MQFMNETWORK.COM, Bandung – Pemerintah Kota Bandung baru-baru ini mengungkapkan adanya peningkatan fluktuatif dalam jumlah sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sari Mukti. Data dari Pemprov Jawa Barat menunjukkan bahwa beberapa waktu lalu, terjadi penambahan 16 ritase sampah dari Kota Bandung yang masuk ke TPA Sarimukti, sehingga jumlah total sampah yang dikirim mencapai 186 ritase per hari. Sebagai perbandingan, rata-rata sampah yang masuk sebelumnya adalah 170 ritase per hari, dan Pemkot Bandung menargetkan untuk mengurangi jumlah sampah tersebut menjadi 140 ritase per hari dalam dua bulan mendatang.
Komitmen Pemkot Bandung dalam Pengurangan Sampah
Pj Walikota Bandung, A. Koswara, menegaskan bahwa penambahan sampah ini bersifat fluktuatif dan saat ini rata-rata sampah yang dibuang ke TPA Sarimukti adalah 170 ritase per hari. Pemkot Bandung berkomitmen untuk mempercepat pengurangan jumlah sampah yang dibuang ke TPA dengan berbagai langkah strategis. Salah satu langkah utama adalah dengan melibatkan lebih banyak RW (Rukun Warga) dalam program pemilahan sampah.
Saat ini, dari lebih 1.500 RW di Kota Bandung, baru 380 RW yang aktif melakukan pemilahan sampah. Pemerintah berharap bahwa lebih banyak RW dapat mengikuti program ini untuk membantu mengurangi volume sampah yang masuk ke TPA Sarimukti. Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Bandung, Dudy Prayudi, juga menegaskan bahwa kapasitas TPA Sarimukti sudah melebihi batas maksimal (1000% kapasitas), dan jika tidak segera diambil langkah pengurangan sampah dari sumbernya, TPA Sarimukti diperkirakan akan mencapai batas akhir penggunaannya pada Maret 2025.
Rencana Pengurangan Sampah dan Pembangunan Infrastruktur
Untuk mengatasi permasalahan ini, Pemkot Bandung merencanakan pengurangan sampah secara bertahap. Fase pertama dimulai pada Oktober hingga November 2024 dengan target mengurangi 30 ritase sampah per hari. Pada bulan Desember 2024, Pemkot Bandung menargetkan penurunan jumlah sampah yang dikirim ke TPA Sarimukti menjadi 140 ritase per hari. Salah satu langkah besar dalam perencanaan ini adalah pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) baru di Cicuka Kholis yang dapat mengolah 56 ton sampah per hari.
Selain itu, Pemkot Bandung juga sedang membangun TPST Gedebage yang diharapkan dapat mengurangi jumlah sampah yang dikirim ke TPA Sarimukti. Dengan adanya infrastruktur pengolahan sampah yang lebih besar dan efisien, Pemkot Bandung menargetkan hanya perlu mengirimkan 44 ritase sampah per hari ke TPA Sarimukti pada 2026.
Teknologi Landfill Mining: Solusi Inovatif untuk TPA yang Overload
Salah satu solusi jangka panjang yang sedang dipertimbangkan adalah penerapan landfill mining, sebuah teknologi yang menggali sampah yang sudah tertimbun di TPA untuk mengambil material yang masih dapat didaur ulang atau digunakan kembali. Teknologi ini dapat membantu mengurangi volume sampah di TPA, mengurangi dampak lingkungan dari sampah yang terakumulasi, dan bahkan memulihkan lahan TPA yang sudah terkontaminasi. Selain itu, landfill mining juga berpotensi untuk menghasilkan bahan-bahan yang dapat dimanfaatkan, seperti logam atau plastik, yang bisa didaur ulang.
Peran Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah
Pemkot Bandung juga sangat mengandalkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah secara mandiri. Salah satu langkah yang diterapkan di Kabupaten Bandung adalah Lubang Cerdas Organik (LCO), sebuah inisiatif yang mewajibkan setiap rumah tangga untuk membuat dua lubang cerdas di halaman rumah untuk mengurangi sampah organik. Dengan langkah ini, sampah organik yang sebelumnya dibuang ke TPA dapat dikelola dengan lebih ramah lingkungan.
Selain itu, Pemkot Bandung terus mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah yang baik melalui sosialisasi kepada Camat, Kepala Desa, dan Lurah di wilayah masing-masing. Program pemilahan sampah di tingkat rumah tangga, pengolahan sampah organik, dan penggunaan teknologi daur ulang harus menjadi budaya yang diterapkan secara konsisten.
Rencana Jangka Panjang: Relokasi TPA Sarimukti ke Legok Nangka
Salah satu solusi besar yang sedang dipersiapkan adalah relokasi TPA Sarimukti ke Legok Nangka pada tahun 2028. Meskipun rencana ini masih jauh, pemindahan TPA Sarimukti ke lokasi baru ini diharapkan dapat mengurangi tekanan pada TPA yang sudah overload. Namun, hingga saat itu, Pemkot Bandung perlu memastikan bahwa TPA Sarimukti tetap berfungsi dengan baik dan dioptimalkan meskipun kapasitasnya sudah hampir penuh.
KANG PISMAN adalah program untuk melibatkan masyarakat Kota Bandung dalam pengelolaan sampah yang lebih baik, terdiri dari tiga langkah utama:
- KANG – Kurangi Sampah
Mengurangi sampah dengan cara bijak dalam konsumsi, menghindari penggunaan plastik sekali pakai, dan mengurangi pemborosan. - PIS – Pisahkan Sampah
Memilah sampah menjadi sampah organik (seperti sisa makanan) dan anorganik (seperti plastik dan logam) untuk mempermudah pengolahan dan daur ulang. - MAN – Manfaatkan Sampah Organik
Mengolah sampah organik di rumah, seperti membuat kompos atau pupuk, untuk mengurangi sampah yang dikirim ke TPA dan memberi manfaat bagi lingkungan.
Dengan mengikuti langkah-langkah KANG PISMAN, masyarakat dapat membantu mengurangi sampah dan berkontribusi pada lingkungan yang lebih bersih dan sehat.
Kesimpulan
Penanganan sampah di Kota Bandung memang memerlukan solusi yang komprehensif dan berkelanjutan. Pemerintah daerah, masyarakat, dan sektor swasta harus bersinergi untuk mengatasi permasalahan ini. Langkah-langkah seperti pemilahan sampah, pengolahan sampah berbasis komunitas, serta penggunaan teknologi seperti landfill mining dan waste-to-energy akan membantu mengurangi beban TPA Sarimukti. Di sisi lain, pembangunan infrastruktur pengolahan sampah yang lebih modern dan relokasi TPA ke Legok Nangka merupakan langkah strategis yang perlu dipersiapkan dengan matang untuk menjamin keberlanjutan pengelolaan sampah di Kota Bandung.
Dengan kolaborasi dan upaya berkelanjutan, Kota Bandung dapat mengatasi masalah sampah secara efektif, memperbaiki kualitas lingkungan, dan menuju keberlanjutan yang lebih baik.