ikan


MQFMNETWORK.COM, Bandung – Sebanyak 100 ton ikan, ditemukan mati secara massal di waduk jatiluhur, kabupaten purwakarta, jawa barat. Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), kejadian itu terjadi pada awal februari 2025, yang menyebabkan kerugian sekitar rp2,2 miliar.

Fenomena kematian massal ikan, diduga disebabkan oleh penurunan kadar oksigen terlarut dalam air, yang tidak memenuhi standar. Menurut laporan pikiran rakyat, kadar oksigen yang rendah diduga memicu kematian massal ikan di waduk tersebut.

Sementara itu, direktur jenderal perikanan budi daya KKP, TB Haeru Rahayu mengatakan, fenomena ini merupakan kejadian tahunan yang disebabkan oleh kondisi cuaca ekstrem. Cuaca ekstrem memicu penurunan massa air, sehingga terjadi upwelling yang menyebabkan pasokan oksigen berkurang secara drastis. Adapun upwelling, merupakan proses naiknya air laut yang dingin dan kaya nutrisi, dari lapisan bawah ke permukaan. Upwelling terjadi karena adanya angin dan rotasi bumi.

Selain itu, penggunaan Keramba Jaring Apung (KJA) yang melebihi kapasitas, juga dinilai menjadi faktor penyebab kematian massal ikan. Kkp menyebutkan bahwa penggunaan KJA sudah tidak sesuai dengan standar dan melebihi daya dukung waduk. Menurut direktur ikan air tawar KKP, Ujang Komarudin, mayoritas ikan yang mati adalah ikan mas. Beliau mengimbau agar pembudidaya melakukan panen awal atau panen total untuk menghindari kerugian akibat kematian massal ikan.

Lebih lanjut, kkp juga merekomendasikan untuk sementara waktu tidak melakukan aktivitas budidaya di waduk jatiluhur, hingga kondisi cuaca kembali normal dan perairan dapat pulih secara stabil. Diketahui saat ini, ikan yang sudah mati pun segera diangkat dari perairan, dan dikubur untuk mencegah pencemaran lebih lanjut.

Sebagai informasi, fenomena kematian massal ikan ini tidak hanya menyebabkan kerugian ekonomi bagi pembudidaya, tetapi juga dapat mempengaruhi kualitas air di waduk jatiluhur. Pencemaran akibat bangkai ikan dapat menurunkan kualitas air, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi kehidupan aquatik lainnya, dan penggunaan air waduk untuk keperluan lain seperti irigasi dan air minum.

Untuk mengatasi masalah tersebut, KKP menghimbau, penting bagi pembudidaya untuk mematuhi rekomendasi, termasuk mengurangi jumlah KJA sesuai dengan daya dukung waduk, dan melakukan panen awal saat kondisi cuaca ekstrem diperkirakan akan terjadi. Pemerintah daerah juga perlu aktif dalam memberikan edukasi dan pendampingan kepada pembudidaya untuk mencegah terulangnya fenomena serupa di masa depan.

Program : Bincang Sudut Pandang
Narasumber :Siti Hannah Alaydrus – Manajer Advokasi Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Jawa Barat