Sahabat MQ, Sebelum berbicara tentang kebahagiaan, penting untuk memahami dan meyakini konsep hidup dan mati. Allah berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 28:
كَيْفَ تَكْفُرُوْنَ بِاللّٰهِ وَكُنْتُمْ اَمْوَاتًا فَاَحْيَاكُمْۚ ثُمَّ يُمِيْتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيْكُمْ ثُمَّ اِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ
kaifa takfurûna billâhi wa kuntum amwâtan fa aḫyâkum, tsumma yumîtukum tsumma yuḫyîkum tsumma ilaihi turja‘ûn
Bagaimana kamu ingkar kepada Allah, padahal kamu (tadinya) mati, lalu Dia menghidupkan kamu, kemudian Dia akan mematikan kamu, Dia akan menghidupkan kamu kembali, dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan?. (Qs. Al-Baqarah:28)
Ayat ini mengingatkan kita tentang hakikat hidup dan mati. Kita harus meyakini bahwa manusia mengalami dua perjalanan hidup: yang pertama adalah perjalanan di dunia, dan yang kedua adalah perjalanan setelah meninggalkan dunia. Setiap perjalanan tersebut memerlukan bekal, dan bekal yang paling penting adalah bekal untuk kehidupan akhirat.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mempersiapkan bekal akhirat:
- Mengutamakan bekal akhirat.
Kehidupan dunia hanyalah sementara, dan bekal untuk akhirat harus menjadi prioritas utama. - Jangan terlalu mengkhawatirkan kehidupan dunia.
Dunia adalah tempat yang sementara, namun bekal untuk akhirat adalah yang kekal. Jangan sampai kita terlena oleh kenikmatan dunia yang sementara. - Nikmat dunia tidak sebanding dengan nikmat di akhirat.
Kenikmatan duniawi hanya memberikan kebahagiaan sesaat dan kadang berujung pada penderitaan, sementara nikmat di akhirat adalah kebahagiaan yang abadi. - Bekal dunia bisa hilang kapan saja, tetapi bekal akhirat akan selalu menemani.
Harta dan segala hal duniawi dapat pergi sewaktu-waktu, tetapi amal baik yang kita persiapkan untuk akhirat akan terus mendampingi kita.
Pahami dan yakini bahwa kita memerlukan bekal di dunia dan akhirat.
Para ahli agama mengajarkan bahwa orang yang beragama dengan baik harus memperhatikan lima aspek penting, yaitu: akidah (keyakinan), ritual ibadah, keilmuan agama, pengalaman keagamaan, dan kehidupan sehari-hari yang berdasarkan pada prinsip-prinsip agama. Untuk membangun dan menguatkan aspek-aspek tersebut, dua hal yang sangat penting adalah zikir dan syukur.
Zikir dan syukur sebagai kunci kebahagiaan:
- Zikir: Mengingat Allah dengan penuh kesadaran. Dalam zikir terdapat dua hal penting yang perlu diperbaiki, yaitu ma’rifah (pengetahuan yang mendalam tentang Allah) dan keimanan (keyakinan yang kokoh terhadap Allah). Dengan zikir, kita dapat lebih mendekatkan diri kepada-Nya dan memperkuat hati.
- Syukur: Mensyukuri segala nikmat yang diberikan Allah, baik yang tampak maupun yang tersembunyi. Dengan syukur, kita akan merasa cukup dan bahagia, serta dapat menikmati hidup dengan penuh ketenangan.
Ibadah, zikir, dan syukur adalah kunci kebahagiaan sejati, baik di dunia maupun di akhirat. Semoga kita semua diberikan kemampuan untuk mempersiapkan bekal yang terbaik untuk kehidupan yang abadi di akhirat.
Program: Inspirasi Pagi – Dialog Umat
Narasumber: Dr. H. M. Rahmat Effendi., Drs. M.M.Pd.I – (Wakil Ketua Dewan Tafkir PP PERSIS & Dosen STAIPI Garut)