta dan tenaga untuk dakwah Islam. Kedudukan Khadijah di hati Rasulullah ﷺ tidak akan pernah tergantikan, dan kisah hidupnya tetap menjadi sumber inspirasi bagi umat Islam hingga kini.