Sahabat MQ amarah merupakan salah satu emosi yang, jika tidak dikendalikan, dapat memicu berbagai dampak negatif, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya marah itu dari setan.” (HR. Ahmad dan Abu Daud).

Marah diibaratkan seperti api neraka, yang identik dengan sifat dasar api. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:

قَالَ مَا مَنَعَكَ اَلَّا تَسْجُدَ اِذْ اَمَرْتُكَۗ قَالَ اَنَا۠ خَيْرٌ مِّنْهُۚ خَلَقْتَنِيْ مِنْ نَّارٍ وَّخَلَقْتَهٗ مِنْ طِيْنٍ ۝١٢

Artinya : Dia (Allah) berfirman, “Apakah yang menghalangimu (sehingga) kamu tidak bersujud ketika Aku menyuruhmu?” Ia (Iblis) menjawab, “Aku lebih baik daripada dia. Engkau menciptakanku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.”

Ketika seseorang marah, terutama marah yang tercela, ia sering kehilangan akal sehat. Akibatnya, ucapan dan tindakannya menjadi tidak terkendali, seperti mencaci, memukul, atau menghina. Dalam kasus ekstrem, marah dapat menyebabkan tindakan fatal, seperti pembunuhan.

Hakikat dan Dampak Amarah
Hakikat marah bermula dari gejolak darah dalam hati yang mendidih, mencari pelampiasan. Secara fisik, hal ini menyebabkan perubahan tubuh, seperti wajah memerah, mata melotot, atau tubuh bergetar. Secara emosional, pelampiasan amarah memberikan kepuasan sesaat, tetapi tidak membawa ketenangan jiwa.

Amarah juga dapat menimbulkan permusuhan, kebencian, dan bahkan dendam. Jika seseorang marah kepada orang yang lebih kuat darinya, ia cenderung menyimpan dendam yang berbahaya bagi kesehatan mental dan spiritualnya.

Tiga Tingkatan Amarah
Amarah dapat diklasifikasikan menjadi tiga tingkatan:

  1. Amarah Berlebihan (High Profile)
    Amarah ini tercela karena membuat seseorang kehilangan kendali akal dan agamanya. Orang yang marah pada tingkat ini sulit menerima nasihat, sehingga sering kali melakukan tindakan destruktif.
  2. Amarah Rendah (Low Profile)
    Tingkat ini juga tercela karena menunjukkan kurangnya rasa peduli terhadap kemungkaran atau kemaksiatan. Orang pada tingkat ini tidak memiliki rasa cemburu kepada Allah ketika melihat pelanggaran syariat.
  3. Amarah Terkendali (Pertengahan)
    Amarah ini justru dianjurkan, karena muncul dalam rangka membela kebenaran atau menegakkan amar ma’ruf nahi munkar. Meski demikian, amarah ini harus dilakukan secara terkendali dan sesuai dengan tuntunan syariat.

Penyebab Amarah
Amarah dapat dipicu oleh berbagai faktor, antara lain:

  1. Sifat ujub atau merasa diri lebih baik.
  2. Bercanda secara berlebihan.
  3. Adanya permusuhan atau perselisihan.
  4. Pengkhianatan.
  5. Ambisi terhadap harta dan kedudukan.

Cara Mengendalikan Amarah
Islam memberikan beberapa cara untuk mengatasi amarah:

  1. Mengenali Akar Permasalahan
    Ketika merasa marah, identifikasi penyebabnya, kemudian selesaikan dengan memaafkan. Allah SWT berfirman, “Jadilah pemaaf, perintahlah (orang-orang) pada yang makruf, dan berpalinglah dari orang-orang bodoh.” (QS. Al-A’raf: 199).
  2. Mengingat Kekuasaan Allah
    Renungkan bahwa Allah lebih berkuasa atas diri kita. Hal ini dapat membantu meredam keinginan untuk marah secara berlebihan.
  3. Menyadari Bahaya Permusuhan
    Marah yang tidak terkendali dapat menimbulkan permusuhan, yang berujung pada kedengkian atau tindakan balasan dari pihak lain.
  4. Berusaha Mengendalikan Akhlak
    Sadarilah bahwa marah mencerminkan keburukan akhlak dan dapat merusak hubungan sosial.
  5. Menghilangkan Gangguan Setan
    Bacalah ta’awudz, ubah posisi tubuh (misalnya dari berdiri ke duduk), atau berwudhu untuk meredam amarah. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya amarah itu berasal dari setan, dan sesungguhnya setan itu diciptakan dari api. Api hanya dapat dipadamkan dengan air. Maka jika salah seorang di antara kalian marah, hendaklah ia berwudhu.” (HR. Abu Daud, Ahmad, dan Al-Baghawiyah).

Kesimpulan
Mengendalikan amarah adalah bagian penting dari menjaga akhlak dan keimanan. Marah yang tidak terkendali akan merusak hubungan antar manusia, menimbulkan permusuhan, dan merugikan diri sendiri. Sebaliknya, marah yang terkendali, yang didasarkan pada kebenaran, dapat menjadi bentuk amar ma’ruf nahi munkar yang berpahala.

Dengan mengikuti ajaran Islam, seperti membaca ta’awudz, berwudhu, dan memaafkan, kita dapat mengatasi amarah dengan cara yang bijaksana. Semoga kita senantiasa menjadi hamba Allah yang mampu mengendalikan emosi dan menjaga akhlak mulia.

Program: Inspirasi Keluarga – Dinamika Keluarga
Narasumber: Ibu Khairati