MQFMNETWORK.COM, Bandung – cita-cita generasi emas 2045 nampaknya dinilai masih jauh dari angan, melihat sejumlah fenomena yang terjadi di tanah air. Salah satunya adalah fenomena neet (baca: nit) yang merupakan singkatan dari not in education, employment, or training, alias terdapat penduduk usia muda dengan rentang usia 15-24 tahun, yang sedang tidak sekolah, tidak bekerja atau tidak mengikuti pelatihan. Fenomena tersebut menjadi perhatian serius bagi pihak ketenagakerjaan/ khususnya di kalangan generasi Z.
Menyadur kumparan, menurut data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis pada februari 2025, sebanyak 20,31 persen atau hampir 9,9 juta anak muda indonesia masuk dalam kategori neet. Meskipun terjadi penurunan, persentase ini masih terbilang tinggi dan menjadi tantangan serius bagi indonesia dalam mempersiapkan generasi emas 2045. Fenomena neet dapat mengancam bonus demografi yang diprediksi akan dialami indonesia, di mana jumlah penduduk usia produktif lebih dominan.
Perlu diketahui, biasanya istilah neet digunakan untuk menggambarkan anak muda yang nggak punya aktivitas produktif dan sering diasosiasikan sama budaya hikikomori di jepang, tapi sebenarnya berlaku juga di negara lain.
Menurut PLT kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti, neet tidak selalu berarti pengangguran. Sebagian besar dari mereka bukan termasuk angkatan kerja karena memilih untuk tidak bekerja. Data BPS menunjukkan bahwa dari 215,37 juta penduduk usia kerja, sekitar 8,9 juta orang masuk dalam kategori neet. Dari jumlah tersebut, sebanyak 5,1 juta di antaranya adalah perempuan.
Pihaknya menjelaskan, kelompok usia 20-24 tahun mendominasi jumlah neet dengan angka 5,7 juta orang. Sementara itu, kelompok usia 15-19 tahun berjumlah 3,2 juta orang.
Lebih lanjut, neet dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu mereka yang termasuk angkatan kerja dan mereka yang bukan angkatan kerja. Sekitar 5,3 juta orang dalam kategori neet bukan angkatan kerja karena berbagai alasan.
Sebagian individu dalam kategori neet sebenarnya masih mencari pekerjaan atau baru saja kehilangan pekerjaan. Data menunjukkan bahwa sekitar 4,4 juta orang dalam kategori ini termasuk dalam angkatan kerja.
Beberapa faktor yang menyebabkan seseorang menjadi neet adalah keterbatasan akses pendidikan dan faktor ekonomi. Selain itu, tanggung jawab keluarga juga menjadi alasan utama seseorang tidak bekerja atau bersekolah.
Secara global, fenomena neet juga menjadi perhatian di berbagai negara. Namun, persentase neet di indonesia masih relatif tinggi dibandingkan dengan negara-negara maju. Hal ini menunjukkan pentingnya upaya bersama antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat untuk meningkatkan akses pendidikan dan kesempatan kerja bagi generasi muda.
Fenomena neet menunjukkan perlunya kebijakan yang lebih inklusif dalam ketenagakerjaan dan pendidikan. Upaya seperti pelatihan vokasi dan peningkatan akses pendidikan dapat membantu mengurangi jumlah neet di indonesia.
Program : Bincang Sudut Pandang
Narasumber : Prof Dr. Fithriatus Shalihah S.H., M.H